Assalamu’alaikum wr wb . . .

Alhamdulillahirobbil’alamin, Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala ‘ali Muhammad, wa ba’du

Seberapa besarkah kita? seberapa berkuasa kita? selama apa kita hidup? seberapa bermakna kita?

Inilah sederet pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri kita, ketika kita mulai merasa kita mampu, kita merasa besar, kita merasa berkuasa, kita merasa pintar, kita merasa kita lebih . . . dan ketika kita merasa sombong dan merasa tidak memerlukan-Nya . . .

Beberapa waktu yang lalu saya berbincang-bincang dengan seorang saudara, tetangga kost saya, yang telah memberikan motivasi yang luar biasa dikala beliau melihat saya sedang terpuruk, sedang lunglai, ditengah aktivitas dan kesibukan saya. Tepat ketika saya sedang lesu, dan merasa sedang tak bergairah menghadapi hidup, dan sedang lupa dengan makna hidup itu sendiri.

Berkehendak kemudian bersabar . . .

Seringkali kita mampu membakar diri kita untuk melakukan sesuatu, kemudian kita mampu melakukannya dengan semangat membara luar biasa, dengan kesungguhan luar biasa. karena adanya kehendak yang kuat, dan keinginan yang kuat da;am diri kita. Namun . . . berapa lama semangat itu bertahan?? sehari? 1 minggu? atau hanya 30 menit saja? atau baru memulai membaca setengah halaman buku saja sudah mengantuk? padahal sebelumnya semangat itu amat besar?

Ternyata ada sesuatu yang terlupa, bahwa kehendak dan keinginan kuat saja tidak cukup . . .

Kehendak ataupun bisa disebut sebagai niat, memang merupakan suatu langkah awal yang sangat penting, yang akan memberikan nilai positif ataupun negatif, besar ataupun kecilnya perbuatan yang kita lakukan.

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia
berkata : "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan
sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya
itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan
dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya". (Hadist 'Arba'in no. 1)

Dalam riwayat lain disebutkan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman (kepada malaikat pencatat amal): Bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan jelek, maka janganlah kalian catat sebagai amalnya. Jika ia telah mengerjakannya, maka catatlah sebagai satu keburukan. Dan bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik, lalu tidak jadi melaksanakannya, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia mengamalkannya, maka catatlah kebaikan itu sepuluh kali lipat.

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 183

Inilah urgensi dari niat / kehendak, niat kita akan semakin kuat ketika kita menyebutkannya dengan lisan kita, selalu membicarakannya dan fokus pada niatan tersebut . . .

Namun niatan hanya 10% dari catatan kebaikan, sesuai dengan hadist kedua diatas. Niatan yang tak terlaksana hanya sebatas keinginan saja . . . tidak ada output yang jelas. Seringkali kita berkeinginan untuk “mendapat nilai bagus”, Peringkat 1″, “menjadi orang kaya” atau yang paling sering kita inginkan :”menjadi penghuni surga”, namun pelaksanaan dari niatan itu kadang kita lupakan, kita anggap remeh usaha dan tindakan menuju kesana.

Setelah niat hal lain yang harus dilakukan adalah mengucapkan / menjaharkannya untuk memperkuat kehendak atau niat tersebut, dan kemudian BERGERAK, BERTINDAK!!!

Pada taraf inilah “sabar” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan - tantangan selanjutnya dalam bertindak. Kurangnya sabar membuat kita semangat diawal namun lesu di kelanjutannya . . . Semangat belajar hilang karena kita kurang sabar dalam menjalani proses belajar tersebut. Sadarilah bahwa orang - orang hebat pada setiap jaman lahir dari kehendak dan kesabaran mereka yang luar biasa dalam melakukan sesuatu. Lihatlah suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam beserta shahabat beliau yang luar biasa, yang sangat tinggi level kesabarannya dalam beribadah dalam menghindari maksiat dan dalam proses mulia yang sangat berat, yaitu berdakwah menegakkan kalimat tauhid yang amat mulia. Kesabaran tertinggi kita mungkin hanya sebagian kecil saja dari tingkat kesabaran Beliau dan shahabatnya . . . .

Lihatlah Einstein, Thomas A. Edison, Pangeran Diponegoro, dan pahlawan revolusi kita . . . dengan kehandak / keingan serta kesabaran yang luar biasa mereka mampu memberikan kontribusi terbaik mereka untuk ummat . . .

Kalau pada taraf seperti sekarang saja kita sudah merasa puas, pada sedikit tindakan ini kita merasa bangga . . . dimana rasa malu kita?

Sekarang sudah terlambat bagi kita untuk terus bersantai - santai, sudah saat untuk menata kembali niat dan perbuatan kita dan terus menempa kesabaran kita dalam menjalani hidup. Dalam upaya menjalankan amanah berat di pundak kita, sebagai seorang hamba dan sebagai seorang kontributor unggulan kepada Alloh, Rasul dan agama serta ummat ini. Temukan kembali motivasi tertinggi kita, motivasi hidup kita yang akan menuntun kita kepada kehendak dan kesabaran dalam bertindak.

BERUBAH SAAT INI JUGA!!!

Allohu ta’ala a’lam

Wassalamu’alaikum wr wb

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati