Beberapa saat lalu kita dikejutkan oleh permasalahan premanisme yang sangat mengganggu. Contohnya nih, para ibu-bapak pedagang kaki lima yang ingin berjualan dipasar, terpaksa harus menyisihkan keuntungannya untuk para preman. Kalau saya dan temans juga pernah merasakan sendiri dampak negatif premanisme. Saya dan teman-teman saya dipalak preman terminal di terminal paling angker (versi saya) di jakarta, yaitu Pulogadung. Perjalanan pulang ke kampung, yang seharusnya hanya 100-200 ribu, kami harus membayar sampai dua kali lipat. Dan ternyata masalah premanisme disana sudah mengakar kuat sedemikian rupa. Sampai-sampai para petugas tidak mampu berkutik mengurus para preman.
source : http://www.tokopedia.com/bendarohani/koruptor-tampan-berhati-preman-balada-jiwa-anak-negeri

Mirip dengan itu masalah yang mirip adalah korupsi, dengan berbagai aspeknya. Kalau yang ini, saya kira semua orang tahu, dan tidak perlu lah dibahas panjang lebar mengenai keberadaan korupsi dan koruptornya. Bahkan tanpa sadar pun bisa jadi kita termasuk bagian dari nya....

nah, saudara-saudara sekalian, saya ingin bercerita. Cerita saya mengenai hasil pekerjaan pengangguran saya. Yaitu mengenai cara efektif untuk membrantas dua hal menyebalkan diatas. Cara ini saya hasilkan dari berfikir mengenai kenapa dan mengapa (sama saja sih), permasalahan premanisme dan korupsi ini muncul. Saya juga tidak mengatakan cara ini adalah cara yang menyenangkan. coba saja ya...

Saya pikir, kedua masalah itu muncul karena ada pelaku. Meskipun terkadang sistem dapat pula memaksa orang melakukan kejahatan, namun tetap saja saya pikir pelakulah yang mewujudkannya. Jadi, mari berfokus pada si pelaku. Premanisme muncul karena ada segerombolan preman, begitu pula dengan korupsi. Sangat jarang aktivitas premanisme dan korupsi yang murni dilakukan oleh satu orang. Sangat jarang.

Jadi mari kita fokuskan pada gerombolan ini, sebagai pelakunya. Nah, untuk menyelesaikan permasalahan dalam gerombolan ini, tentunya perlu diketahui bahwa anggota dari gerombolan itu adalah manusia. satu orang manusia. yang mempunyai pemikiran dan konsepsi yang sama tentang premanisme dan korupsi dan kemudian saling bekerjasama.

Maka, saya menyimpulkan masalahnya pada manusia dan pola pikirnya. Dengan kata lain, pemahaman-pemahaman yang dijadikan oleh manusia tersebut sebagai kepercayaan dan titik tolak segala perilaku. Boleh lah kita sebut sebagai sesuatu yang mirip "akidah", begitu.

Contohnya nih, seorang anak berangkat sekolah. Alasannya, bisa dari model yang paling idealis, sampai yang paling malas, ingin menuntut ilmu agar pintar, atau takut dihukum orang tua kalau tidak sekolah, ataupun karena malu dengan teman-temannya kalau tidak sekolah. Lalu kemudian, keyakinannya tentang sekolah akan menentukan bagaimana ia bersekolah, dengan beragam faktor penentu lainnya tentu saja. Jika dia berfikir ilmu disekolah ini tidak berguna dan tidak bermanfaat, tentu saja kita yakin dia akan malas belajar. Sebaliknya, jika ia yakin seyakin-yakinnya, yaitu keyakinan yang benar-benar diikuti pengetahuan, diikuti kesadaran akan dampak positif dan negatifnya, sehingga menghasilkan motivasi, maka sang anak ini akan bersungguh-sungguh belajar. semoga contoh ini bisa difahami.

jadi begini, langsung kepada inti permasalahannya. Misalkan nih, misalkan saja nih ada mas-mas preman dan bapak-bapak koruptor (ada juga preman dan koruptor wanita, btw, ndak penting lah itu).  Dan kalau mereka tiba-tiba mendapat hidayah dari Allah, dan masuk islam dengan sungguh-sungguh. Dan mereka belajar dua saja keyakinan dalam islam (ini baru ilustrasi, dua itu masih kurang banyak), kemudian mereka mempercayai dengan penuh, menggigit kepercayaan tersebut dengan gerahamnya, sampai kuat menancam dan berbekas, sampai mati. Maka, semua permasalahan premanisme dan korupsi, akan menjadi masa lalu buat mereka. Buat kita juga tentunya, kan preman dan koruptornya jadi tobat.  kepercayaan aapa itu?

Dua kepercayaan tersebut (misalnya )adalah kepercayaan bahwa Allah, tuhannya, menjamin penuh rejekinya, tidak akan tertukar, meskipun hanya satu rupiah. Tidak akan tertukar rejekinya, meskipun saat ini rejeki itu berada didasar laut, atau berada dipuncak gunung. Ia yakin benar dengan hal ini. Ia yakin, apapun pekerjaannya, apapun status pekerjaannya, halal atau haramkah, rejekinya tidak akan tertukar. Satu rupiahpun. Tidak akan tertukar.

Jika ia juga percaya bahwa ada balasan di akhirat, berupa surga dan neraka, bagi mereka yang pantas. Bahwa sipendosa, jika terus-menerus melakukan dosanya, akan masuk ke neraka, dan mendapatkan siksa paling pedih yang tak pernah terbayangkan. Siksa yang membuatnya, dalam sekejapan mata, menjadi lupa dengan semua kebahagiaannya didunia, dengan semua kenikmatan haramnya di dunia.

Dan begitu pula, setiap perbuatan baik, akan mendapatkan balasan setimpal, dan lebih baik di surgaNya. tidak pernah tercurangi sedikitpun, karena hari pembalasan di adili oleh Allah yang Maha Teliti, Maha Adil, dan tak pernah mendzholimi hambaNya. Meskipun di dunianya, ia menjadi terhina dihadapan manusia, karena ia tetap berbuat baik, disaat semua orang membangkang...

Dan, jika saja, para preman dan koruptor, percaya dengan 2 hal ini saja. maka hanguslah perkaran premanisme dan korupsi. Hangus lenyap tak berbekas...

percayakah?

apatah lagi jika semua orang didunia mempelajari islam, secara sempurna... :)

aslim, taslam...

berislamlah... maka engkau akan selamat

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati