Archives

Para perindu syahid

KISAH MENAKJUBKAN DI MASA TABI'IN…
~~~~~~
{Al-Akh Yahya Al-Windany}

Hari itu, di salah satu sudutnya Masjid Nabawi berkumpullah Abu Qudamah dan para sahabatnya. Di hati para sahabatnya, Abu Qudamah adalah orang yang sangat dikagumi. Itu karena Abu Qudamah adalah seorang mujahid. Berjihad dari satu front, ke medan-medan jihad lainnya. Seolah hidup beliau, beliau persembahkan untuk berjihad. Debu yang beterbangan, kilatan pedang, hempasan anak panah, derap kuda adalah hal yang sudah biasa bagi beliau. Pengalaman, tragedi, kisah, dan momen pun telah banyak beliau saksikan di setiap gelanggang perjuangan jihad. "Abu Qudamah, ceritakanlah pada kami kisah paling mengagumkan di hari-hari jihadmu", tiba-tiba salah seorang sahabatnya meminta. "Ya", jawab Abu Qudamah.

Beberapa tahun lalu. Aku singgah di kota Recca. Aku ingin membeli onta untuk membawa persenjataanku. Saat aku sedang bersantai di penginapan, keheningan pecah oleh suara ketukan. Ku buka ternyata seorang perempuan. "Engkaukah Abu Qudamah?" tanyanya.
"Engkaukah yang menghasung umat manusia untuk berjihad?" pertanyaannya yang kedua.

"Sungguh, Allah telah menganugerahiku rambut yang tak dimiliki wanita lain. Kini aku telah memotongnya. Aku kepang agar bisa menjadi tali kekang kuda. Aku pun telah menutupinya dengan debu agar tak terlihat. Aku berharap sekali agar engkau membawanya. Engkau gunakan saat menggempur musuh, saat jiwa kepahlawananmu merabung. Engkau gunakan bersamaan saat kau menghunus pedang, saat kau melepaskan anak panah, dan saat tombak kau genggam erat. Kalau pun engkau tak membutuhkan, ku mohon berikanlah pada mujahid yang lain. Aku berharap agar sebagian diriku ikut di medan perang, menyatu dengan debu-debu fi sabilillah."

"Aku adalah seorang janda. Suamiku dan karib kerabatku, semuanya telah mati syahid fi sabilillah. Kalau pun syari'at mengizinkan aku berperang, aku akan memenuhi seruannya", ungkapnya sembari menyerahkan kepangan rambutnya.

Aku hanya diam membisu. Mulutku kelu walau tuk mengucapkan "iya".

"Abu Qudamah, walaupun suamiku terbunuh, namun ia telah mendidik seorang pemuda hebat. Tak ada yang lebih hebat darinya, ia telah menghapal Al-Qur'an, ia mahir berkuda dan memanah, ia senantiasa shalat malam dan berpuasa di siang hari. Kini ia berumur 15 tahun. Ialah generasi penerus suamiku. Mungkin esok ia akan bergabung dengan pasukanmu. Tolong terimalah dia. Aku persembahkan dia untuk Allah. Ku mohon jangan halangi aku dari pahala", kata-kata sendu terus mengalir dari bibirnya.

Adapun aku masih diam membisu. Memahami kalimat per kalimat darinya. Lalu tanpa sadar perhatianku tertuju pada kepangan rambutnya.
"Letakkanlah dalam barang bawaanmu agar hatiku tenang", pintanya. Tahu aku memperhatikan kepangan rambutnya.

Aku pun segera meletakkannya bersama barang bawaanku. Seolah aku tersihir dengan kata-kata dan himmah (tekad) nya yang begitu mengharukan. Keesokan harinya, aku bersama pasukan beranjak meninggalkan Recca. Tatkala kami tiba di benteng Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seorang penunggang kuda yang memanggil-manggil.
"Abu Qudamah!" serunya.
"Abu Qudamah, tunggu sebentar, semoga Allah merahmatimu."
Kaki pun terhenti. Lalu aku berpesan kepada pasukan, "tetaplah di tempat hingga aku mengetahui orang ini".

Dia mendekat dan memelukku.
"Alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan menjadi pasukanmu. Sungguh Dia tidak ingin aku gagal", ucapnya.
"Kawan, singkaplah kain penutup kepalamu dahulu", pintaku. Ia pun menyingkapnya. Ternyata wajahnya bak bulan purnama, terpancar darinya cahaya ketaatan.

"Kawan, dimana ayahmu?" tanyaku, karena aku melihat dia yang masih belia.
"Justru aku keluar bersamamu hendak menuntut balas kematian Ayahku. Dia (insya Allah) telah mati syahid. Semoga saja Allah menganugerahiku syahid seperti Ayahku", jawabnya.
"Lalu, bagaimana dengan ibumu? Mintalah restu darinya terlebih dahulu. Jika merestui, berangkatlah. Dan jika tidak, layanilah beliau. Sungguh baktimu lebih utama dibandingkan jihad. Memang, Jannah di bawah bayangan pedang, namun juga terdapat di bawah telapak kaki ibumu."

"Duhai Abu Qudamah. Tidakkah engkau mengenaliku."
"Tidak", jawabku.
"Aku putra pemilik titipan itu. Betapa cepatnya engkau melupakan titipan ibuku, pemilik kepangan rambut itu…"
"Aku, insya Allah, adalah seorang syahid, dan putra seorang syahid. Aku memohon kepadamu dengan nama Allah, janganlah kau halangi aku ikut berjihad fi sabilillah bersamamu. Aku telah menyelesaikan Al-Qur'an. Aku juga telah mempelajari Sunnah Rasul. Aku pun lihai menunggang kuda dan memanah. Tak ada seorangpun lebih berani dariku. Maka, janganlah kau remehkan aku hanya karena aku masih belia."

"Ibuku telah bersumpah agar aku tidak kembali. Beliau berpesan; Nak, jika kau telah melihat musuh, jangan pernah kau lari. Persembahkanlah ragamu untuk Allah. Carilah kedudukan di sisi Allah. Jadilah tetangga Ayahmu dan paman-pamanmu yang sholeh di Jannah. Jika nantinya kau menjadi syahid, jangan kau lupakan Ibu. Berilah Ibumu ini syafa'at. Aku pernah mendengar faedah, bahwa seorang syahid akan memberi syafa'at untuk 70 orang keluarganya, dan juga 70 orang tetangganya. Ibuku pun memelukku dengan erat, dan mendongakkan kepalanya ke langit; Rabbku.. Maulaku.. Inilah putraku, penyejuk jiwaku, buah hatiku.. aku persembahkan ia untuk-Mu. Dekatkanlah ia dengan ayahnya", terang sang pemuda.

Kata-katanya terus mendobrak tanggul air mataku. Dan akhirnya aku benar-benar tak kuasa menahannya. Aku tersedu-sedu. Aku tak tega melihat wajahnya yang masih muda, namun begitu tinggi tekadnya. Aku pun tak bisa membayangkan bagaimana hati seorang ibu. Betapa sabarnya ia…

Melihatku menangis, sang pemuda bertanya, "Paman, apa gerangan tangisanmu ini? Jika sebabnya adalah usiaku, bukankah ada orang yang lebih muda dariku, namun Allah tetap mengadzabnya jika bermaksiat?!"
"Bukan", aku segera menyanggah.
"Bukan lantaran usiamu. Namun aku menangis karena betapa tegarnya hati ibumu. Bagaimana jadinya nanti jika engkau gugur?"
Dan akhirnya aku pun menerimanya sebagai bagian dari pasukan.

Siang malam si pemuda tak pernah jemu berdzikir kepada Allah Ta'ala. Saat pasukan bergerak, ia yang paling lincah mengendalikan kuda. Saat pasukan berhenti istirahat, ia yang paling aktif melayani pasukan. Semakin kita melangkah, tekadnya juga semakin memuncak, semangatnya semakin menjulang, kalbunya semakin lapang, dan tanda-tanda kebahagiaan semakin terpancar darinya. Kami pun terus berjalan menyusuri hamparan bumi nan luas. Hingga kami tiba di medan laga bersamaan dengan bersiap-siapnya matahari untuk terbenam.

Sesampainya, sang pemuda memaksakan diri menyiapkan hidangan berbuka untuk pasukan. Memang, hari itu kami berpuasa. Dan dikarenakan khidmatnya kepada pasukan selama perjalanan berhari-hari, dia pun kelelahan dan tertidur pulas. Pulas sekali hingga kami iba untuk membangunkannya. Akhirnya, kami sendiri yang menyiapkannya dan membiarkan si pemuda tertidur.

Saat tidur, tiba-tiba bibirnya mengembang menghiasi wajahnya. "Lihatlah, ia tersenyum!" kataku pada pasukan lainnya keheranan. Setelah bangun, aku pun bertanya padanya, "kawan, saat tertidur kau tersenyum. Apa gerangan mimpimu?"
"Aku mimpi indah sekali. Membuatku bahagia", jawabnya.
"Ceritakanlah padaku!" pintaku penasaran.

"Aku seperti di sebuah taman hijau nan permai. Indah sekali. Pemandangannya menarik kalbuku untuk berjalan-jalan. Saat asyik berjalan, tiba-tiba aku berdiri di depan istana perak, balkonnya dari batu permata dan mutiara, serta pintu-pintunya dari emas. Sayang, tirai-tirainya terjuntai, menghalangiku dari bagian dalam istana."

"Namun tak lama, keluarlah gadis-gadis menyingkap tirai-tirainya. Sungguh wajah mereka bagaikan rembulan. Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, sungguh menawan cantiknya. 'Marhaban', kata salah seorang dari mereka, tahu aku memandanginya. Aku pun tak tahan hendak menjulurkan tangan menyentuhnya. Belum sampai tangan ini menyentuhnya, dia berkata, 'Belum… Ini belum waktunya, janganlah terburu-buru…'. Telingaku juga menangkap sebuah suara salah seorang mereka, 'Inilah suami Al-Mardhiyah'."

"Lalu salah seorang dari mereka berkata kepadaku, 'kemarilah, yarhamukallah'. Baru saja kakiku hendak melangkah, ternyata mereka telah berdiri di depanku. Lalu mereka membawaku ke atas istana. Di dalam sebuah kamar, yang seluruhnya terbuat dari emas merah yang berkilauan indahnya, ada dipan yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih, dan di atasnya duduk seorang gadis belia dengan wajah bersinar, lebih indah dari sekedar rembulan!! Kalaulah Allah tidak memantapkan kalbu dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku, karena tak kuasa menatap kecantikannya!! 'Marhaban, ahlan wa sahlan, duhai wali Allah. Sungguh engkau adalah milikku dan aku adalah milikmu', katanya menyambutku, membuatku tak terasa hendak memeluknya. 'Sebentar… janganlah terburu-buru… belum waktunya. Aku berjanji padamu, kita bertemu besok selepas shalat dzuhur, maka bergembiralah', seru gadis tersebut", sang pemuda mengakhiri kisahnya.

Lalu, aku berusaha membangkitkan himmahnya, "Kawan, mimpimu begitu indah. Engkau akan melihat kebaikan nantinya". Kami pun bermalam dengan perasaan takjub dan kagum akan mimpi sang pemuda.

Esok hari, kami bersiap menghadapi kaum kafir. Barisan pun telah diluruskan, formasi dan strategi dimatangkan, senjata tergenggam kuat, dan tali kekang kuda dipegang erat. Semangat pun semakin berkobar saat mendengar hasungan, "wahai segenap para tentara Allah, tunggangilah kuda-kuda kalian. Bergembiralah dengan Jannah. Majulah kalian, baik terasa ringan oleh kalian ataupun terasa berat."

Tak lama, skuadron pasukan kuffar tiba di hadapan kami. Banyak sekali, bagaikan belalang yang menyebar kemana-mana. Perang campuh pun terjadi. Kesunyian pagi hari sontak terpecah oleh teriakan skuadron kuffar dan gema takbir kaum muslimin. Suara senjata yang saling beradu, berbaur dengan riuh rendah suara para prajurit yang sedang bertaruh nyawa. Tiba-tiba aku mengkhawatirkan pemuda itu. Iya, dimana pemuda itu…? Aku berusaha mencari di tengah medan laga. Ternyata dia di barisan terdepan pasukan muslimin. Dia merangsek maju, menyibak skuadron kuffar dan memporak-porandakan barisan mereka.

Dia bertempur dengan hebatnya. Dia mampu melumpuhkan begitu banyak pasukan kuffar. Namun begitu, tetap saja hati ini tak tega melihatnya. Aku segera menyusulnya di depan. "Kawan, kau masih terlalu muda. Kau tak tahu betapa liciknya pertempuran. Kembalilah ke belakang", teriakku mencoba menyaingi suara riuh pertempuran, sambil menarik tali kekang kudaku.
"Paman, tidakkah kau membaca ayat {wahai segenap kaum mukmin, jika kalian telah berperang dengan kaum kuffar, maka janganlah kalian mundur ke belakang (QS. Al-Anfal: 15)}. Sudikah engkau aku masuk neraka?" serunya menimpali. Saat kucoba memahamkannya, serbuan kavelari kuffar memisahkan kami. Aku berusaha mengejarnya, namun sia-sia. Peperangan semakin bergejolak.

Dalam kancah pertempuran, terdengarlah derap kaki kuda diiringi gemerincing pedang dan hujan panah. Lalu mulailah kepala berjatuhan satu persatu. Bau anyir darah tercium dimana-mana. Tangan dan kaki bergelimpangan. Dan tubuh tak bernyawa tergeletak bersimbah darah. Demi Allah, perang itu telah menyibukkan tiap orang akan dirinya sendiri dan melalaikan orang lain. Sabetan dan kilatan pedang di atas kepala yang tak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak. Kedua pasukan bertempur habis-habisan.

Saat perang usai, aku segera mencari si pemuda. Terus mencari di medan laga. Aku khawatir dia termasuk yang terbunuh. Aku berkeliling mengendarai kuda di sekitar kumpulan korban. Mayat demi mayat, sungguh wajah mereka tak dapat dikenali, saking banyaknya darah bersimbah dan debu menutupi.

Dimana sang pemuda tersebut? Aku terus melanjutkan pencarian. Dan tiba-tiba aku mendengar suara lirih, "Kaum muslimin, panggilkan pamanku Abu Qudamah kemari!"
Itu suaranya, teriakku dalam hati. Kucari sumber suara, ternyata benar, si pemuda. Berada di tengah-tengah korban bergelimpangan. Wajahnya bersimbah darah dan tertutup debu. Hampir aku tak mengenalnya.

Aku segera mendatanginya. "Aku di sini! Aku di sini! Aku Abu Qudamah!" isakku tak kuasa menahan tangis. Aku sisingkan sebagian kainku dan mengusap darah yang menutupi wajah polosnya.
"Paman, demi Rabb ka'bah, aku telah meraih mimpiku. Akulah putra ibu pemilik rambut kepang itu. Aku telah berbakti padanya, ku kecup keningnya dan ku hapus debu dan darah yang terkadang mengalir di wajahnya", kenangnya.
Sungguh aku benar-benar tak kuasa dengan kejadian ini. "Kawan, janganlah kau lupakan pamanmu ini. Berilah dia syafa'at nanti di hari kiamat."
"Orang sepertimu tak kan pernah kulupakan", sautnya.
"Jangan!" serunya lagi saat kucoba mengusap wajahnya.
"Jangan kau usap wajahku dengan kainmu. Kainku lebih berhak untuk itu. Biarkanlah darah ini mengalir hingga aku menemui Rabb-ku, paman."

"Paman, lihatlah, bidadari yang pernah kuceritakan padamu ada di dekatku. Dia menunggu ruhku keluar. Dengarkanlah kata-katanya; 'sayang, bersegeralah… Aku rindu'."

"Paman, demi Allah, tolong bawalah bajuku yang berlumuran darah ini untuk Ibuku. Serahkanlah padanya, agar beliau tahu aku tak pernah menyia-nyiakan petuahnya. Juga agar beliau tahu bahwa aku bukanlah pengecut melawan kaum kafir yang busuk itu. Sampaikanlah salam dariku dan katakan hadiahmu telah diterima Allah."

"Paman, saat berkunjung ke rumah nanti, kau akan bertemu adik perempuanku. Usianya sekitar sepuluh tahun. Jika aku datang, ia sangat gembira menyambutku. Dan jika aku pergi, ia paling tidak mau kutinggalkan. Saat ku meninggalkannya kali ini, ia mengharapkanku cepat kembali. 'Kak, cepat pulang, ya', itulah kata-katanya yang masih terngiang di telingaku. Jika engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku padanya dan katakan; 'Allah-lah yang akan menggantikan kakak sampai hari kiamat'," kata-katanya terus membuat air mataku meleleh. Menetes dan terus menetes membuat aliran sungai di pipi.

" Asyhadu alla ilaaha illAllah, wahdahu laa syarikalah, sungguh benar janji-Nya. Wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah. Inilah apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya dan nyatalah apa yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya", itulah kata-kata terakhirnya sebelum ruh berlepas dari jasadnya. Lalu aku mengkafaninya dan menguburkannya.

Aku harus segera ke Recca, tekadku. Aku segera pergi ke Recca. Tak lain dan tak bukan, tujuanku hanyalah ibu si pemuda. Celakanya aku, aku belum mengetahui nama si pemuda dan dimana rumahnya.

Aku berkelililing ke seluruh kota Recca. Setiap sudut, gang dan jalan ku telusuri. Dan akhirnya aku mendapatkan seorang gadis mungil. Wajahnya bersinar mirip si pemuda. Ia melihat-lihat setiap orang yang berlalu di depannya. Tiap kali melihat orang baru datang dari bepergian, ia bertanya, "Paman, anda datang darimana?"
"Aku datang dari jihad", kata lelaki itu.
"Kalau begitu kakakku ada bersamamu?" tanyanya.
"Aku tak kenal siapa kakakmu", kata lelaki itu sambil berlalu.

Lalu lewatlah orang kedua dan tanyanya, "Paman, anda datang dari mana?"
"Aku datang dari jihad", jawabnya.
"Kakakku ada bersamamu?", tanya gadis itu.
"Aku tak kenal siapa kakakmu", jawabnya sambil berlalu.

Gadis itu pun tak bisa menahan rindu kepada sang kakak. Sambil terisak-isak, dia berkata, "mengapa mereka semua kembali dan kakakku tak kunjung kembali?"

Aku iba kepadanya. Ku coba menghampiri tanpa membawa ekspresi kesedihan. "Adik kecil, bilang sama Ummi, Abu Qudamah datang."
Mendengar suaraku, sang ibu keluar.
"Assalamu'alaiki", salamku.
"Wa'alaikum salam", jawabnya.
"Engkau ingin memberiku kabar gembira atau berbela sungkawa?" lanjutnya.
"Maksud, ibu?"
"Jika putraku datang dengan selamat, berarti engkau berbela sungkawa. Jika dia mati syahid, berarti engkau kemari membawa kabar gembira", terangnya.
"Bergembiralah, Allah telah menerima hadiahmu."
Ia pun menangis terharu.
"Benarkah?"
"Iya…"
Benar-benar ia tak kuasa menahan tangis.
"Alhamdulillah… segala puji milik Allah yang telah menjadikannya tabunganku di hari kiamat", pujinya kepada Dzat Yang Maha Kuasa.

Para sahabat Abu Qudamah mendengarkan kisahnya dengan penuh kekaguman.
"Lalu gadis kecil itu bagaimana?" tanya salah seorang dari mereka.
Dia mendekat kepadaku, dan kukatakan padanya, "Kakakmu menitipkan salam padamu dan berkata; 'Dik, Allah-lah yang menggantikanku sampai hari kiamat nanti'." Tiba-tiba dia menangis sekencang-kencangnya, wajahnya pucat, terus menangis hingga tak sadarkan diri. Dan setelah itu nyawanya pun tiada.

Sang ibu mendekapnya dan menahan sabar atas semua musibah yang menimpanya. Aku benar-benar terharu melihat kejadian ini. Aku serahkan padanya sekantong uang, berharap bisa mengurangi bebannya.

Sang ibu pun melepas kepergianku. Aku meninggalkan mereka dengan kalbu yang penuh kekaguman, atas ketabahan sang ibu, sifat ksatria sang pemuda, dan cinta gadis kecil itu kepada kakaknya…
——————————————

Ya Rahman… Ya Rahiim…
Kabulkanlah seuntai do'a kami…
Memang terasa berat meniti jalan jannah-Mu. Syahwat yang selalu menyambar, Syubhat yang terus menghantam, Syaitan yang tak pernah menyerah, dan nafsu jahat yang senantiasa memberontak. Sedangkan kalbu ini lemah, ya Rabb…
Kalaulah bukan karena-Mu, tidaklah kami ini berislam. Tidak pula mengerjakan shalat, tidak pula bersedekah.Teguhkanlah kaki kami di atas jalan-Mu ini…

اللَّهُــــــــــــمَّ آمِــــــــــــــــــيْن…

————————
Diterjemahkan dengan beberapa editing tanpa merubah tujuan dan makna dari Kitab 'Uluwwul Himmah indan Nisaa', 212-217.

Lihat juga :
- Masyari'ul Asywaqi ila Mashori'il Usysyaqi: 1/285-290.2.

- Sifatush Shofwah: 2/369-3703.

- Tarikh Islam: 1/214-215.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

30 Hari Hafal Al-Quran?


Bismillah, Alhamdulillah, wash-sholaatu wassalaamu 'ala Rasuulillah, wa 'ala aalihi washohbihi ajma'in.

Pembaca sekalian, kita patut bersyukur bahwa geliat menghafal Al-Qur'an muncul di mana-mana di kalangan umat islam. Ada banyak lembaga, ustadz, sekolah, acara televisi, bahkan kampus-kampus yang mendukung program semacam ini. Kita menyaksikan ada banyak lembaga tahfizh quran baik yang berbayar maupun yang gratis (misalnyawww.almadinahnusantara.org). Ada pula Ustadz-ustadz kondang di televisi yang menyemarakkan menghafal Al-Qur'an, seperti Ustadz Yusuf Mansyur dan Ustadz Amir Faishol Fath, dan bahkan ada pula acara di televisi nasional yang khusus menyiarkan perlombaan menghafal Al-Qur'an bagi anak-anak.

Tidak ketinggalan pula sekolah-sekolah langsung meloloskan siswa yang ingin mendaftar menjadi muridnya dengan syarat hafalan Al-Qur'an, seperti misalnya di MAN 1 Yogyakarta. Kampus besar semacam UNS pun tidak ketinggalan. Ia ikut menyediakan beasiswa dan kesempatan belajar bagi pendaftar yang memiliki hafalan 30 juz, tidak ketinggalan pula kampus-kampus swasta seperti UII dan lainnya. Hal ini semakin menarik orang untuk berlomba-lomba menghafalkan Al-Qur'an.

Sekali-lagi kita patut bersyukur dengan perkembangan ini. Orang-orang mulai tertarik untuk lebih dekat dengan al-Quran dan menghafalkannya. Tentu dengan selalu menjaga niat ikhlash dalam menghafalnya, hanya untuk Allah saja, bukan lainnya.

Menghafal Al-Qur'an adalah ladang mujahadah

Menghafal Al-Qur'an adalah ladang perjuangan. Ya, karena menghafal, tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Proses menghafal, dimulai dari menambah hafalan, lalu mengulang-ulanginya agar tidak lupa, lalu terus mengulang lagi, dan terus mengulanginya lagi, adalah proses yang tidak memiliki kata 'tamat' di dunia ini. Proses menghafal adalah proses yang ditujukan sampai akhir hayat. Sehingga proses ini memerlukan nafas yang panjang, kesungguhan, dan juga ketahanan terhadap kebosanan.

Menghafal Al-Qur'an itu sulit bagi sebagian orang karena bahasa Al-Qur'an adalah bahasa arab, sedangkan kita berbahasa indonesia. Tentu semakin susah bagi yang belum terbiasa. Ditambah lagi menghafal Al-Qur'an memerlukan kemampuan tajwid yang standar, yaitu penguasaan terhadap tata cara membaca Al-Qur'an. Kurang pas panjang pendek saja bisa fatal, kurang mendengung saja bisa salah, terlebih lagi jika salah dalam mengucapkan huruf. Kesulitan lainnya adalah jumlah halaman yang harus dihafalkan tidaklah sedikit. Terdapat 604 halaman (standar madinah) yang terbagi dalam 30 juz dengan 114 surat. Dan masih ada kendala-kendala lain yang dialami oleh para penghafal yang tidak dapat disebutkan satu persatu di tulisan ini.

Namun, kesulitan-kesulitan tersebut tidak sepadan dengan balasan-balasan berlipat-lipat yang Allah subhanahu wata'ala berika kepada para penghafal Al-Qur'an. Balasan-balasan inilah yang sangat menggiurkan bagi para pencari ridho Allah. Diantara dalil tentang keutamaan para penghafal Al-Qur'an adalah :

1. RasulullahShallallahu'alaihi Wasallambersabda:

اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه

"bacalah Al Qur'an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa'at bagi shahibul Qur'an" (HR. Muslim  804)

2. Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. RasulullahShallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها

"akan dikatakan kepada shahibul qur'an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca" (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

3.Termasuk sebaik-baik manusia

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallambersabda:

خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه

"sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Al Bukhari 4639).

30 hari selesai menghafal Al-Qur'an? Seriuskah?

Beberapa tahun terakhir ini pun mulai bermunculan program-program percepatan menghafal Al-Qur'an. Mulai dari program 40 hari menghafal Al-Qur'an yang terinspirasi dari Sudan, program 60 hari menghafalAl-Qur'an beserta artinya, dan juga program-program ringan seperti 2 hari menghafal juz 'amma, atau yang semisalnya.

Banyak orang yang bertanya-tanya, benarkah dengan waktu yang sesingkat itu (40 hari / 60 hari) bisa menghafalAl-Qur'an? Padahal biasanya perlu waktu paling tidak 2 tahun menyelesaikannya di pondok-pondok tahfizh atau di boarding school. Lalu bagaimanakah kualitasnya?

Jawabannya adalah bisa, bi idznillah.

Perlu diingat bahwa kemampuan orang dengan orang lain berbeda-beda. Sebagaimana kita mengetahui prestasi siswa di sekolah berbeda-beda satu sama lain. Sama-sama memiliki nilai yang sama pun tetap saja kemampuannya berbeda. Demikian dalam menghafal Al-Qur'an. Metode yang ringkas maupun metode yang biasa,pun akan menghasilkan lulusan dengan kualiatas yang berbeda yang tidak bisa disamakan. Hafizh Al-Qur'anitu ada yang baik kualitas hafalannya, ada yang cukup, dan ada yang kurang.Tergantung pada pengulangan dan penjagaan hafalannya.Meskipun jelas rata-rata lulusan program menghafal yang konvensional jauh lebih baik daripada program yang singkat/ringkas.

Jadi, apakah bisa dalam 30 hari selesai menghafal Al-Qur'an? Jawabannya bisa!

Namun kualitas hafalannya, bergantung pada masing-masing pribadi tersebut.

Pembaca sekalian. Dauroh-daoroh singkat menghafal Al-Qur'an yang diselenggarakan, biasanya hanya menargetkan ziyadah (menambah hafalan), bukan mutqin (kesempurnaan dalam menghafal). Biasanya, peserta hanya diminta untuk menambah hafalan secepat mungkin lalu menyetorkannya.Karena dalam waktu yang singkat itu hanya cukup untuk menambah hafalan saja,tidak cukup untuk memperkuat hafalan, dan mengulang-ulangnya, kecuali bagi orang-orang dengan kemampuan luar biasa.

Lalu apakah gunanya? Menambah hafalan lalu kemudian tidak diulang karena lupa?

Dalam menghafal Al-Qur'an,TIDAK ADA yang sia-sia, TIDAK ADA istilah gagal.Bagaimana bisa disebut sia-sia atau gagal, sementara MEMBACAnya saja berpahala? Bukankah demikian? :)

Selain itu, dampak positif pada pribadinya adalah : adanya semangat untuk mengulang kembali dan memperkuat hafalannya, bagi orang yang 'pernah' selesai menghafal Al-Qur'an. Ia sudah merasa 'pernah' menyelesaikan hafalan dalam waktu singkat, tentu mudah untuk menghafal 'kembali' diwaktu lain dengan meningkatkan kualitasnya. Ia sudah lebih percaya diri untuk melakukannya. Bandingkan dengan yang tidak pernah menghafal sama sekali. Berat sekali untuk menambah hafalannya.

Jadi, sebulan selesai menghafal Al-Qur'an? BISA, bi idznillah…

Bukankah menghafal dan menjaga Al-Qur'an adalah proses jangka panjang yang tidak pernah berhenti, hingga ajal menjemput?



(Abu Abdillah)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

*Ramadhan dan Kebangkitan Islam*

Hanya dengan kekuatan 200.000 tentara dan berlangsung hanya dalam waktu 40 hari Kekhalifahan Abbasiyah yang bertahta selama 500 tahun dengan segala kebesarannya lenyap dari muka bumi.

Baghdad luluh lantak dihancurkan. 1,8 juta kaum muslimin di Baghdad disembelih dan kepalanya disusun menjadi gunung tengkorak. Tua, muda bahkan kanak-kanak. Laki-laki maupun perempuan, hingga janin di dalam kandungan semua dipenggal.

Khalifah dibantai beserta 50.000 tentara pengawalnya. Sejak pembantaian itu selama 3,5 tahun umat Islam hidup tanpa Khalifah. Tentara yang biadab memusnahkan ribuan perpustakaan yang memuat jutaan kitab-kitab, manuskrip-manuskrip sebagai khazanah peradaban di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga berwarna kehitaman. Siapa pelakunya?

Mereka yang bengis itu disebut Bani Qantura dengan ciri-ciri fisik bermuka lebar dan bermata kecil yang telah diisyaratkan kemunculannya oleh Nabi Muhammad saw. Kita mengenalnya sebagai bangsa Mongol atau Tartar yang kala itu dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan.

Ketika itu, seluruh negeri Islam yaitu Baghdad, Syria dan Asia Tengah sudah jatuh ke tangan tentara Mongol. Hanya tinggal tiga negeri Islam yang belum dimasuki yaitu Makkah, Madinah dan Mesir. Maka Hulagu Khan terus merangsek berupaya menaklukkan negeri yang lain.

Ambisi selanjutnya adalah menaklukan  Mesir dan mengutus delegasi Mongol ke Mamluk Mesir, dimana pemimpin saat itu adalah Sultan Syaifuddin Muzaffar al Quthuz. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan yang isinya,

*"Dari Raja Raja Timur dan Barat, Khan Agung. Untuk Quthuz Mamluk, yang melarikan diri dari pedang kami. Anda harus berpikir tentang apa yang terjadi pada negara-negara lain dan tunduk kepada kami. Anda telah mendengar bagaimana kami telah menaklukkan kerajaan yang luas dan telah memurnikan bumi dari gangguan yang tercemar itu. Kami telah menaklukkan daerah luas, membantai semua orang. Anda tidak dapat melarikan diri dari teror tentara kami. kemana Anda lari? Jalan apa yang akan Anda gunakan untuk melarikan diri dari kami?*

*Kuda-kuda kami cepat, panah kami tajam, pedang kami seperti petir, hati kami sekeras gunung-gunung, tentara kami banyak seperti pasir. Benteng tidak akan mampu menahan kami, lengan Anda tidak dapat menghentikan laju kami. Doa-doa Anda kepada Allah tidak akan berguna untuk melawan kami. Kami tidak digerakkan oleh air mata atau disentuh oleh ratapan. Hanya orang-orang yang mohon perlindungan akan aman. Mempercepat balasan Anda sebelum perang api dinyalakan.*

*Menolak dan Anda akan menderita bencana yang paling mengerikan. Kami akan menghancurkan masjid Anda dan mengungkapkan kelemahan Tuhanmu, dan kemudian kami akan membunuh anak-anak dan orang tua Anda bersama-sama. Saat ini Andalah satu-satunya musuh yang mesti kami hadapi."*

Isi surat tersebut jelas-jelas melecehkan kedaulatan Islam, cuma ada dua opsi, menyerah atau berperang. Syaifuddin Quthuz tidak gentar sedikitpun, malah beliau dengan berani menempeleng delegasi Mongol itu dan membunuh mereka karena tertangkap tangan melakukan tindakan spionase. Dengan segera ia menggerakkan pasukannya dan memancing Mongol untuk bertempur di Ain jalut.

Kemudian Al Quthuz segera memobilisasi tentaranya maka terbentuklah pasukan berjumlah 20. 000 orang tentara dan bergerak menuju Ain Jalut di Palestina untuk menantang tentara Mongol. Bahkan istri sang sultan ikut berjuang dan memilih jalan jihad bersama kekasihnya.

Pada malamnya Quthuz dan pasukan Islam melakukan tahajud dan memohon dari Allah demi kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran esok hari. Malam itu adalah malam jum'at 25 Ramadhan, mereka menghabiskan malam mereka dengan tahajud dan doa serta menyerahkan diri kepada Allah. Semoga Allah menerima mereka sebagai hamba-Nya dan memberikan kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari. Hari di mana mereka menebus semua kematian jutaan umat Islam di tangan Mongol. Hari dimana kekhalifahan Islam akan sirna selamanya jika Mongol berhasil mengalahkan mereka.

JUM'AT, 25 RAMADHAN 658 H

Sultan Quthuz berdiri gagah, ia hendak memotivasi seluruh tentara gabungan Mesir, Syam dan Turki, serta seluruh rakyat Mesir untuk bergerak menuju jihad di jalan Tuhan. Suaranya begitu lantang dan keras, membuat jiwa bergetar, dan mengalirkan air mata, kata-katanya terdengar nyaring, menyerukan jihad paling menentukan dalam sejarah.

*"Jika Mongol memiliki kuda, panah, tameng, dan manjanik. Maka kita punya yang tak terkalahkan oleh apapun, kita punya Allaaaaah,,,,,Azza wa Jalla."*

Suara takbir bergemuruh, semangat pasukan terbakar, dan rakyat  berjanji akan bertempur bersama sultan mati-matian, hingga darah penghabisan.

Bertemulah Kedua kekuatan tersebut di Medan perang Ain jalut, Pasukan Mamluk dengan mengandalkan pasukan kavaleri sebagai kekuatan utama di pimpin oleh Jendral Baibars dengan Sultan Quthuz mengamati dari dataran tinggi sementara Pasukan Mongol dipimpin langsung oleh jendral tangan kanan dan kepercayaan Hulagu Khan, Qitbuka Noyan.

Baibars yang memiliki jumlah pasukan kaveleri yang lebih sedikit menggunakan taktik "hit and run" dalam melawan pasukan Mongol hingga terjadi pertempuran selama berjam-jam sampai pada akhirnya pasukan Mongol jatuh ketengah-tengah perangkap pasukan Mamluk.

Melihat lawannya sudah masuk kedalam perangkap, pasukan Mamluk yang bersembunyi mulai keluar dan langsung menghujani pasukan Mongol dengan panah dan meriam kecil dalam penyerangan ini.

Ketika pasukan lawannya sudah berada dalam posisi terdesak, pasukan kavaleri Mamluk lain yang juga bersembunyi serta kemudian disusul oleh Infantrinya langsung menyerbu lawannya dalam empat posisi, menutup jalan keluar bagi pasukan Mongol.

Qitbuka yang menyadari bahwa pasukannya tidak mempunyai harapan lagi untuk melawan pasukan Kaveleri utama pimpinan Baibars dan memenangkan pertempuran, serta pasukannya terpojok ditengah-tengah, segera memerintahkan keseluruhan sisa pasukan yang dimilikinya untuk memfokuskan penyerangan ke posisi sayap kiri pasukan Mamluk pimpinan Al-Mansur Mohammad yang dirasa paling lemah, untuk membuka jalan keluar bagi pasukan yang dipimpinnya. Setelah digempur secara gencar akhirnya posisi sayap kiri pasukan Mamluk menjadi goyah.

Dari dataran tinggi, Sultan Quthuz yang mengamati jalannya pertempuran, melihat posisi sayap kiri pasukannya mulai terbuka akan dijebol pasukan Mongol, seketika itu pula ia membuang topeng bajanya ke tanah hingga wajahnya dapat terlihat oleh seluruh pasukannya, Sambil mengacungkan senjata Ia menggebrak kudanya ke arah posisi sayap kiri pasukannya,dan berteriak keras-keras,

*"Demi Islam!..Demi Islam!"*

Melihat sultannya menuju ke arah mereka, seketika itu pula moral dan semangat bertempur pasukan sayap kiri Mamluk meningkat, mereka kembali meningkatkan pertahanan dan tekanan kepada pasukan Mongol, satu-persatu pasukan Mongol berjatuhan terbunuh termasuk Qitbuka.

Pasukan yang tak pernah terkalahkan akhirnya takluk oleh pejuang Islam yang pemberani dan panji-panji Islam kembali ditegakkan.

Sultan Syaifuddin Muzhaffar al Quthuz meninggal dunia hanya lima puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11 bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!

Berbagai peristiwa bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi, kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya, semua ini dicapai kurang dari satu tahun di bawah pemerintahan pemuda legendaris ini.

Lalu. Bagaimana dengan kita? Di penghujung Ramadhan ini, apakah yang telah kita persiapkan, korbankan bahkan perjuangkan untuk menegakkan keadilan dan mencegah kemungkaran di sepanjang hidup kita?

Ramadhan adalah bulan perjuangan. Mulai dari perang Badar, perang Tabuk, menggali parit untuk perang Khandaq, penaklukkan Makkah, penaklukkan Andalusia, serta banyak peperangan terjadi di bulan ini termasuk perang Ain Jalut. Maka bukan kebetulan juga jika kemerdekaan bangsa ini diproklamirkan pada hari jum'at 9 Ramadhan.

Selain bulan perjuangan,Ramadhan juga bulan kemenangan. Maka mari jadikan bulan ramadhan ini sebagai momentum revolusi. Mari kita berjuang, tentu saja bermula dari melawan hawa nafsu kita sendiri untuk menang dan merdeka baik sebagai diri, ummat dan bangsa. Karena tak ada yang tak bisa diraih jika perjuangan (Fight) dikombinasikan dengan keimanan (Faith).

Semoga cerita tersebut diatas menginspirasi kita semua, untuk terus bersiap siaga menjaga kehormatan diri, agama, bangsa dan negara.

#sebuahkutipan
#salamperjuangan
#malam25Ramadhan

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Kunci Jawaban OSK Fisika SMA 2016

Soal OSK Fisika SMA 2016 No 1

1- (8 poin) Tinjau fenomena osilasi bebas yang dialami suatu tetes cairan yang berhasil direkam oleh beberapa astronot pada saat mereka sedang mengorbit di ruang angkasa bebas gravitasi. Fenomena ini mereka temukan pada saat mereka sedang berusaha menangkap satu tetes air yang besar dan kemudian merekamnya dalam bentuk video. Para astronot berhasil mengamati dengan jelas kalau ukuran/jari-jari tetes air tersebut benar-benar berosilasi (lihat gambar).
Fenomena ini belum diketahui banyak orang karena mereka bermukim di permukaan Bumi yang gravitasinya mengakibatkan tetes cairan mengalami jatuh bebas lebih cepat sehingga tidak sempat mengalami osilasi. Fenomena populer ini pertama kali diselesaikan oleh Lord Rayleigh yang hasilnya telah dipublikasi dalam majalah ilmiah Nature volume 95, halaman 66, tahun 1915.

(a) (4 poin) Dengan mengabaikan pengaruh percepatan gravitasi bumi, tentukan besar frekuensi osilasi tetes di atas yang dianggap bergantung pada massa jenis cairan ($\rho$), jari-jari tetes cairan ($r$), dan tegangan muka cairan ($\sigma$).

(b) (2 poin) Untuk ukuran tetes cairan yang sama, hitunglah nilai perbandingan (rasio) antara frekuensi osilasi tetes cairan A dengan frekuensi osilasi tetes cairan B dengan menggunakan hasil (a) di atas, dan

(c) (2 poin) Jelaskan kesimpulan Anda tentang pengaruh massa jenis cairan terhadap frekuensi osilasinya.

Diketahui:


$\rho$ massa jenis: 1 g/cm3 (cairan A) dan 12,1 g/cm3 (cairan B)
$\sigma$ tegangan muka: 0,0405 N/m (cairan A) dan 0,5 N/m (cairan B)

Pembahasan

 (a) Dari data pada soal di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan frekuensi osilasinya berbentuk ($k$ adalah tetapan tak berdimensi) :
\[f=k\rho^\alpha r^\beta \sigma^\gamma\]
dan dengan menggunakan kesetaraan dimensi kita dapatkan persamaan dimensinya adalah
\begin{align}
 [f]&=[k][\rho]^\alpha [r]^\beta [\sigma]^\gamma \\
T^{-1}&=(M L^{-3})^\alpha (L)^\beta (M T^{-2})^\gamma \\
 T^{-1}&=M^{(\alpha + \gamma)} L^{(-3\alpha + \beta)} T^{-2\gamma}
\end{align}
Lalu dengan menyelesakan persamaan dimensi di atas kita dapatkan
\[\alpha = -\frac{1}{2}, ~~~~\beta =-\frac{3}{2}, ~~~~\text{dan}~~\gamma=\frac{1}{2}\]
Sehingga persamaannya frekuensinya menjadi :
\[f=k\sqrt{\frac{\sigma}{\rho r^3}}\]

(b) Perbandingan frekuensi untuk ukuran tetes cairanyang sama antara cairan A dan B
\begin{align*}
\frac{f_A}{f_B}&=\frac{k\sqrt{\frac{\sigma_A}{\rho_A r^3}}}{k\sqrt{\frac{\sigma_B}{\rho_B r^3}}}\\
&=\sqrt{\frac{\sigma_A \rho_B}{\sigma_B\rho_A}}\\
&=\sqrt{\frac{0,0405 \cdot 12,1}{0,5 \cdot 1}}\\
&=0,99
\end{align*}

(c) Pada (b) hasil perbandingan frekuensinya adalah 0,99, dengan kata lain frekuensi cairan A dan B tidak berbeda (hanya sedikit berbeda). Massa jenis kedua cairan memang berbeda jauh. Massa jenis cairan A jauh lebih kecil daripada cairan B, namun tegangan muka B yang juga jauh lebih besar dari A mengimbangi perbedaan tersebut. Sehingga frekuensinya mirip.



2- (12 poin) Sebuah peluru ditembakkan dari titik A ke titik B dimana titik A dan B merupakan titik-titik sudut alas suatu segitiga ABC (lihat gambar). Segitiga ABC sebidang dengan lintasan peluru. Lintasan peluru diketahui berjarak H dari titik C (titik puncak segitiga). Jika diketahui  $\angle CAB =\alpha$, sudut $\angle CBA=\beta$ sudut  dan jarak AB adalah $L$, tentukan:

                                        
a. (10 poin) sudut elevasi ketika peluru ditembakkan,

b. (2 poin) laju awal peluru ketika ditembakkan jika $\alpha =\beta$

Nyatakan semua jawaban dalam H, L, $\alpha$, dan $\beta$.

Pembahasan :

a. Persoalan di atas merupakan persoalan gerak parabola, dengan tata koordinat seperti gambar ini :

                                
yang persamaan geraknya pada sumbu x ($x_0,y_0$ ada di A):
\[x=v_0\cos\theta~ t\]
(dengan $\theta$ adalah sudut elevasi), dan pada sumbu y:
\[y=v_0\sin\theta t -\frac{1}{2}gt^2\]
lalu subtitusikan $t$ dari persamaan pertama ke kedua sehingga persamaan menjadi :
\[y=\tan\theta~x-\frac{gx^2}{2v_0^2 \cos^2\theta}\]
kemudian dengan menggunakan dua titik pada gambar di atas, yaitu titik  B(L,0) dan C($AC\cos\alpha$, ${H+AC\cos\alpha}$), dengan AC adalah (aturan sinus)
\[\frac{AC}{\sin\beta}=\frac{L}{\sin(\pi-(\alpha+\beta))}\]
Maka dari 2 titik itu didapatkan persamaan
\[0&=\tan\theta~L-\frac{gL^2}{2v_0^2 \cos^2\theta}\\
\]









These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Cara Menulis LaTex di Blogger.com


Persamaan Medan Gravitasi Einstein
\[\boxed{G_{\mu \nu}\equiv E_{\mu\nu}-\frac{1}{2} R g_{\mu\nu} = \frac{8\pi G}{c^4} T_{\mu\nu}}\]

Alhamdulillaah berhasil-berhasil... :-). Kalau pembaca bisa melihat persamaan Medan Gravitasi Einstein tertuliskan dengan indah a la LaTex, berarti memang berhasil seratur persen.

Yap, Blogspot.com milik saya ini sudah bisa menulis document seperti LaTex pada umumnya, dan lebih dahsyat lagi, tidak perlu nginstall apa-apa selain "kopi paste" aja lhoo...

Mau tahu caranya?

1. Fitur ini merupakan javascript yang disebut MathJax (silahkan cari-cari lebih lanjut ya...) cara mengaktifkannya mudah. Ikuti langkah ini :
To enable MathJax, just drop in
<script type="text/javascript" src="http://cdn.mathjax.org/mathjax/latest/MathJax.js">
MathJax.Hub.Config({
 extensions: ["tex2jax.js","TeX/AMSmath.js","TeX/AMSsymbols.js"],
 jax: ["input/TeX", "output/HTML-CSS"],
 tex2jax: {
     inlineMath: [ ['$','$'], ["\\(","\\)"] ],
     displayMath: [ ['$$','$$'], ["\\[","\\]"] ],
 },
 "HTML-CSS": { availableFonts: ["TeX"] }
});
</script> 
after the header (<head>) in the Blogger template (Design→Edit HTML→Edit Template).

Bisa bahasa inggris kan gan? hehe
2. Kalau udah terinstall langsung deh nulis pakai kodingnya LaTex di blogger kamu. misalnya pakai apit tanda "$" untuk menulis persamaan yang dalam baris. Atau apit pakai "\[" dan "\]" (tanpa pakai tanda petik tentunya). POkonya mirip sama LaTex Editor yang dulu deh 

3. Selamat mencoba ya...

kalau gagal, boleh deh komen di sini, tapi yang nyambung ya...

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Followers!!