Archives

Bapak, nyuwun ngapuro . . .



Sudah hampir dua minggu, sejak dia berangkat dari kampung halamannya. Beberapa hari berlalu, hari-hari biasa sesuai kesibukannya. Sepuluh hari yang lalu, ia pulang kerumah. Tidak lama, total waktu di rumah hanya sekitar 4jam saja. Padahal perjalanan pulangnya membutuhkan waktu 14 jam. Singkat sekali waktunya dirumah.
Sumber : http://sofie05.files.wordpress.com/2010/07/keluarga-sakinah.jpg

Ia berbicara agak banyak dengan orangtuanya, bapak dan ibunya. Bapaknya sudah berumur, waktu pensiunnya hanya dalam hitungan pekan. Ibunya, berbeda 3 tahun dari Bapaknya, meski tentusaja, tetap tidak bisa dibilang muda. Bukankah wanita mengalami proses penuaan yang lebih cepat? Begitu kata pembicara-pembicara di kajian pra,tengah,dan pasca-nikah. 

Mereka membicarakan, tentang rencananya. Rencana masa depannya. Kuliahnya, pekerjaannya, berkeluarganya. Dan lain-lain. Orangtuanya baaik sekali, meskipun demikian tetaplah pendidik yang baik. Ia tidak perlu memikirkan biaya kuliah lanjutnya, meskipun ia sudah berkeluarga. Orangtuanya bahkan siap mendanai persiapan berkeluarganya. Namun, orangtuanya tetap mampu membuatnya menjadi pribadi yang mandiri, meskipun sebenarnya, orangtuanya cukup kaya untuk memberikan apa-apa yang diminta olehnya. 

Ia terharu, bahagia tentunya. Orangtuanya mungkin bukan orangtua favorit sedunia. Tapi, mereka berdua adalah orangtua terbaik baginya.

Namun, sayangnya, beberapa hari ini ia membuat kecewa orangtuanya. Salah satu, diantara sekian banyak hal yang mengecewakan. Ia melakukan hal yang sepele saja, kelihatannya. Setidaknya menurut apa yang kita lihat. Namun, tetap saja ini perkara yang besar. Karena yang dikecewakan adalah orangtua, bukan orang lain. Orangtua yang tidak akan pernah bisa dibalas budinya, dengan cara apapun. Sungguh, dengan cara apapun. Meskipun ia memberikan kekayaan yang setara dengan gaji presiden satu periode plus tunjangan dan sampingannya. Kenapa? karena orangtua tidak butuh uang anaknya.

Ia sadar itu. Dan ia pun tahu, cara terbaik untuk berbakti kepada keduanya adalah dengan membawa mereka berdua ke surga kelak.

Namun 3 hari lalu, ayahnya jengkel. Kata adiknya, Bapak marah, soalnya kakak tidak segera melaksanakan permintaan bapak, disuruh mengirim pasfoto dan fotokopi ka-te-pe, dan urusan administrasi saja lama. Klelad-kleled. Jangan diremehkan donk kak. Toh itu kepentingan kakak juga.

Dheg... Astaghfirullaaah...

Ia tiba-tiba cemas. Kuliah pagi harinya tidak konsentrasi. Justru ditengah kuliah ia sibuk dengan hp, dengan notebooknya. mencari cara tercepat untuk mengirimkan barang-barang itu. KTP, ia punya scannya, pasfoto, sebenarnya sudah lama diurusnya. Namun terkendala di sana dan disitu sehingga lama. Siang itu juga, ia kirim ke tukang cetak, lalu dicetak. Dan sorenya, ia segera ke jasa paket tercepat. Meskipun harganya mahal.

Sepele kelihatannya, tapi ia sungguh merasa, perbuatannya sangat buruk. Permintaan sederhana, namun tidak segera dilakukan. Baginya, ini hal yang besar. Membuat bapaknya kecewa, setelah tak-terhitung kebaikan orangtuanya yang telah dilakukan untuknya.

Bapak, nyuwun ngapuro..
mohon maaf, anakmu ini tak berbakti...

10 tahun kedepan anakmu akan selesai menghafal Al-Qur'an dan mulai mengjaganya. Semoga dengan itu, aku akan mampu mengantarkan kalian berdua masuk ke Surga. Bersama....



Orangtua anda mungkin hanya orang-orang biasa. Hidup sebagaimana orang lain hidup. Bekerja sebagaimana orang lain bekerja. Mereka pun mungkin saja memperlakukan anda sebagaimana orangtua lain memperlakukan anaknya. Atau bisa jadi, orang tua anda terlihat pelit sekali memenuhi kebutuhan anaknya. Tidak mau memfasilitasi anaknya dengan barang-barang mewah. Henpon android terbaru, pc kapsul terbaru dengan fitur canggih. Meskipun sebenarnya kaya. tidak. mungkin saja tidak. atau memang benar-benar tidak.

Atau bisa jadi, orangtua anda, terlihat kejam sekali. Anaknya disuruh bekerja membantu diladang, atau membersihkan rumah, tiap hari. Malamnya disuruh belajar, tiap malam. Bahkan mungkin sampai tidak boleh menonton televisi, bermain game, dan semacamnya. 

Tapi ketahuilah, dibalik setiap perlakuan, dibalik pelajaran kesederhanaan yang mereka berikan, mereka sangat mencintai anda. Tidak menginginkan apapun dari anda, kecuali kebaikan. Mereka ingin, anda mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan hakiki. Bukan yang kasat mata, namun yang kekal. Kebahagiaan dalam hati....

Maka, balasan terbaik untuk mereka, adalah kebahagiaan yang kekal selamanya. Bawalah mereka ke Surga Allaah, karena andalah yang paling mungkin melakukannya. Jadilah anda anak yang sholeh, yang mendoakan orangtuanya. Sehingga pahala kebaikan mengalir deras, tiada henti. 

Lakukan kebaikan, dan katakan, ya Allaah, pahala kebaikan ini, berikanlah kepada Ibu Bapak-ku, karena kasih sayang merekalah, aku mampu melakukannya...


These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Malam ahad di bulan desember 2012

Bismillaah

Tulisan ini hanyalah tulisan dadakan, yang tak terencana. Sekedar ingin berlatih menulis, sekaligus mengisi blog yang sering diacuhkan. 

Malam ahad, atau malam minggu, beberapa orang menyingkatnya dengan malming. Malam ini biasanya terasa lebih panjang dari malam-malam lain, setidaknya menurut beberapa orang. Banyak tempat fotokopian tutup lebih cepat. Saya tidak tahu persis apa alasannya. Bisa jadi karena ini hak karyawan. Akhir pekan, saatnya berlibur bukan? 

Malam ahad, ini berarti hari pertama dalam satu pekan, bukan penutup. Ahad berarti satu. Bagi nashrani, ini hari beribadah, khusus. Lalu apa manka hari ahad bagi seorang muslim? Saya juga tidak tahu, sepertinya sang panutan tidak pernah mengistimewakan hari ahad, tidak melebihi hari Jum'at yang berkah. Bukankah setiap saat adalah waktu yang sama-sama SANGAT berharga untuk beribadah?

Saya, malam ahad, biasanya saya habiskan bersama anak-anak santri, di masjid. Tadarus, bercanda, ngobrol, atau sekedar mendengar cerita dan candaan mereka.
Inline image 1

Malam ini berbeda. Acara rutin itu libur, karena, alasan yang tidak keren sama sekali. Apa tadi? konser cherrybelee, atau apa lah... Jadinya anak2 tidak berangkat. Tidak semua yang tidak berangkat beralasan semacam ini. Ada juga yang beralasan ingin refreshing pasca UAS sekolahnya.

Alhamdulillaah, berarti ada yang lain yang bisa dilakukan. Seperti misalnya, saya dan ryo baru saja beres2 kamar. dan bersama yunan, kami baru saja membuat daftar "do and don't" yang akan kami lakukan dan tidak kami lakukan. Daftar ini isinya pantangan yang harus dihindari dan target yang harus dicapai. Beberapa isi pantangannya diantaranya tidak terlalu banyak tidur, khususnya setelah sholat shubuh dan ashar, tidak jorok, dan tidak rapi, dan semacamnya. Lalu, isi daftar targetnya misalnya, banyak membaca,  tidur hanya 4-6 jam sehari, tadarus 5 lembar tiap harinya, bersih2 dan lain2. Semoga dilancarkan oleh Allaah. Sayang sekali kalau kesempatan kami untuk tinggal dan memakmurkan masjid tidak bermanfaat bagi kami sendiri.

Setelah itu, masing masing berkutat dengan urusannya. Yunan di arah jam 9 saya sedang menonton spiderman 4, tanpa subtitle, semoga bahasa inggrisnya meningkat. Ryo (sepertinya) sedang menulis di buku hariannya. Irfan, sudah terkapar dikasur sejak 2 jam lalu. 

Kalau saya, sedang menulis di blog ini. Meskipun beberapa saat lalu, hidung ini tiba-tiba mimisan, dan darah mengalir cukup deras. Merah gelap. Berarti saya tidak mengalami anemia. Darahku juga cepat kering, ini berarti darah putihku normal. Dan benar, saya tunggu dua menit, alirannya berhenti sendiri. Tanpa harus menyumpalnya dengan kertas atau kapas. Mimisan ini tidak menghalangi saya untuk tetap menulis diblog ini. Saya baru saja akan mencoba fitur blogger yang mampu memposting artikel blog lewat email. Kalau berhasil maka, tulisan ini akan langsung muncul di artikel begitu saya mengirim email ini.

Setelah ini mungkin saya tutup hari ini dengan membaca buku "Negeri Para Bedebah" karya bang darwis tere-liye, baru beberapa hari lalu pinjam ke dipta, si jenggot tak-simetris. 

Itu malam ahad saya. Cerita anda mungkin berbeda.

Hanya saja, pastikan waktu anda tidak sia-sia. 

Waktu itu sangat berharga, karena ia tidak akan kembali lagi, dan anda tidak tahu, apalagi saya, tentang berapa banyak sisa waktu yang anda miliki. Maka, gunakanlah untuk memikirkan sesuatu yang penting, dan SANGAT penting. Tidak perlu memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipikirkan, macam mengkhawatirkan rejeki, jodoh, nilai ujian, atau semacamnya. Itu sudah ada yang mengurus dan menjaminnya. Pikirkan saja, tugas anda dan tugas saya. Yaitu pengabdian untuk Allaah.

Karena berharganya waktu, gunakanlah bersama orang lain, jangan anda habiskan sendiri. Gunakanlah, untuk membahagiakan orang lain, untuk membawa mereka menuju kebaikan.

Atau, jangan-jangan kita menemui orang lain, hanya ketika kita membutuhkan mereka?

Itu orang lain, tak begitu prioritas. 

Eh, anda tidak melakukan hal yang sama untuk Allaah kan?
Jangan! Jangan sampai, anda menemui Allaah, hanya ketika anda membutuhkanNya. Sebaliknya, kita SANGAT membutuhkanNya, sampai-sampai anda mengerjakan segala hal, segala aktivitas, hanya untukNya. Untuk menaatiNya, untuk mendapatkan ridhoNya.

meskipun itu sekedar makan, tidur, menulis blog, membaca artikel ini, atau sekedar menulis komen di blog ini untuk mengharapkan backlink... pastikan semua hanya karena Allaah yaa....


These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Outbond | Dengan siapa, bukan kemana


18-nov-2012
Ahad, a special day, espescially today.

"Dan Tuhanmu menciptakan apa-apa yang dikehendakiNya, dan memilihnya..."


Allah menciptakan malaikat, tak berbilang jumlahnya, dan memilih penghulunya, satu yang paling utama, yaitu Jibril. Allah pun menciptakan alam semesta, dan Allah memilih bumi, satu diatara butiran debu alam semesta, untuk tempat tinggal kita. Salah satu tempat tersibuk di galaksi kita, bahkan mungkin di alam semesta ini. Allah pun menciptakan 12 bulan dalam satu tahun, dan memilih satu yang paling mulia, satu yang paling dinantikan. Bahkan pada bulan ini, setan pun tak mampu berkutik, menyisakan manusia dengan tabiatnya masing-masing. Bulan Ramadhan.

Diantara 7 hari dalam 1 pekan pun, Allah pilihkan hari yang mulia, waktu dimana pahala berlipat. Jum'at Mubarok.

Tapi hari ini bukan hari Jum'at, hari ini hari ahad. Ahad istimewa. Special Day.

Istimewa bukan karena "kemana"nya, atau "ngapain"nya. Tapi "dengan siapa"nya. Maka hari ini menjadi istimewa. Percayalah . . .

Kalau anda ingin tahu, kemana sih saya sebetulnya. Jawabanya tidak terlalu luar biasa. Hanya ke depan gedung rektorat uny. 2 km dari Masjid Kampus UGM, tempat saya kerja magang, 2,5 km dari MU UGM, tempat saya kuliah, bahkan hanya 15 menit naik motor, dari tempat kami biasanya beraktivitas bersama. Ya, hanya didepan rektorat UNY. Itupun hanya di daerah dekat jalan. Dibagian yang luas aspalnya. Suasanaya, ahad pagi, harusnya banyak yang lari-lari, olahraga disana. Tapi hari ini, daerah itu kami kuasai. :)

saya tidak akan cerita tentang UNY, dengan segunung prestasinya, ataupun membandingkannya dengan dua gunung prestasinya. Karena, kalaupun dibahas, saya hanya malu, karena, sumbangan prestasi saya ndak ada.

Ngapain sih?

Biasa saja, datang pagi-pagi. Dengan rombongan, mengendarai mobil. Kalau saya menyusul menggunakan motor, karena perlu mencari peralatan dulu. Jam 7.30 pagi, semua sudah dilokasi, tinggal menunggu saya. saya agak santai, karena pasti mereka sudah sibuk menjelajah tempat itu. Meskipun bukan tempat yang asing bagi mereka. pokoknya maen....

Jam 8.00, saya resmi sampai dilokasi, mereka masih (baru saja) asik dengan bundaran bergaris-garis, ditendang kesana kemari. Tentu saja, bola. Benda ini populer sekali. Lalu kemudian, aksi dimulai. . .

Kali ini, saya memimpin, untuk kesekian kalinya. Kalau anda bertanya, seneng gak sih jadi pemimpin? Nafsu akan jawab, senang sekali. Namun, pertimbangan yang jauh lebih masuk akal dan lebih mendalam mengatakan, perlu ada orang lain yang menggantikan. Tanggungjawabnya besar, dan itu berat, tidak sekedar besar. dan juga, agar orang lain juga merasakan apa yang saya rasakan, dan belajar dari apa yang saya rasakan. Memimpin. being a leader. Tak penting umur berapa yang dipimpin.

Jumlah kami banyak, 30 kira-kira. Kami sudah dibagi menjadi 5 kelompok oleh direktur, dan tugas saya kemudian, membuat semua merasa pembagian ini adil. Tidak bisa adil, dalam artian merata secara keseluruhan. Namun, cuku membuat mereka merasa adil. Itu cukup.

Setiap tim saya tanyai tentang kepuasan mereka dengan pembagian tim. Tim yang merasa tidak puas, silahkan maju. 2 Tim maju, dan saya minta mereka untuk saling bertukar anggota agar merasa adil. Dan selesai, semua merasa adil. Sekali lagi merasa adil. Karena mereka sendiri yang memutuskan, kita hanya perlu menegaskan bahwa setelah ini tidak ada protes atau keluhan mengenai ketidak adilan pembagian tim.

Sayangnya, masih saja ada yang keberatan. Untungnya, alasan untuk membantah sudah matang, dan siap disajikan. Bukankah tadi sudah diberitahu mengenai hal ini? Protes tentang kurang adilnya pembagian tim, harusnya dibagian depan. lanjutnya saja, toh it's just games...

Kuberi tahu sesuatu. Ini cukup penting. Terkadang, keberatan yang mereka ajukan, tidak berarti benar dan harus ditanggapi. Terkadang, mereka sekedar ingin bercerita, atau sekedar ingin mencari perhatian, atau bahkan membuat suasana ramai. Ini penting. So, just enjoy it...


game pertama :

"Tadz, cepetan tadz..tadz... kesuwen." hrr, anak-anak sudah tidak sabar, dan sayangnya ungkapan ketidak sabarannya agak kasar. Kalau dirumah dan lingkungan mereka yang seperti ini masih lembut, masih ada yang lebih kasar dari itu. Secara umum, mereka belum belajar menghormati orang lain dengan baik, begitu pula dengan pengajar TPAnya. Dulu, memaki dan berkata kasar dengan pengajarnya, itu biasa, sekarang ya masih . . . :) Itu keadaannya, kami yang sedang berusaha mengubah ini, sementara hanya bisa menikmatinya.
Now, lets begin the game!!!

Karena 5 kelompok sudah terbentuk, dan semua sudah merasa adil. Maka game dimulai. Permainan yang kami laksanakan sederhana, bahannya pun mudah. Kami panitia bahkan mulai mempersiapkan dari H-1 saja. Anda yang ingin mencobanya di rumah, disekolah atau ditempat lain bersama orang-orang tercinta silahkan menirunya. . .


1. Permainan pertama : Loop balap
Saya terinspirasi dari permainan semasa TPA di tempat KKN, banyumeneng. Dulu di desa itu, kami menggunakan sarung. Karena dulu masih banyak santri yang memakainya. Kalau di kota, ditempat TPA sekarang, sudah jaaaaarang sekali yang menggunakan kain yang mirip dengan torus itu. Sebagai penggantinya, kami menggunakan tali yang dibentuk loop. dibuat kira-kira bisa dimasuki oleh anak2 tanpa kesulitan. Kalau ingin semakin menantang, loop yang kecil lebih baik.

How do we play?

Semua kelompok dibariskan, membentuk masing-masing satu baris, kemudian, saling bergandengan tangan dengan teman sebelahnya, sehingga membentuk rantai tangan. Orang paling belakang dan orang paling depan menjadi tepi rantai, sehingga hanya bergandengan sebelah tangan.


Aturannya, geser loop dari orang pertama ke ujung, dengan cara badan menerobos masuk kedalamnya. Dalam proses ini, gandengan tangan tidak boleh lepas, jika lepas. maka loop diulang dari orang pertama.

LAKUKAN SECEPATNYA, kita sedang balapan kan?

berikan skor, terserah juri, untuk pemenang pertama, kedua, dan ketiga. Nah, saran saya, jangan lakukan ini sekali saja. Lakukan paling tidak 2 kali. Yang pertama agar mereka belajar, yang kedua, agar mereka berstrategi, karena belajar dari kesalahan sebelumnya.


2. Permainan kedua : Lomba meniup Balon

sederhana saja. 5 kelompok, 25 balon, bagi rata. Misinya : kembungkan balon, tapi sampai berapa besar? tergantung jurinya. Jurinya harus yang tegas. nah, yang menarik, ada saja balon yang "sakit", jadi tidak semua balon berhasil menggembung. Ada yang bocor, ada yang meleduk di tengah jalan. hmm, itulah permainan. jadi menyenangkan kan?

Berikan skor untuk tim yang selesai lebih dulu. Atau bisa juga point per balon.



3. Permainan ketiga : Balon estafet

Balon yang tadi, buat apa? kita manfaatkan lagi. Main lagi...

Permainan ini, sama persis seperti bermain lari estafet. Bedanya, yang ini memakai balon dan ... lebih menggemaskan. Tentu saja, gemas karena anak-anak gak paham-paham dengan aturannya, dan penting untuk di ingat : Anak-anak tidak terlalu suka mendengarkan penjelasan. Jadi, sabar ya waktu menjelaskan permainannya...

nah, pada keadaan seperti ini, pengeras suara sangat berguna. Bisa menghemat tenaga untuk tidak berteriak-teriak menjelaskan. :) Kapan-kapan perlu beli megaphone kali yak...



4. puzzle berlari

Jelas, bukan puzzlenya yang berlari-lari, lalu anak-anak mengejarnya. Bukan seperti itu. Dana kami belum cukup untuk membuat puzzle semacam itu :).

Begini, sebenarnya, ini hanya tentang cara menyusun puzzle. Sederhana. Sekedar mengambil potongan puzzle, lalu di susun. Bedanya, potongan puzzle ditarus ditempat lain, dan harus diambil terlebih dahulu. Agar cepat selesai, tentunya anak-anak harus berlari mengambilnya. oiya. Setiap kesempatan mengambil, hanya boleh 1 anak-saja, setelah selesai, baru yang lain menggantikan. Lari... Lari.. biar cepet selesai! Jangan mau ketinggalan dengan yang lain.



5. puzzle berlari untuk si pintar

Yang ini, sama seperti permainan sebelumnya. Ada tambahan sedikit. Tambahannya : anak-anak yang akan mengambil potongan puzzle, harus berhasil menjawab 1 pertanyaan yang disediakan. jika tidak bisa, maka akan diberikan pertanyaan lain, sampai bisa menjawab, atau anak tersebut menyerah dan kembali ke kelompoknya. Jadi, hanya si pintar saja yang bisa membawa pulang puzzle.

O iya, tidak selalu anak yang besar (umur dan ukurannya) itu lebih pintar dari si kecil. Nasywa yang imut sudah membuktikannya. Ia berhasil membawa sekitar 3 potong puzzle lho...


Bukan kejadian istimewa kan? bukan juga acara besar, tempatnya juga cuma dekat saja. Namun kami senang, kami gembira. Ndak masalah meski hanya sekedar jalan-jalan. Yang lebih penting, kami bersama-sama.

dan kami, adalah :

Keluarga besar TKA-TPA-RTQA Masjid Nurul 'Adn











These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Harapan tentang pernikahan



Sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtPXmrYPygcD_AByPuCwIHx1Lo5RHa6_Lx2UjFKBjn5-jkKqlTT4FbuFrfhpyS0dLY1YmfBgRhWCr4Fp2GlUP4Lln-MorIYUBhTUoAqnrdfDBqpAAtv0yAROP1wZydLP71VNn_8O3qg/s1600/pernikahan.jpg
 Ceritanya begini . . .

afwan, ini postingan tentang deg-degannya menuju pernikahan, yang tidak tertarik karena belum akan segera ingin menikah, ataupun karena sudah terlanjur menikah

Beberapa orang berharap, berkhayal, berimajinasi bahwa dengan menikah, bersama pasangannya ia akan lebih mudah beribadah. Hmm, bayangan indahnya sholat malam bersama pasangan, lalu dilanjutkan sahur bersama, dan siangnya merasakan puasa bersamanya, lalu berbuka dengan masakannya..., nikmatnya bertadarus bersama dia, pergi kajian berdua dengan motornya, atau andaikan bisa setoran hafalan dengan dia setiap harinya. Indah sekali bukan?

Saya pun membayangkan seperti itu.

Tapi, ada yang perlu dibenahi dari harapan seperti itu. Harapan itu memang bagus, bagus sekali bahkan. Hanya saja, tidak tepat bila kita terlalu berharap dari (calon) pasangan kita. Berharap dengan kehadirannya, rutinitas ibadah jadi lebih semangat. Ini baik memang.

Tapi ada yang lebih baik.

Harapan yang berlebihan bisa menipu. Tentang ibadah, tentunya kita meniatkannya untuk Allah, dan semakin bagus niat itu bisa dilihat dari independensi ibadah kita dari orang lain. Maksud saya begini, masih melajang, ataupun ketika menikah, kita harus tetap rajin beribadah. Dilihat orang atau tidak, tetap saja tadarus satu juzz sehari terus dilaksanakan, puasa senin kamis, shalat malam, menghafal, berdakwah, dan lain-lainnya. Ideal sekali jika semua rutinitas ini, bisa terus kita jalankan, dengan adanya orang atau tidak. Tentu sah-sah saja kita menjadikan orang lain sebagai pemicu semangat. Namun, karena ia hanya sekedar pemicu, semangat kita tidak akan bertahan lama, jika hanya mengandalkan pemicunya.

Bisa jadi, diawal-awal pasangan muda itu menikah, semangat ibadahnya akan meningkat pesat. Bangun malam jadi lebih ringan, karena si dia rajin sekali bangun, dan membangunkan kita. Tentu tidak mau kalah darinya bukan? Di lain kesempatan, kita yang bangun terlebih dahulu. Lalu balas membangunkan dia.

Bertadarus jadi lebih bersemangat, karena ada dia yang juga bertadarus. Setiap kali melihatnya menyentuh mushaf, kita pun ikut bersemangat, dan kemudian bertadarus dengannya, bersama. Saling menyetorkan hafalan.  Begitu pula dengan ibadah lainnya, berangkat kajian jadi lebih ringan, karena bersamanya. Puasa jadi lebih nikmat, karena ingat, nanti sore akan berbuka dengan masakannya. dan lain-lain... sepertinya untuk urusan imajinasi semacam ini saudara-saudaraku yang ikhwan lebih lihai :)

Semangat terpicu bukan? namun perlu diwaspadai. Jaga terus niat kita. karena ia hanya sekedar pemicu. Akan ada masa bosannya. Akan tiba masanya nanti, shalat malam bersamanya sudah tidak istimewa, bertadarus mendengar suaranya mengaji menjadi hal biasa. Dan segala sesuati menjadi biasa...

Jika hal ini membuat semangat ibadah menurun, maka itu berarti niat kita kurang lurus. Kurang ikhlash. Ini bahaya yang harus diwaspadai.

(Calon) pendamping kita nantinya, bisa jadi tidak sesempurna bayangan anda. Bisa jadi. Nah, tugas andalah sang pemimpin rumah tangga, untuk mendidiknya, mengajarinya, dan menggandeng tangannya bersama menaati Allah subhanahuwata'ala.

Jika ia ternyata jauh lebih baik dari harapan anda, maka pastikan, jaga terus keikhlasan dan ketulusan niat kita kepada Allah. Bersyukurlah kepada Allah, karena telah mengaruniakan pasangan yang mampu mendekatkan diri anda kepada Allah, terus membantu anda mengingatNya.

wahai belahan jiwaku
harapanku
engkau menjadi bidadari surgaku

sajikan pemandangan surga
terlihat jelas didepat mata
sehingga membuatku bersemangat untuk mengejarnya

dendangkanlah senandung ilahiah
agar kita berdzikir bersama

bangunkanlah tidurku
agar kita mengisi malam kita
dikehangatan sujud

tentu saja
engkau tidak harus begitu
karena kewajibanku lah, untuk membimbingmu

tapi engkau harus selalu menaatiNya
dan terus menuju keridhoanNya

jika aku membimbingmu, taatilah
jika aku melalaikannya, tuntutlah

agar aku selalu ingat kewajibanku


"Wahai orang-orang yang beriman!
sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta ampuni meraka, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang"
(At-Taghoobun : 14)

 

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Jalan yang lurus




hmm indah sekali bukan, masya Allah, semua orang di seluruh dunia, mengahadap satu arah yang sama. Semua orang, dengan bahasa yang berbeda, bahkan sulit untuk berkomunikasi satu sama lain, namun mereka semua faham, Allahu Akbar, yang harus diucapkan untuk memulai sholat. Semua orang di dunia, memiliki iman yang sama, sama-sama dipegang, didekap, dikibarkan, setiap waktunya. Mendekam dalam hati sebagai pandangan hidup, nampak dalam ucapan dan persaksiannya dan mewujud dalam amal perbuatan.

Iman, ini berbeda sekali, dengan sukuisme. atau kalau mau ditambahkan, berbeda juga dengan nasionalisme, kedaerahan, dan sejenisnya.

yang pertama di peroleh dari kombinasi pemikiran, hidupnya hati nurani, pengembaraan mencari mencari kebenaran, setelah sekian lama haus. dan tentu saja, iman yang menjadi sempurna karena Allah yang Maha Kuasa, mengijinkan kita mencicipinya. Iman, tak ternilai. Tak bisa dibandingkan dengan apapun.

yang kedua, diperoleh karena sekian banyak unsur "kebetulan" yang tidak penting sama sekali. meskipun, tidak berarti haram sepenuhnya. Karena "kebetulan" anda lahir di tempat ini, di dalam suku ini, maka sudah sepantasnya anda mempertahankan kehormatan suku anda. Jangan biarkan suku lain menghina kehormatannya, pertahankan, kalau perlu tumpahkan darah mereka yang menghina. sukuisme. yang ini sudah basi ditelinga.

Yang lebih update, nasionalisme. sama-sama kebetulannya, bahwa anda lahir di negara ini, di negara kesatuan ini, sudah sepantasnya anda membela negara. Ketika musuh menggoyang kedaulatan anda, sudah sepantasnya anda membelanya sepenuh jiwa raga. bahkan dalam hal yang remeh sekalipun. Mendukung timnas sepakbola anda, itu penting. apalagi dengan tetangga sebelah yang sering mengganggu anda. tunjukkan bahwa negara anda punya kehormatan.

mirip juga, kalau kita yang sudah berislam, sekedar berislam dengan kecintaan setaraf sukuisme atau nasionalisme. Jika kita ingin berbeda dengan para nasionalis, tunjukkan bahwa anda berislam dengan pemahaman, bahwa ini yang benar, yang lain tidak benar. Paham bahwa yang lain salah, akan menguatkan kepercayaan kita terhadap yang benar, meskipun ini bukan syarat mutlak. Seorang muslim tidak akan tumbuh sempurna tanpa mengenal kejahiliyahan.

ini blog saya bukan, nah, saya mau semena-mena sekarang :) . dan sebelum saya menulis sesuatu yang bisa menyakiti yang membaca, maka saya katakan, ini sekedar pemahaman saya, bukan sesuatu yang akan saya paksakan kepada orang lain. Melelahkan, dan belum tentu bermanfaat. Namun, kalau anda mau mengoreksi saya, saya tidak menolak, saya belum memfinalkan pemikiran saya. saya tidak mau disebut bebal, keras kepala, atau bodoh dan ndableg.

Jadi begini, saya akan membahas sesuatu yang agak sensitif. ini tentang harokah. Harokah itu, sederhananya adalah wadah pergerakan islam. Harokah itu bergerak, memiliki visi dan misi yang dituju, dan sebagian memiliki rujukan dan pemahaman sendiri, yang sering kali berbeda dengan harokah lain. Jadilah mereka seringkali bergesekan. Apakah ada harokah yang paling benar? saya tidak tahu, saya masih bodoh.

Apakah mereka semua islam? ya, saya sedang membicarakan harokah-harokah dalam islam. kalau anda membayangkan pergerakan para misionaris kristen, saya langsung katakan, mereka salah. Salah dari akarnya, iman nya. Agamanya. Nah yang saya bahas itu orang-orang yang sama-sama Islam, sama akidahnya (JIL, ahmadiyah, syiah tidak termasuk), sama-sama sedang berdakwah. Untuk Allah...

Saya tidak akan menyebut nama harokah.

Dan bagaimana sikap saya terhadap harokah? saya jawab, saya bingung. Bahkah tidak tahu. Anda tanya mana yang benar menurut saya, saya tidak tahu. Dan saya akan mencari tahu.

Seperti kebanyakan nasionalis. Beberapa aktivis harokah tertentu mengalami hal yang mirip dengan nasionalis. Kebetulan saja, mereka ikut direkrut oleh suatu harokah, kemudian masuk kedalamnya, menekuninya dan menjadi pengurusnya. Lalu mereka menjadi fanatik. Dan mulai berani menyalahkan yang lain. Dan yang lebih berbahaya lagi, mereka mulai membenarkan apa saja yang menjadi keputusan gerak harokahnya. Melemahlah kontrol dari para jama'ahnya terhadap harokah. Beberapa (sedikit jumlahnya), bahkan tidak tahu menahu dengan keadaan harokah lainnya. Dan bahkan mempelajarinya pun tidak. tapi mereka lebih baik,

daripada yang tidak aktif sama sekali...

Yang lain? mirip dengan yang saya sebutkan diatas. Fanatisme golongan. Saling bergesekan, berselisih dengan yang lain. Padahal sesama islam.

Setidaknya mereka lebih baik, daripada orang bingung seperti saya. Semua-mua dicoba. Apa-apa dipandang dengan pandangan skeptis. Saya bersedia belajar, tapi kalau masuk dan aktif, nanti dulu.

Saya hanya tahunya, saya sedang mencari alasan, untuk memilih (atau bahkan tidak), mana harokah yang akan saya bela?

Saya harus belajar, beberapa perbedaan diantara harokah, ada yang dapat ditolerir, karena hanya masalah cabang. Beberapa tidak, karena menyangkut masalah pokok. Ini perlu dipahami. Dan kalau anda bertanya, apa saya sudah paham? belum, saya masih belajar.

ada contoh menarik, seputar perbedaan ini. Harokah T yang kebetulan berpolitik aktif dan mendirikan partai,  mengatakan golput itu haram (tidak memilih dalam pemilahan umum). Atau setidaknya, lebih banyak mudhorotnya daripada kebaikannya. Bayangkan jika anda tidak memilih dan anda dipimpin oleh orang-orang yang tidak tepat?
  Harokah H mengatakan, memilih itu haram, pada tataran tertentu. Seperti misalnya memilih anggota legislatif, yaitu memilih orang-orang yang akan membuat undang-undang, membuat hukum. Padahal membuat hukum hanyalah HAK ALLAAH semata. Berbeda dengan pemilihan untuk memilih pejabat daerah, yang tidak membuat hukum. mereka menjalankan pemerintahan.

ada banyak perbedaan lain

anda mau pilih yang mana? saya belum tahu. tapi saya akan belajar.

Allaahumma ihdinash-shiroothol mustaqim...

ya Allah ya Tuhan kami, tunjukkan kepada kami, jalan yang lurus

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Malam takbiran edisi TKA-TPA Masjid Nurul 'Adn



Alhamdulillaah, ketemu lagi dengan hari raya, diantara dua hari raya tahunan >> 'Iedul Adha
Tahun ini, masih seperti tahun kemarin, saya bersama anak-anak merayakannya di Kricak Kidul, di Masjid Nurul 'Adn. Tempat yang sama, banyak hal yang berbeda. Rekan-rekan ustadz atau ustadzah yang berbeda, yang lain sudah mulai bekerja, akan menikah, dan melanjutkan perjalanan hidupnya. Yang baru, datang menggantikan.

Malam takbiran juga, acaranya sama seperti tahun lalu, bedanya, muncul pemaknaan lain di 'iedul adha kali ini. Santri-santri tpa, masih seperti tahun lalu, ramai berkeliling. antusias sekali. Tapi jangan bayangkan mereka ramai bertakbir, ndak juga. Yang putra, lebih konsentrasi menabuh rebana, mau iramanya nggak nyambung dengan alunan takbir, tak masalah. Bahkan yang lelah menabuh dengan tangan, sandal jepit pun jadi. Kulit kambing bulat itu, jadinya digebuki pakai sandal. Setidaknya, kali ini lebih baik, tidak muncul lagi lagu "balonku ada lima"  dari mereka. Soalnya lagu itu muncul pas idul fitri kemarin :). ah, anak-anak, ada2 saja. Dan ternyata, mereka mahir sekali ketika memainkan irama untuk lagu bersejarah itu.

Kalau kita yang sudah terlanjur dewasa, apa-apa serba di pikir. Hmm, takbiran keliling, ah bikin lelah saja. Lagian takbiran keliling 'iedul adha kan tidak seramai idul fitri, ndak usah saja. Lagipula, anak-anak juga tidak sungguh-sunguh melantunkan takbirnya.

ya iyalah,

Mereka butuh belajar. Termasuk belajar untuk mencintai segala macam bentuk ibadah-ibadah yang diajarkan sehari-hari. Meski motivasi berangkat TPA hanya karena ingin bermain dengan temannya, atau lebih baik lagi ingin membaca iqro (dan itu artinya, begitu selesai membaca satu halaman iqro, maka ia akan bermain sepuasnya, tak peduli ustadznya mengingatkan, atau memberi tugas lain), dan saya kira ndak ada yang benar-benar murni karena ingin belajar.

nah, para pengajar harus tahu itu. Tugas berat mengajar anak-anak, adalah memanfaatkan kedatangan mereka seoptimal mungkin untuk mengajari mereka untuk mencintai Allah dan mencintai ibadah.

Ada yang berpendapat mengajar TPA tidak penting?

Ada, tentu saja, buktinya sekarang ini, banyak masjid2 yang kesulitan mencari takmir (atau lebih tepatnya mahasiswa penjaga masjid), yang bersedia meluangkan waktunya, tenaganya, emosinya, usianya, dan merelakan emosinya dibawa naik halilintar, atau bungee jumping, atau dibuat cenat-cenut kepalanya, gara-gara meladeni anak orang? Semoga Allah merahmati para pengajar TPA...

Bagi saya, ini penting. Meski pekerjaan ini, hanya senilai setetes air, dari seluruh lautan, jika dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan besar lainnya. Ya tentu saja, berbeda antara dakwah di TPA dengan menjadi aktivis LDK, yang mengurus urusan NEGARA, PEMERINTAHAN, atau yang lainnya. Mengadakan seminar nasional, training kepemimpinan atau semacamnya. tentu berbeda, saya juga berpendapat, mewah sekali kegiatan dakwah itu. Saya pernah merasakannya juga.

Mengajar TPA itu berarti, mempersiapkan sejak dini, kader-kader pejuang dakwah selanjutnnya. Hmm, sepertinya terlalu berlebihan ya, hehehe. Paling ndak, membuat sebanyak mungkin peluang hidayah dari Allah, datang ke mereka. Semoga bisa melalui kita

atau, dari segi pribadi,

Mengajar TPA itu berarti, melatih keikhlasan kita beramal. atau bisa berarti, memenuhi kebutuhan kita untuk beramal, berdakwah. (Dakwah itu kebutuhan, karena kita wajib melakukannya). atau melatih kita untuk membina keluarga nanti, atau menguasai seni tampil polos apa adanya, dengan tetap mengontrol akhlak dihadapan mereka, atau ingin tetap awet muda, karena bergaul dengan anak kecil :).

Yang paling penting, semahir apapun pengajar menguasai anak-anak, sepandai apapun dia mengajar. Hanya Allah-lah yang memberikan hidayah kepada mereka, dan memberikan pertolongan kepada kita.

Bagi anda, termasuk da'i, pembina mentor, guru, ustadz dan para penyeru kebaikan. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah memperbaiki terus hubungan kita dengan Allah, ikhlaskan semuanya kepada Allah. Karena hanya karena Allahlah, seruan kita didengar oleh orang lain. Aib kita ditutupi, sehingga Allah memudahkan orang lain untuk mendengarkan kita, dan yang paling penting, membuat kita tidak perlu berpusing-pusing untuk jaim (jaga image, atau wibawa), dihadapan mereka. Yang ada kita menjaga sikap, menjaga perilaku, dan tentu saja ibadah, hanya karena Allah. Adapun wibawa kita naik dihadapan orang lain, hanya untuk mempermudah ajakan dan seruan kebaikan kita untuk diterima oleh mereka.

Amalan hati, jauh lebih utama dari amalan fisik.

kok sampai sini?

Menjaga amalan hati itu penting, karena mempermudah para pemuda yang sedang berdakwah, untuk bersikap sewajarnnya ketika terpaksa harus terlibat dengan akhwat misalnya (sholehah, baik akhlaknya, keibuan, dan cantik lagi, ... saya yakin cenat-cenut pasti, kalau pemuda ini normal ya :)).

Kembali ke mengajar TPA. Mengajar TPA itu unik, apalagi kalau pengajar pemuda, mendapatkan santrinya putri-putri semua, (saya juga begitu), sudah baligh semua (note, ketahuilah anak perempuan mulai haid sekitar 12 tahun, dan itu berarti sekitar kelas 5-6 SD). Jadilah, pusing menjaga dari sentuhan, mereka juga belum terbiasa berjilbab. atau santri perempuan yang suka dekat-dekat dengan pengajarnya, kemudian mencubit, atau memgang, karena sekedar bercanda. Mereka perempuan, mereka terbiasa melakukan kontak sentuhan dengan teman-temannya, tentu berbeda dengan santri laki-laki. atau tiba-tiba terjadi konflik perasaan, seperti pertengkaran antar teman, dengki-mendengki (meskipun level anak-anak). Mereka perempuan, mereka tumbuh dengan komunikasi yang intens, terkadang ucapannya tidak bisa dikontrol. Emosinya tidak terjaga. Sudah beberapa kali saja konflik seperti ini terjadi.

Mengajar TPA itu unik, karena kita harus berurusan dengan yang semacam ini.

Dan malam ini, saya mengenang semuanya, dengan senyuman . . .
Menjadi pengajar TPA, tak bisa seterusnya, minimal tidak bisa seterusnya di tempat ini.

life must go on, dan Allah menyediakan bumi yang luas, orang yang bermacam-macam, dan yang paling penting,

Allah menyediakan misi, untuk dikerjakan, untuk diupayakan, bukan HARUS diselesaikan. Karena Dia sendiri yang akan menyelesaikannya, melalui orang-orang pilihanNya. Dan saya, kita, harus berusaha agar kita dipilihnya...

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa tetap kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Segan untuk menasehati, sebuah nasehat untuk yang segan





Tiba-tiba saya ingin menulis, tentang suatu fakta yang menarik. Lebih tepatnya penting untuk dikaji dan dicari solusinya. Fakta tersebut terkait dengan perasaan segan, malu, (mungkin) enggan. Perasaan ini muncul ketika 2 atau lebih orang teman memiliki hubungan baik. Ada teman satu kamar, sama-sama berbagi ruangan pribadi yang kecil, dan bahkan sama-sma tidur ditempat yang sama, hanya bersebelahan. Ada teman satu pengajian, yang setiap pekannya bertemu dalam forum, sama-sama belajar, saling berbagi cerita. Bahkan, pada dua orang saudara kandung. Kemudian, perasaan segan ini, (sayangya) tiba-tiba muncul ketika seorang ingin memberikan nasehat kepada yang lain, atau ketika seorang ingin mengajak yang lain kepada kebaikan.

“Saya itu ingin mengingatkan dia, teman sekamar saya, untuk bangun shubuh, mengajak sholat kemasjid, tapi saya nggak enak mengajaknya, rasanya malu gimanaa gitu”, katanya. Padahal sehari-hari, kamar mereka sama, aktivitas mereka sebagian besar sama, sering berdiskusi tentang kuliah, hobinya sama dan saya lihat keduanya sama-sama akrab. Tahu kan, tidak mudah mencari orang yang cocok menjadi teman sekamar. Entah kenapa tiba-tiba untuk hal baik semacam ini, tiba-tiba rasa akrab ini hilang. Sayang sekali, Subhanallaah, Maha Suci Allah dari yang semacam ini.

Atau pada kasus lain, bisa terjadi antara teman satu kontrakan, atau teman satu halaqah (pengajian berkelompok). Pada saat bertemu di forum, mereka saling akrab satu sama-lain, namun dilain kesempatan rasa segan dan malu muncul untuk saling mengingatkan satu-sama lain.

Mungkin juga terjadi antara pasangan suami dan istri. Saya belum dapat fakta ini secara langsung, hanya dari membaca dari buku-buku. Kasus yang sering terjadi, istri takut (lebih dari sekedar segan) untuk mengingatkan suaminya sholat berjama'ah, mengaji, dan sejenisnya. Terkadang juga suami merasa enggan untuk mengingatkan istrinya, ketika istrinya berdandan berlebihan, kurang menjaga pergaulan, atau yang semacamnya.

Sekali lagi ini fakta yang menarik, dan perlu dicari solusinya. Bila hal ini dibiarkan, maka akan sangat sulit untuk membiasakan “amar ma'ruf, dan nahy munkar”. Meskipun dengan sesama saudara seiman yang cukup dekat. Apalagi dengan muslim lain yang masih awam, ataupun dengan orang non-muslim.

Ada pula situasi lain yang mirip dengannya, seperti fakta bahwa ada (mungkin tidak banyak) seorang pemandu halaqah yang tidak ingin terlalu sering berinteraksi dengan peserta pemanduannya selain diluar halaqah. Saya ambil contoh, seorang calon pemandu dari suatu Jurusan di Kampus U lebih memilih peserta pemandunya dari Jurusan lain. Ada yang beralasan agar lingkup kenalan lebih luas, ini tidak masalah. Ada yang beralasan, agar tidak sering bertemu, nanti khawatir turun wibawanya dan berakibat buruk pada kepemanduan.

Fakta ketiga ini meski berbeda dengan yang pertama dan kedua, saya melihat akar permasalahannya sama.

Segan untuk menasehati, dan menjaga wibawa.

Kenapa segan menasehati? Bisa jadi karena pemberi nasehat merasa belum pantas memberi nasehat kepada temannya, padahal temannya itu tahu semua tentang baik dan buruknya. Untuk apa menjaga wibawa? Agar orang-orang mau mendengarkan ucapannya. Agar nasehatnya diterima, agar bisa memperbaiki orang lain.

Maka kita kembalikan semuanya kepada Allaah, sungguh, urusan amal kita, urusan perbuatan kita hanya untuk mencari kedudukan di sisi Allah, untuk menjaga “wibawa” kita di sisinya. Adapun menjaga aib kita, memperbaiki penampilan kita, hanya dalam rangka mempermudah kita. Mempermudah langkah kita untuk memperbaiki orang lain.

Luruskan niat, itu sangat penting. Allah sebagai tujuan, Allah sebagai satu-satunya yang ingin kita rebut perhatiannya. Ingin kita berikan padanya karya-karya kita. Amal-amal kita.

Urusan kita dengan makhluk, hanya dalam rangka, ingin mengajak mereka mendekati Allah. Hanya itu. Tidak lebih.

Maka tidak perlu terlalu pusing memikirkan citra kita dihadapan orang-orang, yang benar, kita menjaga akhlak, menjaga perbuatan, penampilan kita, hanya utuk menarik perhatian Allah. Agar Allah memudahkan orang-orang untuk mendengarkan nasehat dari kita.

Tidak perlu segan untuk menasehati. Berikan saja nasihat, ajak saja dia berbuat baik. Sambil kita terus memperbaiki diri. Kita juga harus terus memperbaiki cara kita memberi nasihat, sentuh hati mereka. Nasehati mereka. Orang-orang yang kita sayangi, dan orang-orang yang kita inginkan untuk berubah menjadi lebih baik.
Jika anda ingin menarik perhatian orang lain, maka dekatkan diri kepada Allah
rebut perhatianNya, cintai Dia
agar Ia menjaga aib kita, melembutkan akhlak kita, dan memperbaiki penampilan kita

Untuk pemandu halaqah yang kebetulan satu rumah dengan adik panduannya, atau kuliah ditempat yang sama, justru ini kesempatan yang baik untuk terus memperbanyak interaksi. Sehingga memudahkan pembinaan. Tidak hanya sekali sepekan, namun setiap hari kita bisa membina mereka. Dan, Alhamdulillah, kita bisa belajar juga dari mereka.

Untuk anda suami/istri, jangan bosan ingatkan pasangan anda, agar hubungan kalian berlangsung hingga ke surga. Agar anak-anak, saudara dan tetangga tertarik untuk ikut bersama kalian, bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah.

Untuk anda seorang teman akrab, jika anda menyayangi teman anda, jangan menyerah untuk mengajaknya bersama dalam kebaikan.

Do'akan mereka, semoga Allah membukakan petunjuk, melembutkan hatinya, menerangi akalnya dan memberkahinya untuk menuju jalan kebaikan.

Untuk anda calon pasanganku, mari bersepakat, aku mencintaimu karena engkau mencintai Allah, engkau pun begitu. Jangan berhenti mencintaiku karena Allah, meskipun aku menjauh dariNya. Jangan berhenti, namun ajaklah aku untuk kembali mencintaiNya, karenanya akupun begitu.
Jika aku membuat Allah hilang dari cintaku, maka tinggalkan aku. Karena aku tak layak mendampingimu.


These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Wahai hati, percayalah, Allah Maha Tahu



Tulisan ini dibuat dimalam hari, dalam waktu yang singkat, berburu dengan waktu, karena baterai laptop tinggal 29%. Sambil menunggu unduhan manga yang rutin, saya simak setiap minggunya...

Allah itu Maha Tahu

Itu teorinya, dan kita wajib meyakininya, paling tidak kalau ditanya pas ujian agama di SD, waktu mempelajari tentang Asma Al-Husna. Kita baru sebatas tahu, belum merasakan, apalagi meyakini dan mengamalkannya. Dan percaya saja, baru akhir-akhir ini saja saya yakin dan merasakan KeMaha Tahu-an Allah,...

Allah itu Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambaNya, dan satu lagi

Allah itu tidak pernah mendzholimi hambaNya,

Jadi, semua yang kita dapatkan, semua keadaan hidup yang kita rasakan, semua hambatan yang melintang didepan jalan, semua musibah yang deritanya sedang melekat di jasad atau dihati kita, semua itu adalah yang terbaik untuk kita. Ini pasti.

Sedangkan cara orang bersikap terhadap keadaan, itulah yang menentukan, apakah kemuliaannya akan bertambah, pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah, ataukah hatinya akan tumbuh mekar, berkembang menjadi hati yang hidup, ataupun kepribadian dan kebijaksanaannya menjadi kian matang, ataupun sebaliknya. Ini persoalan hikmah,

"Hikmah adalah barang berharga milik orang yang hilang, maka siapapun yang menemukannya ia berhak mendapatkannya"

Mampukah engkau, saya, mereka mengambil hikmah dari SEGALA keadaan yang dihadapinya, maupun yang dihadapi oleh orang lain?

Itu pilihan

dan pada tulisan ini, saya ungkapkan rasa syukur kepada Allah,
Karena tidak setiap do'a saya dikabulkan seketika, meskipun berdo'a untuk dimudahkan dalam ibadah, dakwah, ataupun disegerakan menikah sekalipun. Ya, meskipun semua do'a itu baik menurut saya jika segera dikabulkan. Namun, Allah itu MAHA TAHU, kau tau? Ia tidak mengabulkannya, segera. Bisa jadi IA menundanya, agar kita mendapatkan hal lain yang lebih baik... Dan aku merasakannya kawan :)

Pernahkah kau ditolak seorang gadis untuk menjadi pacarmu?
jika YA, ucapkan Alhamdulillaah dalam sujudmu
karena Allah telah menjauhkanmu dari maksiat, untuk mendekat kepadaNYA

Pernahkah kau ditolak seorang wanita, untuk menikahinya? apapun itu alasannya
Jika YA, ucapkan Alhamdulillaah, dalam hatimu, lisanmu, dalam setiap sujudmu
karena bisa jadi Allah menghendaki, agar engkau mempersiapkan diri lebih matang, agar engkau lebih menikmati khusuknya ibadah, mendekat kepadaNya, mengenalNya lebih jauh...

tahukah kawan, itulah yang aku rasakan...

ukhti... barookallaahu laki, jazakumullaahu khoiron katsir,
karena telah menolakku...
Allaah, ia pantas mendapatkan jodoh yang jaaauuuh lebih baik dariku

:)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Apa baktiku?




yaa abii... yaa ummii

hampir 23 tahun sudah terlewati, aku ini lahir dan menyandang status sebagai putra kalian. Namun sejauh ingatan ini mampu mengingat, sejernih-jernihnya akal ini mampu menuntun aku berfikir, dan sedalam-dalam nya hati ini diajak merenung, ternyata aku belum mampu menjawab beberapa pertanyaan ini...

apa baktiku kepada kalian?

apa sebenarnya keinginan dan harapan kalian untuk putramu ini?

apakah aku sudah membuat kalian bangga?

apakah aku mampu mengajak kalian berdua, bersama keluarga untuk mendapatkan ridho Allah di hari pertanggung jawaban kelak?


baru di 2 tahun terakhir ini, tiba-tiba aku mulai merasa, ternyata hanya ketika aku butuh uang makan, lalu baru ingat dengan abii dan ummii..

ketika tagihan kuliah datang, baru kemudian sms

ketika masalah finansial menghadang, baru aku telpon...


padahal, kalau dirumah aku merasa tidak betah

ingin segera kembali ke tempat rantau

kalau diminta tolong, sering ditunda-tunda

seringkali lupa...


ya Allaah, ampunilah aku, dan kedua orang tuaku, dan rahmatilah mereka sebagaimana mereka memberikan kasih sayangnya kepadaku ketika aku masih kecil...


These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Esensial vs tak esensial



Beberapa waktu lalu, setelah sekian lama pengangguran di dunia maya, maksudnya, punya kuota internet yang cukup banyak, tapi malah nggak jelas kemana browsingnya, saya pun jadi pegiat facebook. Hmmm padahal dulu pernah mewanti-wanti orang untuk hati-hati dengan si biru ini : http://alloh-only.blogspot.com/2010/01/facebook-mu-privasi-mu-aib-mu.html.

yah, ternyata pikiran orang bisa berubah, termasuk saya ini hehehe (semoga bukan berubah menjadi buruk).

ceritanya begini. Sebagian orang berkativitas di fb sebagai "aktifis" : jualan, aktif bikin status baru (entah yang bermutu atau tidak), sibuk mencari link atau poster2 yang keren untuk dibagikan di wall atau forum (semoga amalnya diterima Allah), atau komentar-komentar di status temannya, ataupun hanya sekedar upload foto dan update kegiatan hariannya (atau kegiatan per jamnya, per menitnya).

Sebagian lagi hanya pasif : fb sekedar punya, kalaupun buka fb hanya untuk membaca-baca status teman, liat forum (tanpa jarang komen), atau sekedar cek rutin fb, siapa tahu ada yang kontak.

Termasuk yang mana anda?

kalau saya cenderung yang kedua. Alasannya : saya suka jaim hehehe, suka risih kalau ada yang membahas tentang saya. lagi pula, boleh donk jaim. Mumpung masih bujang.  :), lagi pula bukan tipe orang yang suka mengobrol banyak...

oke, lalu apa hubungannya dengan esensial vs tak esensial ?
berawal dari fb itu tadi, suatu saat pada jamah dahulu kala, ketika saya sedang berselancar di jejarsos si biru itu, saya mampir ke forum eh, kebetulan ada pembahasan yang bagus, mengenai pesan moral, yaitu kepedulian orang, ketika semua lingkungannya cuek dan apatis. artikel yang bagus...
cek sendiri ya di http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=5695115,
postingan ini saya anggap sangat bagus karena sudah 24 orang menyukainya.

tapi komentar dibawahnya :

LIKE1 :  alhmdl..msh ada org yg peduli...
September 2 at 7:35pm · Like · 1

A : bahasamu jelek
September 3 at 10:36am · Like

TS : saya hanya mengutip dari sumber kaskus :). Point artikel diatas bukan pada bahasanya melainkan kepedulian terhadap sesama.
September 3 at 4:32pm · Like

B : sepppp..
September 4 at 4:22am · Like

A : bahasa saja belum peduli, kok mau membahas sesama
September 4 at 11:11am · Like

C : selow aja kali bang A, namanya juga orang mau berbagi, niatnya kan mengingatkan, toh dy share'nya juga di kaskus, freedom of speech :D
September 4 at 8:17pm · Like · 1

B : hmm.. mungkin mas A bisa menata bahasa lebih baek... monggo mas ditata.... sekalian sampeyan juga ditata pikirannya...
September 4 at 10:44pm · Like · 1

A : Mujirin hehehehe
Wednesday at 9:28am · Like

B : wehhh malahh ngguyuu...
Wednesday at 10:44am · Like

A : kita harus lebih baik, bahkan ketika memilih suatu kata untuk mengutarakan maksud tertentu, walaupun banyak orang yang tidak peduli dan hanya cukup memakai bahasa pasar, kita tidak boleh begitu, mari belajar sama-sama, karena kita harus menjadi bangsa yang besar, maka bahasa pun harus baik
Wednesday at 2:47pm · Like · 1

B : nah katamu bagus mas...... coba klo ditata dari awal tanpa membuat yang lain ndak nyaman.... seolah2 dikau seng terbaik.. heehhhee
Wednesday at 7:52pm · Like · 1

A : saya tidak membantu orang yang dapat membantu dirinya sendiri
Thursday at 11:03am · Like

B : yup cukup....... suwun
Thursday at 11:42am · Like

D : panjang kali lebar sama dengan luas nih obrolan..
Thursday at 7:58pm · Like

E : wajar aja bahasanya kurang baik menurut aturan bahasa indonesia..karna lokasinya di jakarta..lain tempat lain juga gaya bicaranya..setauku bahasa yang baik dan benar itu lebih diwajibkan dipakai di sekolah, perkantoran, dan kantor pemerintahan..
Thursday at 8:33pm · Like

D : kalo kata orang2 indonesia jaman sekarang,yg sering nongol dan ngomong di tipi2 dan yang tidak pernah nongol di tipi, kiblat negara maju itu adalah USA..mulai dari segi hukum,politik,militer,gaya hidup,seni,sains,tehnologi,fashion,ekonomi,musik,perfilman,dll..nah orang2 USA saja kalau bicara juga tidak sesuai tata bahasa inggris yang baik dan benar,mulai dari pejabat,anak muda,selebritis,orang terdidik,orang penting dan gak penting,dll..terkadang juga sering keluar omongan tidak senonoh keluar dari mulut mereka,seperti yg kita tahu (mohon maaf) yakni fu*k,sh*t,moth*r fu*ker,da*n,bit*h,as* ho*e,dll..
saya juga pernah melihat profesor dari USA (kalau tidak salah,waktu ada kuliah singkat tentang fisika kristal di ruang sidang MIPA utara,saya lupa tanggalnya) merokok di koridor..di situ kan peraturan dilarang merokok,tapi profesor itu dengan asiknya nikmat menghisap asap tembakau tersebut.profesor itu seorang perempuan..dari segi budaya saja hal ini sudah tidak benar..sungguh negara yang bebas USA tersebut..tapi negara mereka bisa maju,bahkan jadi "superpower"..mereka menjunjung persatuan dari kemajemukan yang ada di sana..jadi bukan hanya bahasa saja yg menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa..hanya indonesia yang selalu mempermasalahkan hal kecil menjadi hal besar,maka dari itu tidak maju2..contohnya sudah banyak..silahkan cari sendiri..
Saya tidak bermaksud berdebat, jika ada yg mendebat pernyataan saya,silahkan,saya tidak akan layani..
Thursday at 9:00pm · Like

E : Sinuraya betul kali yang kau bilang do..kita lebih sering membesar besarkan hal yg seharusnya gak perlu diperdebatkan..
Thursday at 9:07pm · Like


Apa yang esensi dari artikel tersebut : adalah mengenai kerusakan moral yang akut dari bangsa kita, dan diantara sekian banyak orang, hanya sedikit yang peduli. saya pikir cukup banyak orang yang paham akan esensinya, minimal TS dan orang-orang yang menyukai artikel tersebut.

yang tidak esensial : saya tekankan, ini versi saya, adalah bagaimana orang seringkali membesarkan masalah-masalah yang tidak esensial. Lebih parah lagi, orang seringkali tidak tepat menentukan mana yang esensial dan mana yang tidak.
si A mencoba mengkritik masalah penggunaan bahasa gaul yang menurutnya esensial, sampai2 berkomentar demikian (), meskipun cara penyampaiannya kurang tepat. Dalam hal ini, masalah bahasa gaul tidak esensial. tak semua orang cocok dengan bahasa pidato kan? namun yang lebih esensial adalah bahasa (sikap) yang tepat agar orang mau (minimal) mendengarkan pendapat kita. Mungkin berbeda jalan ceritanya kalau kritik tidak dilakukan dengan cara "kasar" seperti tadi.
Maka yang esensial adalah etika, tata cara, adab (atau apapun kata yang mirip) untuk berdiskusi.

Dan ini menjadi hal yang esensial, karena tidak semua orang memiliki keahlian untuk berdiskusi.

Nah, kita lihat, orang ternyata seringkali terlupa dengan hal yang lebih penting karena hal-hal yang tidak penting.

Sebagian juga kadang terlalu terburu-buru menyimpulkan, seperti misalnya
.tapi negara mereka bisa maju,bahkan jadi "superpower"..mereka menjunjung persatuan dari kemajemukan yang ada di sana..

terlalu terburu-buru untuk menyatakan demikian, namun setidaknya kita telah mencoba mencari esensinya.

itu satu hal, mari saya ajak loncat ke hal lainnya...

me : "sister, aku belakangan mulai bertanya-tanya, mungkin gara-gara lagi serius mikir tentang berkeluarga kali, tapi ... sebenarnya apa sih harapan orang tua dari anaknya kalau sudah dewasa nanti?"

sister : "hmmm apa ya? belum kepikiran tuh..."

Saat pertanyaan ini aku ajuka ke dia, dia baru berkeluarga sekitar 3 tahun, anaknya 2 masih kecil-kecil, imut-imut dan lucu, dan suaminya bekerja cukup mapan (PNS). yah sedang dalam masa-masa bahagia berkeluarga...

mungkin beda lagi kalau pertanyaan ini aku ajukan ke bapak dan ibu ku, yang sudah cukup berumur, anak-nya sudah hampir berkeluarga semua, masa pensiun sudah dekat dan sudah mulai memikirkan hal-hal lain selain bahagianya menjalani rutinitas kehidupan..

Sister, saat ini belum mampu memahami hal lain yang lebih esensial. Ada apa dibalik rutinitas sehari-hari menjalani kehidupan? semua orang melakukan hal yang sama, lahir, besar, dewasa, berkeluarga, anak-anaknya tumbuh besar, dan kelak akan berkeluarga. dan siklus ini akan berulang. Apakah cukup sampai disini? lalu apa esensinya?

ketika orang terjebak pada hal-hal yang tak esensial, dan pikirannya tersita padanya, maka ia akan melupakan hal yang jauuh lebih penting, yang lebih esensial, yaitu tentang makna kehidupan.

Semua orang hidup, dan semua orang menjalani kehidupan, namun tidak semua orang sadar, mengenai bagian terpenting dari kehidupan, yang paling esensial, yaitu mengenai makna kehidupan dan ke arah mana kehidupannya akan ia jalankan.

Seorang hedon, terjebak pada pencarian kesenangan, kekayaan, materi dan semacamnya yang tak esensial dalam rangka mencari kebahagiaan. dan ia lupa untuk mencari tahu apa itu kebahagiaan yang sebenarnya dan dari mana sumbernya. jadinya, galaulah dia sepanjang hidup.

Seorang muslim pun sama, ia bisa terjebak pada rutinitas ibadah, untuk mencari surga dan menjauhi neraka. tapi terkadang kita lupa, apa esensi penciptaan kita di dunia.Tugas utama kita, bukanlah untuk mencari surga dan menjauhi neraka semata. Namun untuk menjalankan tugas hidup di dunia, urusan surga dan neraka, itu akan jadi imbalan yang sesuai dengan hasil pekerjaan kita semasa hidup.

bagaimana caranya masuk surga?
Cari tahu dulu apa tugasmu hidup di dunia, yang telah Allah perintahkan, lalu laksanakan, dan semoga dengan itu Allah akan memberimu surgaNya, dan menjauhkan dirimu dari nerakaNya.

#maaf tidak nyaman membacanya, masih belajar menulis, tapi paling tidak : cobalah untuk mencari esensinya, dan jangan terjebak pada hal yang tak esensial dalam tulisan ini :))

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Baraakallaahu lakum, semoga Allah memberkahi kalian

24 Juni 2012, bakal menjadi hari yang bersejarah
akankah ia hanya menjadi sejarah terjadinya suatu peristiwa?

ataukah ia akan menjadi hari dimulainya sejarah-sejarah besar berikutnya?

tergantung padamu, kakak2ku tercinta...


1420an tahun (hijriah) lalu, orang tua Hasan dan Husain, telah memulai sejarahnya. Kedua orang tuanya mulai mengembangkan layar bahteranya mengarungi samudra kehidupan yang luas, bergelombang, berangin dan berbadai. Ayahnya sebagai nahkoda, telah sukses mengemudikan bahteranya, menuju tujuan paling mulia, meniti jalan penuh kemuliaan. Ibundanya, dengan penuh kesabaran, menekan semua rasa penat, lelah, letih, dan kemiskinan, terus mendukung nahkodanya untuk terus berlayar menembus ombak dan badai.

Hari pertama pernikahan, kedua pasangan ini langsung mendapatkan hutang yang besar, sebuah rumah. Seorang anshor semula berniat untuk memberikannya kepada kedua pasangan ini, namun Sang Nabi, melarangnya. Keluarganya yang mulia tidak diperkenankan untuk menerimanya. Maka jadilah, pemberian itu berstatus hutang.
Dengan kondisi keuangan yang belum mapan, dan dengan hutang yang harus dibayar, keduanya bekerja untuk menjalankan bahtera rumah tangganya. Sang Ayah bekerja menimba air disumur dengan upah satu genggam kurma sehari, dan sang Bunda menggiling roti dirumahnya.

"Hari ini aku lelah sekali, aku menimba air sumur hingga tanganku bengkak" ucap sang Ayah
"Aku pun sama kanda, dari pagi hingga sore aku tak henti-hentinya menggiling adonan roti, hingga tanganku melepuh" ucap sang bunda.

kejadian ini jauh, sebelum Hasan dan Husain lahir.

apa kata sang kakek? orang tua dari kedua pasangan pengantin baru itu?
Ia mengajarinya sesuatu yang lebih berharga, dari pada menghindar dari kesulitan hidup yang dijalaninya. Dzikrullaah, bersabar, disetiap saat rasa pegal dan penat itu datang. Dzikrullaah...
hingga tepung dan adonan roti itu ikut berdzikir bersama sang Bunda.

Pasangan bersejarah ini adalah Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah dan 'Ali bin Abi Thalib, sang kota ilmu, dan salah satu khalifah Ar-Rasyidin.

Nahkodanya tidak pernah ragu akan tujuan bahteranya : Ridho Allah ta'ala, dan keduanya yakin tujuan itu akan tercapai jika keimanan terus terpatri di dada.


Perjalanan bahtera itu tentu saja tidak selamanya berbadai dan bergejolak. Seringkali cuaca begitu tenang dan damai, ikan-ikan menyertai lajunya, mengiring disebelah kanan dan kirinya. Segala sesuatu berjalan dengan damai dan tentram. Maka inilah saat yang tepat untuk bersyukur...

Dari Syu'aib,Rasulullah bersabda :"Sungguh perkara seorang mukmin itu menakjubkan. Semua perkaranya merupakan kebaikan dan hal itu tidak didapati kecuali pada diri orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan lalu kemudian bersyukur, maka itu baik baginya. Bila terkena kesempitan/musibah lalu bersabar, maka itu kebaikan pula baginya." HR Muslim.

Ya, bagi seorang mukmin, semuanya Indah, karena Allah-lah tujuannya. Ketika kenikmatan dunia ini datang, berupa rejeki, anak-anak, harta benda, kesehatan,  ia mempermudah jalan untuk mendekati dan mentaati Allah. Ketika musibah dunia datang, maka semoga Allah menjadikannya jalan untuk menggugurkan dosa dan kesalahan kita.
Adakah terlihat sesuatu yang buruk bagi seorang mukmin?

TIDAK ADA.

yang buruk adalah TIDAK MENJADI MUKMIN

maka dengan ini ku ucapkan do'a indah yang diajarkan oleh kekasih kita Rasulullah shollallaahu 'alayhi wasallam

"Baarokallaahu laka(i), wa baaroka 'alayka(i), wa jama'a baynakumaa fi khoyriin"

Semoga berkah dari Allah untuk mu, dan berkah Allah pula atas mu, dan semoa Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.

Semoga berkah itu Allah curahkan untuk semua kenikmatan yang Allah berikan untuk kalian.
Semoga berkah Allah itu, juga turun atas kalian, meskipun musibah dan cobaan menimpa kalian, seberat apapun.

dan semoga Allah melipat gandakan kebaikan-kebaikan untuk kalian, karena telah memenuhi sunnah Rasull, untuk menyempurnakan separuh agama. Maka bertaqwalah untuk separuh lainnya.

wahai nahkoda, barang kali ini bisa membantumu untuk menentukan arah tujuan bahteramu.

Apa tujuan hidup kita?

Apa misi hidup muslim itu ?

Hidup kita telah jelas dalam dua ayat yang mulia
Surat 51 ayat 56 dan Surat 2 ayat 120.

Kemudian bagaimana penjabaran misinya?

Rib'i bin Amir radhiyallaahu'anhu, seorang panglima perang muslim dalam periode pemerintahan Umar bin Khoththob radhiyallaahu'anhu, menggambarkan secara padat dan jelas kepada lawan perangnya Rustum, pemimpin Persia yaitu :

http://www.eramuslim.com/video/ustadz-ihsan-tandjung-tiga-misi-utama-umat-islam.htm


1. Mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba, kepada penghambaan kepada Allah subhanahu wata'ala
2. mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat
3. mengeluarkan manusia dari lalimnya agama-agama dunia menuju keadilan Al-Islam

still need more studies about this
~Hadiah sederhana, tanpa bermaksud menggurui~ 
~Selamat memulai membangun sejarah~

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Gelar baru, S.Si





Selasa, 22 Mei 2012, saat itu, bulan rajab sebentar lagi menjelang. Hari itu, menjadi hari bersejarah bagi sekitar 1500-an mahasiswa kampus biru. Hari itu, resmi kami melepas status mahasiswa kami, menjadi tanpa status, atau pencari pekerjaan, atau apalah... tak penting status apa yang tertulis di ktp atau e-ktp nantinnya.



Hari itu, bagi ku, adalah permulaan dari suatu perjalanan panjang. setelah 4,7 tahun merantau di kota pelajar ini, mencicipi indahnya pengetahuan, bertemu dengan orang-orang besar, dan terus mengasah pemikiran, akhirnya secara akademis, aku lulus, secara akademis pula lulus dengan cum laude.

Tapi itu hanya satu hal, disamping banyak hal lainnya.

Luluskah aku?
sehingga pantas disebut "orang" yang layak untuk mulai kehidupan bermasyarakat sepenuhnya?

Luluskah aku?
Sehingga pantas disebut sebagai orang yang berpemikiran dewasa?

Luluskah aku?
Sehingga layak untuk disebut sebagai manusia seutuhnya?

Luluskah aku?
Sehingga aku disebut sebagai pribadi yang matang karena telah mampu merencanakan kehidupan ku sebaik-baiknya?

dan yang paling penting?

LULUSKAH AKU?
Sehingga layak menjadi abdi Tuhan-ku yang baik

Apakah hari itu juga aku sudah harus lulus untuk mengatasi persoalan ini?

Tapi persoalan-persoalan ini jauh lebih berat dari sekedar lulus kuliah dan mengerjakan skripsi...


Yang aku tahu sekarang,
Aku bagaikan anak panah yang telah lepas dari busurnya.
Terbang melesat tanpa ragu, menuju target yang aku yakini kebenarannya

sambil terus mengharap pada Rabb-ku
Allaahumma-hdinash-shiroothol mustaqiim...
Ya Allaah ya Tuhan kami, tunjukilah kepada kamu jalan-mu yang lurus..

semoga Allaah menunjukkan melalui takdirnya, jalan yang benar
agar aku dan ummat ini, kami, senantiasa dibuka pintu hati dan akal kami untuk menerima kebenaran

Aku berjanji padaMu ya Allaah, akan terus belajar, bersungguh-sungguh mencari kebenaran, jangan biarkan langkah terhenti karena jumud, apalagi ashobiyah

Saat ini, aku hanya mampu menggambarkan targetku berdasarkan dzhonn, hanya dugaan kuat saja, belum sesuatu yang pasti benar menurut Tuhan-ku.

Aku maklum, diri yang lemah ini, ilmu yang terbatas, akal yang pendek, tentu masih banyak kekurangan lain yang kumiliki...

karenanya ya Allah...

Ihdinash-shiroothol mustaqiim...

dan jika Engkau telah mengijinkan hamba-Mu ini menapaki jalan kebenaran yang Engkau ridhoi, istiqomahkan hamba ya Allaah, dan jauh-kan sejauh-jauhnya, bagaikan timur terpisah dengan barat, antara hamba ini dengan perasaan "merasa benar sendiri", sehingga menyalahkan orang lain yang sama-sama sedang menuju jalanMu

tunjukilah hamba-Mu ini, takdirMu yang terbaik.





Bukan kita yang memilih takdir
Takdirlah yang memilih kita
Bagaimanapun, takdir bagaikan angin
bagi seorang pemanah
Kita selalu harus mencoba
untuk membidik dan melesatkannya
Di saat yang paling tepat

-Shalahuddin Al-Ayyubi-




Meskipun aku belum "lulus", semoga Engkau, ya Allaah, masih memberikan pada hamba ini, kesempatan dan waktu

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Tiga Misi Utama Ummat Islam





Masih kelanjutan dari postingan sebelumnya, Islam adalah panduan hidup yang diturunkan untuk manusia, yang sedang menjalankan tugasnya di bumi. Tugas mulia yang berat. Untuk melaksanakannya, diperlukan curahan waktu, tenaga, pikiran, yang tidak bisa dan tidak layak kalau sekedar sisa-sisa waktu kita yang kita berikan untuknya.

Maka berbicara mengenai hakikat kehidupan kita akan identik dengan tujuan hidup seorang muslim. Misi seorang muslim.

Sebelumnya visi hidup kita telah jelas dalam dua ayat yang mulia
Surat 51 ayat 56 dan Surat 2 ayat 120.

Kemudian bagaimana penjabaran misinya?

Rib'i bin Amir radhiyallaahu'anhu, seorang panglima perang muslim dalam periode pemerintahan Umar bin Khoththob radhiyallaahu'anhu, menggambarkan secara padat dan jelas kepada lawan perangnya Rustum, pemimpin Persia yaitu :

http://www.eramuslim.com/video/ustadz-ihsan-tandjung-tiga-misi-utama-umat-islam.htm


1. Mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba, kepada penghambaan kepada Allah subhanahu wata'ala
2. mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat
3. mengeluarkan manusia dari lalimnya agama-agama dunia menuju keadilan Al-Islam

dan pelaksanaan misi tersebut secara sempurna menuntut munculnya Negara Islam (Khilafatul Islamiyyah). Bila Ke-khalifahan telah tegak, maka Islam akan mampu menjadi rahmat bagi semesta alam secara sempurna.

Jalan tersebut sangat panjang dan membutuhkan kesabaran yang ekstra. Karena hanya orang-orang sabarlah yang Allah lebihkan kekuatannya dibandingkan orang-orang kafir (Al-Anfaal : 65-66).

Kesabaran tersebut amat diperlukan agar kita, ummat islam tidak salah langkah dan cenderung ceroboh dalam bergerak. Yang pada akhirnya, hanya mengakibatkan kesia-siaan, setelah semua yang telah dikerjakan.

Ingatlah, dakwah ini milik Allah, kemenangan pun telah dijanjikan oleh Allah, maka bersabarlah, tempalah dan latihlah diri pribadi kita menjadi orang-orang yang layak untuk diberikan oleh Allah jalan menuju kemenangan. Jadilah pribadi yang beriman bertakwa dan beristiqomah dalam berislam secara kaaffah. Ini tentang kualitas. Tidak masalah jumlah yang sedikit. Karena jumlah yang banyak pun hanya karena hidayah Allah. Tetap ajak sebanyak mungkin orang-orang lain untuk bergabung bersama jalan dakwah ini. Namun jangan tinggalkan prioritas. Bahkan jangan sekali-kalipun meremehkan yang prioritas, yaitu pembinaan, pengkaderan, atau tarbiyah ummat.

Kualitas ummat seperti apa yang dibutuhkan? yaitu ummah yang memiliki pemahaman akidah yang kuat, serta istiqomah dalam keimanan.

Sayyid Quthb mengatakan, pembinaan yang dimulai dari akidah adalah langkah yang berat, sekaligus yang paling mudah. Pembinaan ini adalah langkah yang panjang, sekaligus merupakan langkah yang paling cepat.

Permasalahannya bukan, pada gerakan mana yang akan kita ikuti, namun terltak pada sejauh mana kualitas tarbiyah ummat yang mengedepankan pembinaan aqidah...

Semoga hal ini menjadi solusi untuk menghindari perpecahan, perselisihan dan permusuhan yang kerap  muncul dalam perjalanan dakwah kita.

Kita memperjuangkan islam, bukan gerakan. Gerakan hanya wasilah, bukan tujuan.

Dalam hal ini Muhammadiyah telah memeri tauladan yang baik :
"Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku"

sebatas gerakan, tentu saja, tidak punya hak untuk memunculkan bibit-bibit permusuhan, bahkan fanatisme. Jangan kotori perjuangan dengan hal remeh semacam ini. Perjalanan masih panjang dan berat. Semoga Allah mengijinkan kita menjadi tentaraNya yang diridhoi-Nya...

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Bagaikan Mengambil cinta dari lagit, dan menyebarkannya ke bumi



Bagaikan mengambil cinta dari langit
lalu 
menyebarkannya ke bumi


Pernah baca kalimat itu?

Yap, kalau kamu pernah baca, atau sekedar ikut bedah bukunya Ustadz Salim A. Fillah, pasti pernah mendengarnya. Terus, mas, mas, ngapain sih kita bahas cinta di blog ini? dan kebelet nikah ya?
(ssstt... ^_^)

Harap tenang sodara-sodara, kita mau bahas yang jauh lebih besar dan jauh letaknya dari bahasan itu.

Setelah agak lama merenung, yang meskipun kurang efektif (disambi aktivitas lain sih), dan hasil baca sedikit buku, maka saya berani menyimpulkan, meskipun belum final, bahwa inilah salah satu tugas terpenting manusia yang paling mendasar.

bentar, bentar, pelan-pelan dulu...

Kalau kamu sudah sukses menata konsep diri dan konsep kehidupan kamu, maka persoalan ini akan segera beres. Tapi, tenang saja, saya ulangi pelan-pelan...

Bagi seorang manusia, ia harus mempunyai pijakan mendasar yang kuat, mengenai pandangannya tentang hidup dan kehidupan. Kemudian ia akan dapat melangkah dengan tegap dan mantap menjalaninya (galau? ke laut aje). Tentang hidup berarti ia paham darimana asal kehidupan, kedudukan dia dalam kehidupan, dan kemana perginya kehidupan yang ia miliki.

Jawabannya mudah bukan, kita diciptakan oleh Allah, sehingga dapat hidup dan menjalani kehidupan. Dan dari petunjukNya kita tahu, ternyata hidup kita itu sebentar, dan sekedar mampir, untuk menyelesaikan tugas dari Nya. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju keabadian.
(ref : QS 51:56, QS 2:30, QS 64:9, de el el)

Tentang kehidupan, berarti ia paham bagaimana menjalaniNya, setelah mengerti tugasNya untuk beribadah dan untuk menjadi khalifahNya, maka bergeraklah ia, berdakwah, seruan-seruan keimanan, dan seruan-seruan cinta...

eitss, jangan berpikir aneh-aneh dulu

saya menyebut seruan-seruan dakwah itu adalah seruan cinta, dan kamu harus ikut sepakat dengannya. Dalam kehidupan itu sendiri sudah tercium aroma cinta, dari Allah Ar-Rahmaan dan sekaligus Ar-Rahiim...

karena cintaNya, jadilah manusia ini hidup dengan segala kelebihan yang dimiliki dibandingkan makhlukNya yang lain. Bandingkan saja manusia dengan tumbuhan, atau hewan, beda kan? bahkan kita ngotot untuk membedakan diri kita dengan hewan atau tumbuhan (meskipun kadang perilakunya tak jauh beda)

Nah, tugas ke-khalifah-an kita juga sama. Kita mengambil cinta dari langit, dan menyebarkannya ke bumi.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl : 125)

Tuuuh, betulkan, seruan-seruan kita harus berisi hikmah, pengajaran yang baik, bahkan dalam berdebat pun harus dengan cara yang baik.

Apalagi, hidayah itu hanya milik Allah. Walaupun sebatalion kader dakwah kita kerahkan untuk membuat satu orang menjadi beriman, ya belum tentu bisa, kalau Allah belum berkehendak. (adanya malah takut ya? dikira maling diuber-uber)

Jadi, sepakat kalau seruan dakwah itu seruan cinta?



Bagaikan mengambil cinta dari langit
lalu 
menyebarkannya ke bumi


Bedanya ada sedikit, dakwah kita itu tidak seratus persen sama seperti kata "mengambil", yang kesannya, kalau nggak kita ambil, nggak bakal tuh, cinta itu bakal tersebar. Nah, Allah itu, PERCAYA DEH, jauuuhhh lebih tahu, dan lebih berkuasa dari kita (MAHA TAHU dan MAHA KUASA gitu...).


mau kita ikut-ikutan ngambil kek, atau cuek kek, CINTA Allah akan terus tersebar... dakwah lillaahi ini akan terus berjalan.


Nah, oleh sebab ini, maka ndak ada lagi istilah gede hati, merasa benar sendiri, angkuh dan sejenisnya ketika mengajak dan memberi tahu orang-orang untuk berislam dan beriman dengan benar. mestinya kita menyeru dengan rasa CINTA... dan membuat orang lain merasakannya...


(ditulis dalam keadaan bingung untuk menyampaikan, maaf kalau repot bacanya, semoga jadi banyak merenung)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Followers!!