Bismillahirohmanirrohiim . . .
Beberapa waktu lalu kita telah merayakan tanggal 21 april sebagai hari Kartini, yang ditandai dan disemarakkan oleh berbagai upacara peringatan di sekolah-sekolah (yang petugas upacara adalah siswa perempuan), dan berbagai hal-hal yang dikaitkan dengan kesetaraan gender dan kesetaraan seksual. Beberapa hal yang cukup nyleneh pun terjadi pada perayaan hari kartini seperti seorang wanita menjadi supir bus kota.
Benarkah perayaan hari Kartini sesuai dengan hal-hal nyeleneh seperti itu? adakah kaitan antara ideologi feinisme dengan apa yang diperjuangkan oleh pahlawan kita RA Kartini? Bagaimana pandangan Islam terhadap feminisme dan kesetaraan gender?

"Malulah aku terhadap keangkaraanku. Aku renungi dan pikirkan keadaanku sendiri, dan di luar sana begitu banyak derita dan kemelaratan melingkungi kami! Seketika itu juga seakan udara menggetar oleh ratap tangis, erang dan rintih orang-orang di sekelilingku. Dan lebih keras daripada erang dan rintih itu, mendesing dan menderu di kupingku: Kerja! Kerja! Kerja! Perjuangkanlah kebebasanmu! Baru kemudian kalau kautelah bebaskan dirimu sendiri dengan kerja, dapatlah kau menolong yang lain-lain! Kerja! Kerja! Aku dengar itu begitu jelas, nampak tertulis di depan mataku...”.

Begitulah tulisan Kartini yang ditujukan kepada sahabatnya Ny. Abendanon yang kemudian dibukukan dalam Door Duisternis tot

Licht : Gedachten Over en Voor Het Javaansche Volk van Raden Ajeng Kartini (diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp & Co) dan diterjemahkan oleh Armijn Pane menjadi ”Habis Gelap Terbitlah Terang”.Dalam surat-surat yang ditujukan untuk sahabat-sahabatnya di Belanda tersebut, Kartini tidak hanya mengungkapkan keresahannya terhadap akses perempuan ke pendidikan, namun juga mengungkapkan keresahannya terhadap struktur kelas, feodalisme, praktek-praktek poligami bahkan pendefinisian perempuan sebagai ibu dan istri. Seperti kata Sulistiyowati Irianto, Kartini adalah seorang cendekia pada zamannya, karena pemikiran feminis sudah dia baca sejak usia sangat muda (Kompas, 16 April 2007).

Mari kita cermati kembali apakah benar paham feminisme itu yang diperjuangkan oleh Kartini?
apa sih feminisme itu??
Pengertian feminisme menurut Murtada Mutaharri adalah "suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, baik itu di tempat kerja ataupun dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut". Artian feminisme sedemikian ini biasanya tidak pilah dari artian gender; yaitu "kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa para perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dan tindakan sadar oleh perempuan ataupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut".
Dalam Wikipedia, feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme

Adanya gerakan feminisme ini nampakya cukup beralasan mengingat sejarah mengenai hak-hak perempuan yang terlalu rendah dibandingkan dengan laki-laki memang tidak baik. Pada sebagian bangsa Yahudi, seorang bapak diperbolehkan menjual anak perempuannya. Di Eropa, perempuan dipaksa menikah dengan lebih satu laki-laki (poliandri). Di Jazirah Arab, lahirnya bayi perempuan adalah kehinaan bagi keluarganya sehingga layak dikubur hidup-hidup. Di Mesir dan Persia , perlakuan terhadap perempuan tak kalah sadisnya.Kaum perempuan diperlakukan layaknya budak, yang dapat diperintah dan bahkan diperjualkan.

Berangkat dari pengalaman itulah gerakan feminisme muncul. Tercatat dalam sejarah terjadi dua kali gelombang pergerakan feminisme (Wikipedia). Melihat alasan-alasan tersebut mungkin kita beranggapan tidak ada salahnya kaum feminisme meneriakkan suara-suara mereka. Namun bila kita cermati lebih lanjut, tuntutan dari feminisme ternyata memberikan dampak negatif pada kaum perempuan dan juga pada kondisi sosial masyarakat. hal ini karena adanya pada perkembangannya kemudian paham feminisme berkembang terlalu berlebihan, sepert contohnya adalah pembebasan sama sekali perempuan (bahwa pemilikan suami atas istri dihapuskan, masyarakat yang tanpa kelas dimana perempuan dan wanita dianggap sama saja dalam semua hal). Bahwa perempuan tidak dibatasi oleh apapun kecuali kemampuannya, batasan-batasan agama pun tidak dihiraukan..Efeknya, kaum perempuan menjadi menyalahi kodratnya, mereka merasa menikah, berkeluarga, hamil dan mempunyai anak tidak lagi penting.

Sedangkan "emansipasi" yang diperjuangkan oleh kartini adalah usaha untuk mengembalikan kembali hak-hak kaum perempuan yang memang menjadi haknya. Tidak seperti konsep feminisme dari barat yang menghendaki kesamaan secara keseluruhan. Hak yang dituntut oleh adalah kesamaan harkat dan martabat perempuan yang selama ini tertindas di jaman penjahan dahulu, contohnya adalah kebebasan mengenyam pendidikan.

Kalau kita mencoba memperhatikan bagaimana Islam mengatur kedudukan perempuan dan laki-laki, akan kita dapati penempatan yang sangat adil dan tepat. Islam menganggap wanita sebagai adalah orang yang paling dihormati oleh putranya 3 kali lebih tinggi daripada ayahnya. Perbuatan durhaka kepada ibu adalah perbuatan yang sangat tercela, bahkan suatu hadist mengatakan surga ada ditelapak kaki ibu. Wanita adalah bagian penting dari sebuah keluarga, ia yang menentukan pendidikan anak, ia yang mengatur urusan keluarga (yang tidak bisa dibilang ringan). Dalam kehidupan masyarakat, wanita sangat dihormati dan dilindungi. Hadist yang lain pun mengatakan harta yang paling berharga adalah istri yang sholehah. Alasan yang serupa menjadi jawaban kenapa wanita harus repot-repot mengenakan pakaian tertutup dan sangat terjaga pergaulannya. Karena Wanita memang memiliki kedudukan yang sangat mulia, maka itu ia harus terlindungi.

Pada keadaan lain, Islam menetapkan pria sebagai pemimpin wanita, dengan alasan pria memang memiliki kelebihan dan kemampuan diatas wanita. Karena memangn secara kodrati kondisinya demikian. Untuk menjadikan seorang wanita sebagai pemimpin atau imam, perlu banyak syarat-syarat mutlak yang harus dipenuhi. Karena memang wanita tidak sesuai untuk menjadi seorang pemimpin. Wanita mempunyai resiko stress lebih besar dari pada pria. Dan berbagai alasan alamiah lain.

Islam sudah menempatkan wanita pada kedudukan terbaik, kedudukan yang tepat, kedudukan yang juga diingankan oleh RA Kartini dalam perjuangannya . .. .
Pertanyaannya maukah para wanita menempati kedudukan tersebut dan maukah masyarakat menjaga dan mengarahkan para wanita menuju singgasana kemuliaannya...???

Allohu'alam bishowwab

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati