Beberapa waktu lalu, setelah sekian lama pengangguran di dunia maya, maksudnya, punya kuota internet yang cukup banyak, tapi malah nggak jelas kemana browsingnya, saya pun jadi pegiat facebook. Hmmm padahal dulu pernah mewanti-wanti orang untuk hati-hati dengan si biru ini : http://alloh-only.blogspot.com/2010/01/facebook-mu-privasi-mu-aib-mu.html.
yah, ternyata pikiran orang bisa berubah, termasuk saya ini hehehe (semoga bukan berubah menjadi buruk).
ceritanya begini. Sebagian orang berkativitas di fb sebagai "aktifis" : jualan, aktif bikin status baru (entah yang bermutu atau tidak), sibuk mencari link atau poster2 yang keren untuk dibagikan di wall atau forum (semoga amalnya diterima Allah), atau komentar-komentar di status temannya, ataupun hanya sekedar upload foto dan update kegiatan hariannya (atau kegiatan per jamnya, per menitnya).
Sebagian lagi hanya pasif : fb sekedar punya, kalaupun buka fb hanya untuk membaca-baca status teman, liat forum (tanpa jarang komen), atau sekedar cek rutin fb, siapa tahu ada yang kontak.
Termasuk yang mana anda?
kalau saya cenderung yang kedua. Alasannya : saya suka jaim hehehe, suka risih kalau ada yang membahas tentang saya. lagi pula, boleh donk jaim. Mumpung masih bujang. :), lagi pula bukan tipe orang yang suka mengobrol banyak...
oke, lalu apa hubungannya dengan esensial vs tak esensial ?
berawal dari fb itu tadi, suatu saat pada jamah dahulu kala, ketika saya sedang berselancar di jejarsos si biru itu, saya mampir ke forum eh, kebetulan ada pembahasan yang bagus, mengenai pesan moral, yaitu kepedulian orang, ketika semua lingkungannya cuek dan apatis. artikel yang bagus...
cek sendiri ya di http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=5695115,
postingan ini saya anggap sangat bagus karena sudah 24 orang menyukainya.
tapi komentar dibawahnya :
LIKE1 : alhmdl..msh ada org yg peduli...
September 2 at 7:35pm · Like · 1
A : bahasamu jelek
September 3 at 10:36am · Like
TS : saya hanya mengutip dari sumber kaskus :). Point artikel diatas bukan pada bahasanya melainkan kepedulian terhadap sesama.
September 3 at 4:32pm · Like
B : sepppp..
September 4 at 4:22am · Like
A : bahasa saja belum peduli, kok mau membahas sesama
September 4 at 11:11am · Like
C : selow aja kali bang A, namanya juga orang mau berbagi, niatnya kan mengingatkan, toh dy share'nya juga di kaskus, freedom of speech :D
September 4 at 8:17pm · Like · 1
B : hmm.. mungkin mas A bisa menata bahasa lebih baek... monggo mas ditata.... sekalian sampeyan juga ditata pikirannya...
September 4 at 10:44pm · Like · 1
A : Mujirin hehehehe
Wednesday at 9:28am · Like
B : wehhh malahh ngguyuu...
Wednesday at 10:44am · Like
A : kita harus lebih baik, bahkan ketika memilih suatu kata untuk mengutarakan maksud tertentu, walaupun banyak orang yang tidak peduli dan hanya cukup memakai bahasa pasar, kita tidak boleh begitu, mari belajar sama-sama, karena kita harus menjadi bangsa yang besar, maka bahasa pun harus baik
Wednesday at 2:47pm · Like · 1
B : nah katamu bagus mas...... coba klo ditata dari awal tanpa membuat yang lain ndak nyaman.... seolah2 dikau seng terbaik.. heehhhee
Wednesday at 7:52pm · Like · 1
A : saya tidak membantu orang yang dapat membantu dirinya sendiri
Thursday at 11:03am · Like
B : yup cukup....... suwun
Thursday at 11:42am · Like
D : panjang kali lebar sama dengan luas nih obrolan..
Thursday at 7:58pm · Like
E : wajar aja bahasanya kurang baik menurut aturan bahasa indonesia..karna lokasinya di jakarta..lain tempat lain juga gaya bicaranya..setauku bahasa yang baik dan benar itu lebih diwajibkan dipakai di sekolah, perkantoran, dan kantor pemerintahan..
Thursday at 8:33pm · Like
D : kalo kata orang2 indonesia jaman sekarang,yg sering nongol dan ngomong di tipi2 dan yang tidak pernah nongol di tipi, kiblat negara maju itu adalah USA..mulai dari segi hukum,politik,militer,gaya hidup,seni,sains,tehnologi,fashion,ekonomi,musik,perfilman,dll..nah orang2 USA saja kalau bicara juga tidak sesuai tata bahasa inggris yang baik dan benar,mulai dari pejabat,anak muda,selebritis,orang terdidik,orang penting dan gak penting,dll..terkadang juga sering keluar omongan tidak senonoh keluar dari mulut mereka,seperti yg kita tahu (mohon maaf) yakni fu*k,sh*t,moth*r fu*ker,da*n,bit*h,as* ho*e,dll..
saya juga pernah melihat profesor dari USA (kalau tidak salah,waktu ada kuliah singkat tentang fisika kristal di ruang sidang MIPA utara,saya lupa tanggalnya) merokok di koridor..di situ kan peraturan dilarang merokok,tapi profesor itu dengan asiknya nikmat menghisap asap tembakau tersebut.profesor itu seorang perempuan..dari segi budaya saja hal ini sudah tidak benar..sungguh negara yang bebas USA tersebut..tapi negara mereka bisa maju,bahkan jadi "superpower"..mereka menjunjung persatuan dari kemajemukan yang ada di sana..jadi bukan hanya bahasa saja yg menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa..hanya indonesia yang selalu mempermasalahkan hal kecil menjadi hal besar,maka dari itu tidak maju2..contohnya sudah banyak..silahkan cari sendiri..
Saya tidak bermaksud berdebat, jika ada yg mendebat pernyataan saya,silahkan,saya tidak akan layani..
Thursday at 9:00pm · Like
E : Sinuraya betul kali yang kau bilang do..kita lebih sering membesar besarkan hal yg seharusnya gak perlu diperdebatkan..
Thursday at 9:07pm · Like
Apa yang esensi dari artikel tersebut : adalah mengenai kerusakan moral yang akut dari bangsa kita, dan diantara sekian banyak orang, hanya sedikit yang peduli. saya pikir cukup banyak orang yang paham akan esensinya, minimal TS dan orang-orang yang menyukai artikel tersebut.
yang tidak esensial : saya tekankan, ini versi saya, adalah bagaimana orang seringkali membesarkan masalah-masalah yang tidak esensial. Lebih parah lagi, orang seringkali tidak tepat menentukan mana yang esensial dan mana yang tidak.
si A mencoba mengkritik masalah penggunaan bahasa gaul yang menurutnya esensial, sampai2 berkomentar demikian (), meskipun cara penyampaiannya kurang tepat. Dalam hal ini, masalah bahasa gaul tidak esensial. tak semua orang cocok dengan bahasa pidato kan? namun yang lebih esensial adalah bahasa (sikap) yang tepat agar orang mau (minimal) mendengarkan pendapat kita. Mungkin berbeda jalan ceritanya kalau kritik tidak dilakukan dengan cara "kasar" seperti tadi.
Maka yang esensial adalah etika, tata cara, adab (atau apapun kata yang mirip) untuk berdiskusi.
Dan ini menjadi hal yang esensial, karena tidak semua orang memiliki keahlian untuk berdiskusi.
Nah, kita lihat, orang ternyata seringkali terlupa dengan hal yang lebih penting karena hal-hal yang tidak penting.
Sebagian juga kadang terlalu terburu-buru menyimpulkan, seperti misalnya
.tapi negara mereka bisa maju,bahkan jadi "superpower"..mereka menjunjung persatuan dari kemajemukan yang ada di sana..
terlalu terburu-buru untuk menyatakan demikian, namun setidaknya kita telah mencoba mencari esensinya.
itu satu hal, mari saya ajak loncat ke hal lainnya...
me : "sister, aku belakangan mulai bertanya-tanya, mungkin gara-gara lagi serius mikir tentang berkeluarga kali, tapi ... sebenarnya apa sih harapan orang tua dari anaknya kalau sudah dewasa nanti?"
sister : "hmmm apa ya? belum kepikiran tuh..."
Saat pertanyaan ini aku ajuka ke dia, dia baru berkeluarga sekitar 3 tahun, anaknya 2 masih kecil-kecil, imut-imut dan lucu, dan suaminya bekerja cukup mapan (PNS). yah sedang dalam masa-masa bahagia berkeluarga...
mungkin beda lagi kalau pertanyaan ini aku ajukan ke bapak dan ibu ku, yang sudah cukup berumur, anak-nya sudah hampir berkeluarga semua, masa pensiun sudah dekat dan sudah mulai memikirkan hal-hal lain selain bahagianya menjalani rutinitas kehidupan..
Sister, saat ini belum mampu memahami hal lain yang lebih esensial. Ada apa dibalik rutinitas sehari-hari menjalani kehidupan? semua orang melakukan hal yang sama, lahir, besar, dewasa, berkeluarga, anak-anaknya tumbuh besar, dan kelak akan berkeluarga. dan siklus ini akan berulang. Apakah cukup sampai disini? lalu apa esensinya?
ketika orang terjebak pada hal-hal yang tak esensial, dan pikirannya tersita padanya, maka ia akan melupakan hal yang jauuh lebih penting, yang lebih esensial, yaitu tentang makna kehidupan.
Semua orang hidup, dan semua orang menjalani kehidupan, namun tidak semua orang sadar, mengenai bagian terpenting dari kehidupan, yang paling esensial, yaitu mengenai makna kehidupan dan ke arah mana kehidupannya akan ia jalankan.
Seorang hedon, terjebak pada pencarian kesenangan, kekayaan, materi dan semacamnya yang tak esensial dalam rangka mencari kebahagiaan. dan ia lupa untuk mencari tahu apa itu kebahagiaan yang sebenarnya dan dari mana sumbernya. jadinya, galaulah dia sepanjang hidup.
Seorang muslim pun sama, ia bisa terjebak pada rutinitas ibadah, untuk mencari surga dan menjauhi neraka. tapi terkadang kita lupa, apa esensi penciptaan kita di dunia.Tugas utama kita, bukanlah untuk mencari surga dan menjauhi neraka semata. Namun untuk menjalankan tugas hidup di dunia, urusan surga dan neraka, itu akan jadi imbalan yang sesuai dengan hasil pekerjaan kita semasa hidup.
bagaimana caranya masuk surga?
Cari tahu dulu apa tugasmu hidup di dunia, yang telah Allah perintahkan, lalu laksanakan, dan semoga dengan itu Allah akan memberimu surgaNya, dan menjauhkan dirimu dari nerakaNya.
#maaf tidak nyaman membacanya, masih belajar menulis, tapi paling tidak : cobalah untuk mencari esensinya, dan jangan terjebak pada hal yang tak esensial dalam tulisan ini :))