Archives

Suri

Aku tersadar dengan perasaan yang luar biasa asing. Kepalaku bagian belakang sakit luar biasa. Perlahan aku buka kelopak mataku. Tapi yang tampak hanya hitam, gelap, pekat. Aku tutup mataku, lalu aku buka kembali, untuk memastikan bahwa kelopak mataku benar terbuka. Hasilnya sama, gelap. Butakah aku?

Perlahan kesadaran menjalari seluruh tubuhku. Aku merasa sedang berbaring miring di atas alas papan keras, sedikit terendam air. Punggungku disangga oleh bantal lunak namun dingin. Tubuhku berbalut selimut tipis namun ketat, yang tak kuasa sedikitpun menghangatkan tubuhku.

Kurebahkan badanku telentang. Kulepaskan tanganku dari belitan selimut tipis, lalu aku gerakkan ia untuk mencari tahu. Segera tanganku terbentur, kanan, kiri, atas. Aku berada di sebuah ruang sempit lagi rendah. Kuraba lagi langit-langit ruangan ini. Sangat rendah, tak cukup tinggi kalau aku sekedar ingin duduk sekalipun.

Ku hentikan usahaku untuk mencari tahu lebih jauh dengan rabaan tangan, karena itu melelahkan. Aku lemaskan seluruh tubuhku, lalu berfikir. Lalu gagasan itu datang begitu saja, dan tentu saja sangat menakutkan. Aku sudah mati! Kini aku sedang berbaring di liang kubur.

Bagaimana aku mati? Ah, pasti karena penyakit darah tinggi. Penyakit laknat ini musuh kami sekeluarga. Ayah, Emak, dan abangku yang tertua mati karena penyakit ini. Sejak menjelang usia empat puluh aku sudah ada gejala juga. Dan itu membuatku cemas. Dan cemas itu membuat tekanan darahku makin tinggi.

Tapi, tunggu dulu! Aku ingat sekarang. Baru bulan lalu aku ikut general check up, dan hasilnya aku sehat. Tidak ada masalah tekanan darah, gula darah, kolersterol atau apapun. Ginjal, jantung, semua organku berfungsi baik. Aku tak mungkin mati karena suatu penyakit.

Aku coba ingat kembali saat-saat ketika aku masih hidup. Aku cari ujungnya untuk menemukan sebab kematianku. Lalu kenangan itu hadir. Samar-samar aku ingat, aku sedang melakukan pemeriksaan rutin di pabrik.

Aku tidak bekerja di bagian produksi di perusahaan kami. Artinya tak ada tugas utamaku yang mengharuskan aku pergi ke pabrik. Aku berurusan dengan segala urusan administrasi, sehingga pekerjaanku bisa kulakukan di kantor saja.

Tapi aku merasa perlu memastikan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Di perusahaan aku adalah orang lokal dengan jabatan tertinggi. Artinya aku pemimpin atas seluruh karyawan. Aku merasa perlu untuk sesekali datang menjenguk mereka saat bekerja. Menyapa mereka. Kadang mendengar keluhan mereka. Sesekali aku menegur, kalau aku temukan ada yang tidak benar. Aku juga merasa perlu melihat sendiri suasana di tempat kerja bawahanku. Siapa tahu ada hal-hal yang berbahaya, yang tidak mereka sadari karena terlalu terbiasa dengan rutinitas. Atau ada hal-hal yang perlu diubah untuk kebaikan.

Lagipula, pekerjaan kantor membuatku merasa jenuh. Aku butuh selingan, dan jalan-jalan ke pabrik adalah selingan yang menyenangkan.

Hari itu, saat aku sedang masuk ke pabrik, salah seorang operator sedang memindahkan mold, cetakan plastik, seberat 200 kilo dengan hoist crane. Hoist crane ini sepertinya sedang bermasalah. Gerakannya tak singkron dengan pengaturan pada remote control. Aku mencatat masalah ini, berniat menghubungi suppliernya untuk meminta perbaikan.

Tiba-tiba aku mendengar pekikan kaget.

„Awas, Pak!! Bahaya!!!”

Sebuah hantaman keras terasa di belakang kepalaku. Lalu gelap……………

Selesai mengingat itu semua, aku raba belakang kepalaku, terasa ada luka menganga di situ. Sedikit basah, aku kira itu sisa-sisa darah.

Ada perlawanan alami dari tubuhku saat aku sampai pada kepastian bahwa aku sudah mati. Refleks tanganku bergerak, mendorong dinding di atasku. Aku ingin keluar dari sini. Ada kerinduan yang sangat pada istriku, juga anak-anakku. Ya terutama pada anak-anakku. Mereka masih kecil-kecil. Mereka butuh aku untuk memberi mereka kasih sayang. Juga butuh aku untuk menafkahi mereka.

Anakku yang tertua berumur tujuh tahun, perempuan. Ia cantik. Matanya indah, dihiasi alis lentik yang ia dapat dari istriku. Ia seorang pengoceh, salah satu tanda bahwa ia keturunanku. Manja dan agak cengeng, tapi aku tahu dia cerdas.

Anakku yang kedua, laki-laki, tiga tahun lebih muda dari kakaknya. Agak pemalu, tapi keras kepala. Ia lebih mandiri, dan agak suka menyendiri. Tapi kalau sudah melihat kakaknya bermanja-manja padaku, biasanya ia juga tak mau kalah.

Yang nomor tiga masih bayi. Anak laki-laki yang sehat, montok. Dalam banyak hal dia mirip kakak perempuannya. Satu perbedaan menyolok, dia juga keras seperti abangnya. Kalau ada hal yang kurang berkenan, ia akan menangis sekerasnya.

Aku dorong lagi dinding di atasku, lebih keras. Tapi aku kemudian menyerah. Bukan hanya pada kenyataan bahwa dinding-dinding aku coba dobrak ini sangat kokoh. Juga bukan pada kenyataan bahwa tubuhku sekarang jauh lebih lemah dari saat aku mulai tersadar tadi. Aku bahkan baru sadar bahwa sekarang tubuhku semakin lemah, nafasku semakin sesak, dan tubuhku makin sulit digerakkan.

Yang membuat aku menyerah lebih dari itu. Aku sadar, bukan sekedar tembok kokoh yang menghalangiku. Bukan tembok fisik. Aku sekarang sudah berada di alam lain. Kembali ke keluargaku, dari alamku sekarang, mungkin malah tidak akan membuat mereka bahagia. Aku akan menakuti mereka. Akhirnya aku pasrah.

Aku coba menghibur diri dengan berhitung-hitung, memastikan setidaknya anak-anakku tak akan kekurangan nafkah kalau aku tak ada. Ada sejumlah tabungan yang aku tinggalkan, dalam bentuk uang tunai di bank. Juga ada asuransi kecelakaan dari perusahaan. Aku bersyukur aku mati kecelakaan, sehingga anak-anakku akan dapat uang dari situ. Juga ada asuransi yang polisnya aku bayar sendiri.
Aku jumlahkan semuanya, kiranya cukuplah untuk menghidupi mereka sampai mereka selesai sekolah dan mandiri.

Sejenak aku merasa lega. Tapi cuma lega dalam perasaan. Karena rasanya liang kubur ini semakin pengap, panas. Aku sudah sangat sulit bernafas.

Lalu aku sadar akan satu hal lain. Kalau aku di kubur, mana malaikat pemeriksa? Bukankah mereka seharusnya sudah datang sejak tadi? Ketika para pengantar sudah melangkah pulang tujuh langkah? Aku sudah di sini sejak tadi, seharusnya mereka sudah lebih dari tujuh langkah. Mereka mungkin sudah sampai di rumah. Mengapa mereka belum juga datang?

Hmmmm........berarti dulu aku benar. Segala macam cerita soal pemeriksaan dan siksa kubur itu cuma dongeng belaka. Aku tersenyum menang.

Tapi, kalau malaikat itu tak datang, sampai kapan aku akan terus di sini?

Nafasku semakin sesak, aku tersengal. Lalu gelap.



These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pacaran?? Gak keren banget . . .!!!

Kita pasti sudah sangat paham dengan

"Jodoh itu ditangan Allah . . . "

Ehm, mungkin perlu diralat kata "paham" diatas, ya minimal dengan kata "tahu" deh . . .
Seorang Ustadz pernah bercerita, beliau pernah ditanya oleh seorang wanita yang sudah cukup berumur, kenapa dia tidak kunjung bertemu jodohnya, tidak kunjung menikah, apakah ini wujud ketidak adilan Allah? Bukankah jodoh itu ditangan Allah . . .

Dengan separuh bercanda beliau menjawab : "ya bu, jodoh itu ditangan Allah, jadi terserah kepada Allah apakah jodoh ibu itu ada atau tidak."


Ya, Allah-lah yang mempunyai kuasa atas hal ini . . .
Orang yang berpacaran ketika ditanya alasan kenapa mereka berpacaran adalah karena sedang dalam masa penjajakan untuk mencari jodoh, kalau dikalangan aktivis yang agak nyleneh mengatakan dengan istilah "ta'aruf" meskipun apa yang mereka lakukan sama sekali berbeda dengan "ta'aruf" yang di syariatkan oleh Islam yang sempurna. Bagi yang merasa melakukan ini, dan juga yang mengarah ke hal-hal seperti ini, seperti pergaulan pria dan wanita yang berlebihan, ngobrol dengan lawan jenis, sms-an, makan bareng dll . . . Masih ada kesempatan untuk kita memperbaiki diri . . . (termasuk saya) . . .

Mari buka hati, buka pikiran kita, berdoa agar dibukakan Allah tabir yang menutup hati dan pikiran kita...

Seperti apapun usaha kita untuk mencari jodoh, yang jelas jodoh kita sudah ditentukan!! Siapa dia & apakah dia "ada/tidak" sudah ditentukan oleh Sang Maha Perencana (ikhlas gak kita dengan-Nya?).

Maka, yang menjadi permasalahan sekarang ini bukanlah siapa jodoh kita atau apakah kita punya jodoh untuk mendampingi hidup dan membantu menyempurnakan separuh agama kita...

Tetapi, adalah bagaimana proses kita, usaha apa yang kita lakukan ketika kita akan bertemu dengan jodoh kita. Ketika proses tersebut buruk, mungkin memang akan berdampak bagi kualitas jodoh kita, (ingat perempuan baik-baik hanya untuk pria baik-baik, dan sebaliknya), namun dampak terbesar adalah bagi kelanjutan kehidupan masa depan kita, dan bagaimana penilaian dari Allah subhanahuwata'ala atas diri kita . . . Apakah kita termasuk orang yang pantas untuk mendapatkan surganya atau tidak? Apakah kita pantas menjadi hambaNya yang di ridhoi?

Karena sudah banyak bukti bertebaran, ada pasangan yang sudah berpacaran sekian lama namun ternyata yang menjadi pasangan hidupnya yang sebenarnya bukanlah sang pacar, namun orang yang sama sekali berbeda, bahkan bisa saja orang yang belum dikenalnya . . .

Bagi kita yang tidak menganggap penting hal ini, (semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua), silahkan direnungkan beberapa pertanyaan ini,

Siapakah sebenarnya kita?? Untuk apakah kita hidup??
Setelah mati kita akan kemana??

pun bagi orang yang cuek dengan pertanyaan ini, suatu saat ia akan berurusan dengan hal-hal terkait dengan hal-hal diatas, dengan pertanyaan diatas, dan mungkin saja saat itu ia sudah sangat terlambat . . .

JANGAN LALAI!!! Kehidupan adalah modal kita yang paling berharga, yang paling menentukan . . .

Kalau habis mati kita gak diapa-apain lagi sih enak banget ya? hidup cuman untuk seneng-seneng... tetapi tidak!! masih ada hidup setelah kita mati dan hidup sebelum mati itu hanya sekali, dan kehidupan inilah yang menentukan kualitas kehidupan kita selanjutnya . . .

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Followers!!