Celoteh tangan jahil

Sebenarnya ingin berbagi tentang pengalaman ber KKN-PPM di Gunungkidul. Namun tak kunjung punya kesempatan untuk menuliskannya. Akhirnya daripada tidak sama sekali, saya ingin membagikan evaluasi saya tentang KKN-PPM di Dukuh Banyumeneng, Kecamatan Panggang, GK, DIY.
Sebenarnya ini evaluasi saya untuk DPL (Dosen Pembimbing Lapangan), jadi bahasanya kaku. tidak menarik untuk di baca. Cukup panjang sekitar 5 halaman. Jadi saya ringkas tampilannya dalam bentuk spoiler.


EVALUASI KKN-PPM unit 30
antar semester tahun 2010
Penjernihan dan Pendistribusian air di Kecamatan Panggang


Evaluasi KKN-PPM..




Ibnu Jihad

07/253220/PA/11570

Prodi Fisika, Jurusan Fisika

FMIPA UGM

Email : jeehad020190@yahoo.com

Website : http://alloh-only.blogspot.com

Evaluasi pada KKN-PPM di Dukuh Banyumeneng, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, GUNUNGKIDUL

Dua bulan pelaksanaan KKN telah berlalu, selama 2 bulan itu pula mahasiswa dituntut untuk mampu memberikan konstribusi dan mampu berperan sebagai agen penggerak masyarakat atau empowerment agent. Mahasiswa yang telah kurang lebih 3 tahun menerima bekal keilmuan di kampus di terjunkan kemasyarakat untuk mulai belajar dan bekerja secara nyata, tidak melulu berhadapan dengan suasana ideal kampus dan perkotaan, mahasiswa pun dituntut untuk mampu beradaptasi dan juga menjadi empowerment agent yang mampu menghasilkan hasil-hasil kerja (berupa development / pengembangan) yang berdampak secara langsung pada masyarakat dan juga menghasilkan hasil kerja yang berkesinambungan atau sustainable.

Seperti itulah bayangan saya ketika dipertengahan jalan menempuh kegiatan KKN, sayangnya pemahaman ini belum saya dapatkan ketika awal pelaksanaan program, meskipun beberapa rangkaian pembinaan KKN telah di ikuti. Hal ini tentu saja berdampak pada pembuatan rencana program dan pelaksanaan program KKN yang di kerjakan oleh kami mahasiswa.

Beberapa evaluasi yang saya mampu kemukakan terkait dengan kegiatan KKN yang telah terlaksana saya urutkan sebagai berikut :

- Pra pelaksanaan

Secara Umum KKN-PPM dilaksanakan selama 2 bulan penuh di lokasi kegiatan. Namun beberapa tema KKN mempunyai kesempatan yang lebih untuk mempersiapkan program KKN yang dapat dilakukan sebelum mahasiswa berangkat dan mulai melaksanakan program KKN di lokasi.

Sebagian besar unit-unit KKN baru mulai terbentuk setelah LPPM mengumumkan daftar mahasiswa beserta unitnya. Namun sebagian lain, seperti unit KKN tematik, sudah mulai membentuk tim dengan cara open recruitment. Sama halnya dengan KKN ini.

Hal ini seharusnya memberikan keuntungan pada unit KKN kami. Kami memiliki waktu persiapan tambahan, yang dapat kami manfaatkan untuk mulai melakukan survey, mulai melakukan sosialisasi, bahkan mulai menyusun program-program yang akan dilakukan. Hal ini sudah dapat terlaksana jauh sebelum waktu pelaksanaan KKN. Namun sayang pada kenyataan di lapangan, tidak semua mahasiswa di unit ini terlibat untuk melakukan persiapan pra pelaksanaan ini. Sehingga hal-hal penting terkait KKN hanya diketahui oleh sedikit orang. Hal ini berpengaruh pada mahasiswa lain, karena mereka tidak mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mempersiapkan KKN yang akan di jalani.

Pada pra pelaksanaan ini, sedikit orang, yang termasuk sebagai inisiator tema mulai melakukan survey ke lokasi. Mereka mulai melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ada dan mulai melakukan sosialisai awal (pendekatan) kepada masyarakat. Namun karena keterbatasan waktu mereka, (terkait jadwal perkuliahan) sehingga hal ini belum optimal.

Survey yang dilakukan hanya terbatas pada segelintir warga, dan data survey yang didapatkan pun kurang akurat. Seperti misalnya data tentang kondisi sosial warga hanya di dapatkan dari satu atau dua orang dan datanya kurang akurat. Terkait dengan kondisi sosial masyarakat tentang pendistribusian air dan percabangan pun seringkali data yang dipakai terpengaruh oleh prasangka dari mahasiswa yang melakukan survey, jadi kurang akurat. Mungkin dikarenakan keterbatasan waktu yang menyebabkan pendekatan awal ke warga kurang optimal dan mempengaruhi proses survey ini.

Pada KKN ini, tema utama yang diangkat adalah tentang Penyaringan dan Pendistribusian Air. Tema ini sudah cukup spesifik, sehingga membuat kerja mahasiswa menjadi terfokus. Namun ternyata menimbulkan beberapa kesulitan di lapangan. Seperti misalnya peran bidang Peningkatan Produksi yang kurang memiliki andil dalam tema besar. Hal ini berdampak pada kesulitan menentukan program pokok tema ketika proses pembuatan program KKN.

- Pelaksanaan : Survey awal

Pekan pertama, bertujuan untuk melakukan survey. Mirip seperti melakukan identifikasi medan yang akan di hadapi oleh anak-anak KKN. Kami dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cepat dan di tuntut memiliki kepekaan yang tinggi, daya analisa yang tajam, dan wawasan yang luas untuk mampu mengidentifikasikan permasalahan yang ada di lokasi KKN.

Suatu hal di katakana masalah apabila ada ketidak sesuaian antara kondisi ideal dengan kondisi real di lapangan. Namun kondisi ideal yang di miliki oleh tiap persepsi bisa berbeda, hal ini juga mempengaruhi proses identifikasi masalah.

Bisa jadi menurut sebagian orang suatu fenomena merupakan masalah, namun menurut sebagian yang lain tidak.

Beberapa metode seperti melakukan survey terhadap stakeholder, masyarakat setempat, ataupun pengamatan langsung telah dilakukan. Hasil yang didapatkan bisa berupa permasalahan menurut pengakuan dari responden dan permasalahan yang di analisa oleh mahasiswa. Hasil ini harus diolah terlebih dahulu oleh mahasiswa agar di dapatkan identifikasi masalah yang tepat. Identifikasi masalah ini sangat penting, karena dari identifikasi masalah inilah kemudian mahasiswa akan mencari solusi untuk permasalahannya dan mewujudkannya dalam bentuk program.

Jadi program KKN yang ideal muncul karena ada permasalahan real di masyarakat yang diperlukan solusi pemecahannya. Hal ini penting untuk menghindari program yang muncul tanpa di dahului oleh permasalahan. Sehingga program tersebut tidak tepat sasaran, tidak efektif, dan tidak dibutuhkan oleh masyarakat.

Pada penyusunan identifikasi masalah, kami kurang mengetahui bagaimana seharusnya melakukan identifikasi masalah. Mahasiswa cenderung memikirkan terlebih dahulu program yang akan di lakukan, baru kemudian mencari masalah yang mendasari kenapa program ini muncul.

MISALNYA : pada permasalahan tidak mengalirnya air dari tandon utama ke tandon pak Paito, (penampung air yang paling tinggi diantara penampung air distribusi lainnya). Mahasiswa mengatakan permasalahannya adalah penempatan tandon pak Paito, karena sudah terbayang untuk melakukan program Pemindahan Tandon sejak di awal mulai. Padahal survey yang dilakukan belum cukup. Mahasiswa sudah terlanjur berkesimpulan letak tendon distribusi pak Paito ini kurang rendah.

Sebaiknya focusnya adalah pada “apa sebenarnya permasalahan yang terjadi”. Pada kasus ini permasalahan yang terjadi sebenarnya adalah “tidak mengalirnya air dari tendon utama ke tendon pak Paito”. Kalau ini masalahnya solusinya adalah mencari tahu apa penyebab air tidak mengalir dan kemudian menyelesaikan penyebabnya. Seperti misalkan melakukan pengukuran beda ketinggian antara kedua tendon tersebut. Atau melakukan survey terhadap perpipaan. Atau mungkin hal lain yang perlu dilakukan untuk mencari tahu penyebabnya. Dengan kata lain MENCARI AKAR PERMASALAHAN dari masalah tersebut. Karena permasalahan bisa saja akan terus muncul selama akar masalah belum terselesaikan. (Dikutip dari metode Analisa Sosial, LDK Jama’ah Shalahuddin UGM)

Setelah di ketahui akar masalahnya, baru kemudian di buat solusi-solusi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Seperti misalnya pada kasus tidak mengalirnya air diatas, diketahui beda ketinggian antara kedua tendon adalah 1,5 m (dengan ralat sekitar 10%), dan jalur pipa sudah dibersihkan dari kotorans. Ketika diujicoba ternyata air bisa mengalir ke tendon pak Paito dengan syarat Tandon utama memiliki banyak air dan percabangan ketandon lain harus tertutup. Kenyataan di lapangan terjadi seperti ini. Dan dari hasil analisa ternyata tidak perlu memindah tendon pak Paito, sebab masalah dapat terselesaikan dengan menaikkan ketinggian tendon utama sekitar 0,5 m saja. Ini kenyataan yang terjadi, hal ini membuat rancangan program kerja “Pemindahan tendon” tidak terlaksana sama sekali.

Kesulitan kami untuk mengidentifikasikan masalah yang memang benar-benar masalah memang cukup membuat kami kerepotan dalam pelaksanaan. Banyak rancangan program kerja yang tidak terlaksana. Atau terlaksana namun hasil yang diharapkan tidak optimal.

Saya menyadari kekurangan demi kekurangan yang dilakukan juga muncul karena tuntutan dari kegiatan KKN yang mengharuskan kami melakukan survey dengan cepat, mengidentifikasikan dengan tepat dan membuatnya cocok dengan tuntutan jumlah jam yang diminta oleh LPPM. Karena tuntutan ini pun sebagian besar waktu pada pecan pertama hanya dihabiskan untuk mereka-reka program yang akan dilaksanakan dan mereka-reka jumlah jam agar sesuai dengan buku panduan LPPM. Jadi yang seharusnya waktu dihabiskan untuk melakukan survey dengan baik, mengidentifikasi masalah dengan baik , sehingga seharunya mampu memunculkan program yang tepat ternyata dimakan oleh penyusunan RPK yang berbelit belit dan yang sudah diotak-atik. Jadilah banyak program kami yang tidak terlaksana, atau dipaksa dilaksanakan meskipun masyarakat tidak membutuhkan.

Contoh lain misalkan pada program pemasangan filter. Program ini muncul terlebih dahulu sebelum diketahui data yang pasti tentang kondisi air yang dipakai warga. Jadi, saya selaku penanggung jawab program filter ini mengandaikan hasil akhirnya adalah akan ada pemasangan filter di lokasi KKN. Kemudian saya membayangkan filter ini dipasang karena dibutuhkan. Maka dibuatlah program : - Uji kelayakan air yang dipakai warga, - Sosialisasi Air sehat dan filter - dan pemasangan filter.

Namun hasil di lapangan menunjukkan kondisi air yang dipakai warga masih layak sesuai dengan standar kesehatan. Maka, untuk apa dilakukan pemasangan filter? Dan untuk apa dilakukan sosialisasi Air sehat dan sosialisasi Filter air? Sementara masyarakat ternyata belum membutuhkannya. Ini adalah hasil analisa saya, bisa saja tidak tepat. Namun yang jelas program-program seputar filter ini hanya berjalan sampai ujicoba saja. Yang lain batal karena beberapa alas an teknis.

- Pembuatan Rancangan Program Kerja

RPK dibuat berdasarkan identifikasi masalah dan solusi yang dibuat. Seperti yang saya kemukakan diatas, karena banyak kekurangan dalam identifikasi masalah, maka solusi yang muncul terkadang kurang solutif dan kurang tepat guna (banyak juga yang tepat guna). Sebagian waktu kami tersita untuk membuat “akal-akalan” agar program-program dalam RPK sesuai dengan jumlah jam minimal yang ditentukan oleh LPPM. Ada juga kasus bagi-bagi program bagi mahasiswa yang masih kekurangan jam. Karena sebagian besar waktu habis untuk ini, maka proses sosialisasi dengan warga pun terganggu. Dampak negative yang cukup besar adalah munculnya program-program tanpa memikirkan keberlanjutan dan kesinambungan program ini pada masyarakat (program yang menghasilkan sustainable development). Program seperti pemberian pakan, pembagian barang jadi, sifatnya hanya temporer dan kurang mendidik.

Dampak lain dari pembuatan RPK dengan metode bagi-bagi program adalah kesulitan dalam melakukan koordinasi ketika akan melakukan kegiatan yang nyata. Seperti misalnya PJ filter, ternyata harus berurusan dengan hal-hal lain. Kemudian program filter menjadi terpecah pada beberapa mahasiswa, dan kami sama-sama tidak mengetahui bagamana alur kerja yang harus dilakukan. Dampak negatifnya adalah setiap orang hanya tahu bahwa ia harus menyelesaikan program yang tertulis di RPKnya, terkadang tanpa berkomunikasi dengan pengampu program yang satu rumpun dengannya.

Idealnya terdapat PJ dan berfungsi sebagai pengatur dalam tiap kegiatan yang dilakukan yang bisa saja berbeda dengan yang tertulis pada RPK mahasiswa.

- Pelaksanaan

Pelaksanaan program telah saya cantumkan pada LPK saya, sehingga tidak saya bahas di sini.

Namun secara umum, saya mengevaluasi pelaksanaan program yang telah dilakukan oleh kami. Dalam pelaksanaan program, rasa “tertuntut” itu sering muncul. Seperti misalnya kami memiliki tuntutan sekian jam harus dikerjakan untuk memenuhi K- kami. Kami harus membantu rekan kami untuk memenuhi K-2 kami, dan kami harus mengisi waktu lain dengan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi K-3 kami. Seharusnya hal ini menimbulkan dampak positif yang baik. Namun ternyata muncul pula dampak negative seperti misalnya terlalu memikirkan program kerja sendiri sehingga kurang memperhatikan rekan-rekan lain. Sering kali misalnya salah seorang mahasiswa harus mengajar TPA sendirian karena rekan-rekan lain tidak membantu. Bisa jadi karena kesibukan mereka, bisa jadi karena kurangnya rasa tanggung jawab karena “itu bukan program saya”, jadi membantu sekedarnya saja. Dan beberapa contoh lain yang tidak perlu saya bahas.

Kesimpulan saya, kami memang mengidealkan waktu KKN ini sebagai ajang kami untuk berkontribusi sebaik-baiknya. Namun seringkali idealisme ini tergerus dan tergadaikan oleh tuntutan nilai KKN ini, oleh tetek bengek administrasi KKN yang tanpa kami sadari membuat semangat kami luntur. Kami belum mampu membedakan mana yang urusan yang harus di utamakan sebagai kesempatan kami untuk berkontribusi dengan urusan nilai KKN.

Ternyata saya merasakan dampak dari rasa “kurang ikhlas” karena tuntutan ini cukup besar bagi kami. Namun saya juga merasa, bagaimana kalau kami tidak mendapatkan tuntutan, bisa saja kami bekerja sekenanya…

- Penutupan

Sebagai penutup evaluasi saya, yang terkesan hanya mampu “mengkritik tanpa memberikan solusi” ini, saya mengucapkan rasa syukur yang teramat sangat karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menunjukkan jalan ke kegiatan KKN ini. Idealisme saya selama di kampus mengalami gempuran yang dahsyat. Kepekaan saya dipaksa untuk meningkat. Kemampuan sosialisasi saya dan kemampuan adaptasi saya pun terus di paksa agar berkembang. Kondisi yang lain dari biasanya di lokasi KKN telah menumbuhkan kedewasaan saya. Saya kira kami semua merasakan hal yang sama.

Saya merasa harus memberikan sumbangan yang terus terasa bagi masyarakat setempat, dan juga sebagai perwujudan sustainable development yang kami inginkan. Dan akhirnya kami bersepakat untuk terus mengawal beberapa program kami yang telah dimulai ketika KKN agar terus berkesinambungan. Beberapa program tersebut diantaranya pengontrolan dan pengawasan TPA di tiap masjid serta pengontrolan dan pengawasan perawatan pompa tenaga surya.

Rekomendasi : menurut saya, yang terpenting adalah mahasiswa harus benar-benar menyadari bahwa kegiatan KKN ini bukanlah ajang mencari nilai. Bila perlu, lupakan saja nilai itu, dan berkontribusi secara optimal. Konsentrasi penuh ke kegiatan KKN ini. Agar hasil yang didapatkan optimal, untuk pelaku dan untuk masyarakat. Artinya mahasiswa perlu memahami motivasi yang tepat sebelum melakukan KKN ini. Agar tidak lagi muncul pandangan pada masyarakat bahwa mahasiswa KKN itu sedang mencari nilai di tempat kita agar bisa lulus dari kampusnya.

Mungkin bukan evaluasi, cerita lebih tepatnya…



These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati