apa kabar kawan? siapapun anda yang suka mampir membaca konten blog ini. atau pun sekedar lewat tak sengaja :)

Tulisan ini hanya basa-basi saja kok, sekedar selingan di waktu luang.
Saat menulis ini saya sedang di warnet kecil, di kampung saya, di tegal. Saya baru saja mengirim email untuk istri (oiya, saya sudah menikah lhooo), dan sambil menunggu adzan ashar, iseng2 saja saya mengisi blog ini. Saya sedang belajar menulis dengan predikat + objek. Seperti yang pernah diajarkan bapak-ibu guru bahasa indonesia waktu sekolah dulu :)
Saya rasakan ternyata sulit juga ya :)

Saya sedang di kampung, di tegal. Saya baru saja sampai tadi malam, sekitar pukul 9 malam, dan beberapa hal menarik sepertinya pantas untuk saya ceritakan. kalaupun anda menganggap ini ndak penting, ya maaf, toh ini sekedar basa-basi. Bukankah basa-basi itu kadang tidak berarti apa-apa selain sekedar mencairkan suasana...

Saya datang ke acara akad nikah teman satu angkatan di UGM pada hari jum'at kemarin, bersama 6 kawan lain yang berangkat bersama dalam satu mobil avanza. Tempat yang kami tuju tidak terlalu jauh, di kebumen, sekitar 2 jam dari jogja. Kami berangkat jam 6 pagi, dan sampai di lokasi jam 8 pagi. 

Sayangnya, kami mendapati prosesi akad nikah sudah selesai. Sayup-sayup, kami mendengar mempelai pria membacakan sighot taklik (maaf kalau salah tulis) pernikahannya, persis seperti yang saya baca 3 februari lalu, bedanya saya membacanya jauh disebrang pulau sana. Ya, teman kami telah shah menjadi suami, lengkap beserta kewajiban dan hak yang menyertainya.

Singkat cerita, kami bersama-sama dengan rekan-rekan lain dari UGM, ada pula dari UNY (mempelai wanita dari UNY), menghadiri acara. Kami duduk, mengikuti prosesi acara selanjutnya, dari mulai sambutan, ceramah pernikahan, bahkan infomasi dari pemerintah desa tentang tata administrasi ternyata ada dalam susunan acara. Saya pun berfikir, ini memang acara bersama milik warga :)

saya ingin bercerita mengenai pernikahan. Pernikahan bagi kami, yang berusia serba tanggung. Kami rata-rata berusia 23-25 tahun. Usia ini sering kali menunjukkan tuntutan bahwa sang penyandang angka tersebut haruslah lulus kuliah, dan memang benar, sebagian dari kami sudah lulus kuliah. Sebagian dari kami sudah bekerja, sebagian melanjutkan kuliah, sebagian kecil masih berkutat dengan status mahasiswa tingkat akhir dan seluk beluk tugas akhir yang menyertainya.

Namun tentang pernikahan. Dalam usia ini, pernikahan berarti tanggung.
Kami harus menentukan prioritas untuk didahulukan. Dan hanya yang benar butuh saja yang harus memprioritaskan pernikahan. 

Ya kami masih tanggung sekali. Kami adalah pemuda dengan pekerjaan belum mapan, kuliah belum lulus, apalagi harta benda.

Bagi saya sendiri. Saya harus merepotkan orangtua saya. Saya benar2 merepotkan beliau berdua. Bayangkan saja, Saya menikah dengan orang seberang pulau, tanpa ikut andil dana melainkan sedikit sekali...

bagi saya, prioritas menikah harus disegerakan. Dan saya berbekal janji yang pasti di tepati oleh Pemberi Janji, jika saya juga menepati janji saya pada NYA. 
An-Nuur : 30...

maaf kawan, adzan sudah terdengar... tampaknya basa-basi ini harus berakhir... 

sayang sekali :)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati