Kurang lebih 14 hari sejak merapi memakan korban, 26 oktober 2010. Diketahui 15 orang meninggal, terpanggang hingga matang, sulit untuk dikenali. Keseluruhan korban berada di Dusun Kinahrejo, tempat Juru Kunci Merapi yang terkenal, Mbah Maridjan.
2 hari setelahnya, setelah warga mulai menyadari, bahwa merapi tidak seperti biasanya. Bahkan sang juru kunci pun, gagal memprediksi perilakunya. Merapi sedang murka.
Rekan-rekan mulai mengerahkan tenaga, waktu, dan barang-barang seadanya untuk membantu para pengungsi. Dan mulailai kami, Jama'ah Shalahuddin sibuk dengan kegiatan penggalangan dana dan rehabilitasi psikis untuk pengungsi, khususnya anak-anak.
Anak-anak harus mendapat penjagaan mental dan psikis yang baik. Karena mereka lebih rentan, ketimbang orang-orang dewasa yang lebih lama menjalani kerasnya kehidupan.
hari kedua di pengungsian.
Kami ber-enam sedang mujur. Luncuran awan panas menyambut kedatangan kami. Hingga jadilah kami bagian dari arus pengungsi yang panik meninggalkan lokasi pengungsian yang sebelumnya. Karena lokasi pengungsian yang lama hanya 10 km dari puncak merapi. Terlalu dekat.
Jum'at malam, jam 2. Merapi menggelegar. Ia muntah sejadi-jadinya. Bukan lagi abu yang telah membuat warga kota kebingungan. Ia muntah pasir, hingga radius 20 km.
Muntilan luluh lantak, salam porak-poranda. Pohon-pohon tumbang, tak kuat menahan beban muntahan merapi. Rumah-rumah pun ambruk, atapnya terlalu ringkih menahan muntahan merapi.
150.000 orang mengungsi. Merapi tidak lagi mengancap penduduk jogja. Magelang dan Klaten pun terancam.
Jarak aman 20 KM
Saat jurnal ini ditulis, merapi masih terus mengepul. Ia terus saja bergemuruh.
9 November 2010
Jogja tidak lagi hujan abu, kami tidak tahu apa yang terjadi dengan merapi. Langit terus menerus suram selama seminggu terakhir. Korban bertambah. Relawan meninggal, tercatat 4 orang yang sedang menjalankan tugas dikepung awan panas.
Para pengungsi mulai panik. 1 orang bahkan memilih terjun dari lantai 3 stadion Maguwoharjo, ketimbang merasakan derita pengungsian.
14.00 siang, mungkin sekitar itu. Aku merasakan gempa, seperti seseorang sedang menggoyang meja yang ada dihadapanku. Cukup Kuat.
Merapi mungkin sedang bersiap. Atau mungkin sedang mulai beristirahat.
150.000 orang. itu berariti lebih dari 900 juta rupiah tiap harinya dana yang diperlukan untuk keperluan makan. Lebih banyak lagi untuk keperluan lainnya.
Namun sejauh ini, Indonesia masih perkasa, kami masih sanggup mengurus negeri kami. Pemerintah dan Masyarakat saling membantu. Bahu-membahu. Belum ada bantuan asing.
Seluruh mata tertuju ke salah satu daerah istimewa di Indonesia ini. Sejenak orang-orang lupa dengan Tsunami di Mentawai, Banjir di Wasior, dan kedatangan president Obama ke Indonesia.
Kami, masih terus berjuang, semampu kami.
End note : 17.12 pm. 9 nov 2010

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati