Archives

Khutbah Jum'at - Para shalihin itu, benar-benar kita butuhkan

Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ.. اِتَّقُوْا اللهَ رَبَّكُمْ وَأَطِيْعُوْهُ لِتَنَالُوْا بِتَقْوَاهُ وَطَاعَتِهِ سَعَادَةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَسَلُوْهُ جَلَّ وَعَلَا التَوْفِيْقَ وَالهِدَايَةَ وَالمَعُوْنَةَ عَلَى التَقْوَى وَالطَاعَةِ؛ فَإِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ بِيَدِهِ جَلَّ فِي عُلَاه

ba'da tahmid, shalawat dan wasiat taqwa
 
Jama'ah jum'at rahimakumullaah

“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa berkeliling di seisi bumi sebagai tambahan (selain dari malaikat-malaikat yang menyertai makhluk)”, demikian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Beliau melanjutkan “Mereka (malaikat-malaikat itu) selalu mencari majelis-majelis dzikir. Jika mereka mendapatkan satu majelis yang di dalamnya mengingat Allah , maka mereka akan duduk beserta para ahlinya. Sebagian mereka melingkupi sebagian yang lain dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi ruang antara majelis itu dengan langit dunia.”
“Jika orang-orang itu bubar berpisah” sambung Rasulullah, “maka para malaikat itu pun naik ke langit. Kemudian  bertanyalah Rabb kita jalla jalaluhu kepada mereka, meski Dia Maha Tahu atas segala sesuatu : “Dari manakah kalian datang?”
“Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu di muka Bumi,” jawab para malaikat. “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid dan memohon kepada-Mu.”
Allah subhanahu wata'ala berfirman, “Apa yang mereka minta kepada-Ku?”
“Mereka meminta surga-Mu,” jawab para malaikat.
“Apakah mereka melihat surga-Ku?”
“Tidak, wahai Rabb kami.”
“Lalu bagaimana jika mereka pernah melihatnya? (Pastilah mereka lebih-lebih lagi memintanya).”
Para malaikat itu melanjutkan, “Dan mereka pun memohon perlindungan-Mu.”
“Dari apakah mereka meminta perlindungan-Ku?”
“Dari neraka-Mu.”
“Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?”
“Tidak, wahai Rabb kami.”
“Lalu bagaimana jika mereka pernah melihatnya? (Pastilah mereka lebih lagi dalam memohon perlindungan).”
Para malaikat melanjutkan,”Dan mereka memohon ampunan-Mu.”
Maka berfirmanlah Rabb kita Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, “Sungguh Aku mengaruniakan ampunan kepada mereka. Sungguh Aku menganugerahkan apa-apa yang mereka minta. Dan sungguh Aku melindungi mereka dari apa-apa yang mereka meminta perlindungan Ku darinya.”
“Wahai Rabb kami,” tukas para malaikat,”di antara mereka terdapat seseorang, dia adalah hamba yang banyak melakukan kesalahan (maksiat). Dan sungguh dia hanya melintas, lalu duduk bersama mereka.”
Allah subhanahu wata'ala berfirman, “Aku juga memberikan ampunan baginya. Sebab mereka ini (ahli majelis) adalah orang-orang yang teman duduknya tidak akan merasakan sengsara, siapapun dia.”
Allahu akbar, Allah Maha Besar, Maha Pemurah bagi hambanya..

Jama'ah jum'at rahimakumullaah
 
Imam Asy-Syaukani (kitab tuhfatudz Dzakirin) menanggapi bagian akhir hadits ini. Beliau berkata : “Orang yang banyak kesalahan dan hanya sekedar melintas tapi duduk bersama para ahli majelis dzikir, disamakan dengan mereka meskipun dia bukan bagian dari mereka. Sesungguhnya keberkahan para ahli majelis dzikir itulah yang menjangkaunya, lalu dia disertakan untuk memperoleh ampunan, terhindar dari nekara dan dikaruniai surga sebagaimana mereka.”

Sungguh benarlah perkataan Amirul Mu'miniin Umar ibn Khaththab radhiyallaahu 'anhu “Karunia terbaik bagi seorang hama sesudah keislamannya adalah : saudaranya yang shalih.”
Demikian pula perkataan imam Asy-Syafi'i yang dengan penuh kerendahan hati beliau berkata : “Aku mencintai orang-orang shalih, meski diri ini tidak termasuk bersama mereka. Semoga dengan begitu, aku akan menggapai syafa'at bersama mereka.”

jama'ah jum'at rahimakumullaah
 
Menjadi orang shalih adalah usaha yang harus kita lakukan, terus menerus dalam kehidupan kita untuk melakukan amal-amal kebaikan sehingga menjadikan diri kita sebagai shalihin. Namun tidak kalah penting pula adalah berusaha mencintai dan membersamai orang-orang shalih. Baik di dalam majelis-majelis mereka maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena Rasulullah bersabda kepada Anas ibn Malik :
“Engkau (di akhirat )akan bersama dengan orang-orang yang engkau cintai.”

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
 
Jama'ah jum'at rahimakumullaah
 
Kita sangat membutuhkan keberadaan dan kebersamaan dengan para orang-orang shalih ini.
Sebagaimana Imam Hasan Al-Bashri berkata : “Perbanyaklah kawan-kawan yang shalih. Sungguh mereka memiliki syafa'at di hari Kiamat.”
Seisi bumi adalah ladang yang membutuhkan keberkahan. Dan tanda kesuburannya yang paling besar adalah bertebarannya sosok-sosok kekasih Allah ini, makhluk-makhluk shalih yang melakukan ishlah, yaitu melakukan perbaikan dan kebaikan bagi hamba-hamba Allah lainnya.
“Shalihuun, yakni orang-orang shalih,” tulis Imam Ibnul-Jauzi dalam kitabnya Zadul Masir, “adalah nama yang disandang bagi setiap insan yang baik dalam batin maupun lahirnya.”
Imam Al-Alusi dalam tafsir ruhul ma'ani berkata :”Mereka adalah orang-orang yang mengerahkan seluruh usianya menuju ketaatan kepada Allah dan membelanjakan rizqi yang dikaruniakan pada mereka pada apapun yang di ridhaiNya.”
Keberadaan mereka menjadi pengundang rahmat Allah yang turun dari langit, sebab keberadaan merekalah Allah menjauhkan bencana, menurunkan hujan, memenangkan kebenaran dan ahlinya, tersebarkan yang ma'ruf dan tercegahlah apa-apa yang munkar, serta tertutuplah segala kekejian.
Maka sedemikian besar kebutuhan kita terhadap para shalihiin.
Jama'ah jum'at rahimakumullah, maka marilah kita menjadi orang-orang yang shalih, dan juga berusaha mencintai orang-orang shalih dan membersamai mereka, jika kita tidak mampu menjadi seperti mereka.




إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
 اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ
 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.


ref : Lapis-lapis keberkahan, Salim a. Fillah

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

CEO Google memiliki kisah inspiratif tentang kecoa.

Repost

"Kecoa"

CEO Google memiliki kisah inspiratif tentang kecoa.

Nama Sundar Pichai kini mulai banyak dikenal oran g ketika menjabat pimpinan tertinggi raksasa perusahaan Google. Pichai terlahir di Tamil Nadu, India pada tahun 1972. Pichai dikenal oleh karyawan Google sebagai seseorang yang selalu berhasil merealisasikan rencana menjadi kenyataan. Beberapa proyek dia yang sukses yakni browser Chrome, Chrome OS, dan Chromebook.

Sundar Pichai memang dikenal sebagai orang yang ramah, cerdas, dan pekerja keras. Ada sebuah kisah inspiratif dari pidato yang indah oleh Sundar Pichai – seorang Alumni IIT-MIT dan mantan Global Head dari Google Chrome. Apa isi pidato tersebut?
kisah inspiratif
Sundar Pichai berpidato tentang kecoa. Kisah inspiratif dibalik kecoa yang menjijikkan.

Teori kecoa untuk Pengembangan Pribadi

Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita.

Dia mulai berteriak ketakutan.

Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.

Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik.

Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi … kecoa itu mendarat di pundak wanita lain dalam kelompok.

Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.

Pelayan bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka.

Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan.

Pelayan berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya.

Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkan nya keluar dari restoran.

Menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka?

Jika demikian, maka mengapa pelayan tidak terganggu?

Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.

So, para hadirin.. CEO dari India ini kemudian bertanya:

"Lalu apa yang bisa saya dapat dari kejadian tadi?"

Ia melanjutkan pidatonya..

"Dari tempat saya duduk, saya berpikir..

Kenapa 2 wanita karir itu panik, sementara wanita pelayan itu bisa dengan tenang mengusir kecoa?

Berarti jelas bukan karena kecoanya, tapi karena respon yang diberikan itulah yang menentukan. Ketidakmampuan kedua wanita karir dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana cafe jadi kacau.

Kecoa memang menjijikkan.
Tapi ia akan tetap seperti itu selamanya.
Tak bisa kau ubah kecoa menjadi lucu dan menggemaskan.

Begitupun juga dengan masalah.

Atau macet dijalanan, atau istri yang cerewet, teman yang berkhianat, bos yang sok kuasa, bawahan yang tidak penurut, deadline yang ketat, tetangga yang mengganggu, dsb.

Sampai kapanpun semua itu tidak akan pernah menyenangkan.

Tapi bukan itu yang membuat semuanya kacau. Ketidakmampuan kita untuk menghadapi yang membuatnya demikian."

Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.

Disitu saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu saya.

Bukanlah kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetan yang mengganggu saya.

Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.
Apa hikmah dibalik kisah inspiratif dari pidato ini?

Kita mengerti, kita tidak harus bereaksi dalam hidup. Akan lebih baik kita harus selalu merespon.

Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon.

Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik.

Sebuah cara yang indah untuk memahami ………… HIDUP.

Orang yang BAHAGIA bukan karena Semuanya berjalan dengan benar dalam Kehidupannya..

Dia BAHAGIA karena Sikapnya dalam menanggapi Segala sesuatu di Kehidupannya Benar..!

Itulah kira-kira hikmah yang dapat diambil dari sebuah kisah inspiratif dari pidato CEO.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Si anak yahudi dan bapak tua

ISLAM ITU TAUHID dan AKHLAK

Teks ini saya dapat dari grup lain ...sy share di grup ini sekedar utk mengingatkan kita sbg seorang muslim bhw Agama Islam itu mengajarkan kita tentang akhlak yg  bgt tinggi. Maaf dan abaikan bila sdh pernah diposting sebelumnya....

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... DI SUATU tempat di Perancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan.

Toko tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama "Jad" berumur 7 tahun.

Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.

Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan memberitahu kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana kebiasaannya.

Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya.

"Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu", ujar Ibrahim sebagai tanda persetujuan.

Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad si anak Yahudi

Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara acak.

Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad.

Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari-hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan tinggi.

14 Tahun Berlalu ...

Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun.

Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di dalam kotak tersebut ia letakkan sebuah buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi.

Jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa tergoncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya­, dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya.

Hari-haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya.

Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembar­an buku itu, akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa membacanya.

Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi.

Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menerangkan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad kala itu.

Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut.

Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini bertanya, "Buku apa ini?"

Ia menjawab, "Ini adalah Al-Qur'an, kitab sucinya orang Islam!"

Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,

Jad lalu kembali bertanya, "Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?"

Temannya menjawab, "Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!"

Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam!

Islamkan 6 juta orang ...

Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an.

Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.

Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembar­an Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat :

((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ­ الْحَسَنَةِ...!­!))

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!!..." [QS. An-Nahl; 125]

Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya­.

Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lainnya.

Akhir Hayat Jadullah ...

Jadullah Al-Qur'ani, seorang Muslim sejati, da'i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit Beliau wafat dalam masa-masa berdakwah.

Kisah pun belum selesai ...

Ibu Jadullah Al-Qur'ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.

Sang ibu bercerita bahwa –saat putranya masih hidup– ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi.

Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar.

Yang menjadi pertanyaannya, "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?"

Jadullah Al-Qur'ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: "Hai orang kafir!" atau "Hai Yahudi!" bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap: "Masuklah agama Islam!"

Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur'an.

Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zolo.

Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur'ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani.

Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Dan Jadullah Al-Qur'ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci.

Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur'ani, kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai "Syaikh Kaum Revolusioner Mesir".

Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota Lembaga Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam.

Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur'ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan bid'ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim.

Dulu da'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirka­n dan dituduh syirik? Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja?

Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui kadar iman yang dimiliki setiap orang.

Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah swt. kepada Nabi Musa dan Harun –'alaihimassala­m– saat mereka akan pergi mendakwahi fir'aun. Allah berfirman,

"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut."

Bayangkan, Fir'aun, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia Kafir Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari Fir'aun, di mana Al-Qur'an pun merekam kekafirannya hingga kini?

Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?

Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini.

Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam.

Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam keadaan kafir. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min Dzalik.

Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam –'alaihissalam–­.

Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah!

Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti" akidah orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid.

Kita adalah saudara seiman seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang bahu-membahu demi perkara yang baik-baik saja. Wallahu Ta'ala A'la Wa   Bis-Shawab.*

- Penulis: Mustamid, seorang mahasiswa Program Licence Universitas Al-Azhar Kairo Konsentrasi Hukum Islam -

Wallahu a'lam bishshawab.

Wassalam....

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

KITA MENGETAHUI, TAPI SAYANG .. KITA TIDAK MENGAMALKAN..


Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah mengisahkan: "Seorang anak perempuan meninggal karena Thoun, kemudian ayahnya melihatnya di dalam mimpi, maka ayahnya berkata kepadanya: "Wahai anakku kabarkan kepadaku tentang akhirat!"

Anak perempuan itu menjawab: "Kami telah melewati perkara yang sangat besar, dan sesungguhnya kita telah mengetahui, tapi kita tidak mengamalkannya. Demi Allah, sesungguhnya satu ucapan tasbih atau satu rakaat sholat yang tertulis dalam lembaran amalku lebih aku sukai daripada dunia dan seluruh isinya"..

Berkata Ibnul Qayyim: "Anak perempuan itu telah mengatakan perkataan yang dalam maknanya (sesungguhnya kami mengetahui, tapi kita tidak mengamalkan), akan tetapi banyak diantara kita yang tidak memahami maknanya.."

🌺Kita mengetahui, bahwa ucapan سبحان الله وبحمده Subhanallahi wa bihamdihi sebanyak 100 kali  akan  menghapuskan dosa-dosa kita, walaupun dosa kita sebanyak buih di lautan. Akan tetapi sayang.. Berapa banyak hari kita yang berlalu tanpa kita mengucapkannya sedikitpun..💬

🍀Kita mengetahui, bahwa pahala  dua rakaat Dhuha setara  dengan pahala 360 shodaqah, akan tetapi sayang.. Hari berganti hari tanpa kita melakukan sholat Dhuha...💬

🌹Kita mengetahui, bahwa orang yang berpuasa sunnah karena Allah satu hari saja, akan dijauhkan wajahnya dari api  neraka sejauh 70 musim atau 70 tahun perjalanan. Tapi sayang, kita tidak mau menahan lapar..💬

🍄Kita mengetahui, bahwa siapa yang menjenguk orang sakit akan diikuti oleh 70ribu malaikat yang memintakan ampun untuknya.. Tapi sayang, kita belum juga menjenguk satu orang sakit pun pekan ini..💬

🍃Kita mengetahui, bahwa siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya sebesar sarang burung, akan dibangunkan sebuah rumah di surga. Tapi sayang, kita tidak tergerak untuk membantu pembangunan masjid walaupun hanya dengan beberapa puluh ribu..💬

💐Kita mengetahui, bahwa siapa yang membantu janda dan anak yatimnya, pahalanya seperti berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang berpuasa sepanjang hari tanpa berbuka, atau orang yang sholat sepanjang malam tanpa tidur.  Tapi sayang, sampai saat ini kita tidak berniat membantu seorang janda pun..💬

🌼Kita mengetahui, bahwa orang yang membaca satu huruf dari Al Qur'an, baginya sepuluh kebaikan dan satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali. Tapi sayang, kita tidak pernah meluangkan waktu membaca Al Qur'an dalam jadwal harian kita...💬

🌷Kita mengetahui, bahwa haji yang mabrur, tidak ada pahala baginya kecuali surga, dan akan diampuni dosa-dosanya sehingga kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya. Tapi sayang,  kita tidak bersemangat untuk melaksanakannya, padahal kita mampu melaksanakannya..💬

🍁Kita mengetahui, bahwa orang mukmin yang paling mulia adalah yang yang paling banyak sholat malam, dan bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya tidak pernah meremehkan sholat malam di tengah segala kesibukan dan jihad mereka. Tapi sayang kita terlalu meremehkan sholat malam..💬

⚡Kita mengetahui, bahwa hari kiamat pasti terjadi, tanpa ada keraguan, dan pada hari itu Allah akan membangkitkan semua yang ada di dalam kubur. Tetapi sayang, kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk hari itu..💬

🌌Kita sering menyaksikan orang-orang yang meninggal mendahului kita, tetapi sayang, kita selalu larut dengan senda gurau  dan permainan dunia seakan kita mendapat jaminan hidup selamanya dan tidak akan akan menyusul mereka..💬

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.. Semoga kita segera merubah keadaan kita mulai detik ini, dan mempersiapkan datangnya hari perhitungan yang pasti akan kita hadapi..

Hari dimana kita mempertanggung jawabkan setiap perbuatan kita di dunia..

Hari ketika lisan kita dikunci, sedangkan mata, kaki, dan tangan kita yang menjadi saksi..

Dan pada  hari itu, setiap orang akan lari dari saudaranya, ibu dan bapaknya, teman-teman dan anaknya, karena  pada hari itu setiap orang akan disibukkan dengan urusannya masing-masing

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pernikahan itu...

Pernikahan itu seperti kematian, ia tak dapat diprediksi namun wajib untuk disiapkan.

Pernikahan itu seperti kematian, ia tak perlu dibicarakan namun ia pasti akan datang.

Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati. Padahal sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban.

Ini bukan hanya tentang dua manusia yang saling mencinta lalu mengucap akad.

Ini peristiwa peradaban yang mengubah demografi manusia.

Pernikahan adalah sayap kehidupan. Rumah adalah benteng jiwa. Jika di rumah kita mendapat energi memadai, di luar rumah kita akan produktif.

"Sakinah" bukan cuma "tenang". Ia berasal dari kata "sakan" yang artinya "diam/tetap/stabil". Maka ia tenang karena stabil, bukan lalai.

Sakinah: ketenangan yang lahir dari kemantapan hati. Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komperhensif.

Al-Qur'an menjelaskan: "Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya". Air (mani): sumber stabilitas dan produktifitas. Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun.Learning by doing.

Islam arahkan menikah muda agar penasaran itu cepat terjawab. Agar setelah "rasa penasaran" itu terjawab, perhatian seseorang bisa lebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas-spiritualitas.

Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun terlahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera.

Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta. Dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai.

Hubungan yang terbina bukan hanya hubungan emosional, tapi juga spiritual-rasional. Karena keluarga ini adalah basis sosial terkecil untuk membangun peradaban.

[Khutbah pernikahan anak Ust. Tate Qomaruddin oleh Ust. Anis Matta]

*****

Masih teringat jelas, beberapa tahun yang lalu. Beberapa hari menjelang pernikahannya, seorang akhwat yang sudah aku anggap sebagai mbak di kampus mengatakan demikian:

"Jika seorang akhwat siap menikah, berarti ia harus siap akan 3 hal. Pertama, siap untuk diceraikan. Kedua, siap untuk di"dua"kan. Ketiga, siap untuk ditinggalkan baik dalam keadaan meninggal atau dalam keadaan hidup."

Dan aku terheran… kenapa harus begitu mbak?

"Karena sekalipun engkau telah menikah dengannya, engkau tak akan pernah bisa memilikinya. Jika engkau hendak bersiap untuk sebuah pertemuan, maka siapkanlah juga dirimu untuk sebuah perpisahan."  

Belum selesai keheranan saya dengan susunan kalimat tersebut, beliau lantas berlalu pergi sambil melambaikan tangannya pada sebuah angkot. Dan saya pun hanya mampu terdiam, sambil mencoba untuk menyerap dalam-dalam makna kalimatnya.

*****

Suatu ketika seorang ukhti bercerita pada saya tentang kisahnya.

Secara agama, tidak ada yang kurang dari ukhti ini, beliau cerdas, hafizhah, dan hafal beberapa hadits. Beberapa hari menjelang pernikahannya, beliau tampak sedih mendengar kabar buruk lantaran pernikahannya dibatalkan sepihak oleh pihak calon mempelai lelaki. Pertanyaannya mengapa? Tepat sebulan sebelum ukhti ini mendapat kabar tersebut, beliau diminta seorang ustadz agar menjalani proses ta'aruf dengan seorang ikhwan.

"Apa kriteria akhwat yang diminta ikhwan tersebut yaa ustadz?" Tanya sang ukhti. Ustadz pun menjawab: "Shalihah dan Hafizhah, bukankah itu semua ada dalam kriteria diri anti? bagaimana? Apakah anti bersedia menjalani proses tersebut?"

Bismillah... sang ukhti pun bersedia untuk menjalani proses tersebut...

Proses itu masih dirasa lancar-lancar saja hingga suatu ketika ada kalanya ukhti dan ikhwan tersebut dipertemukan… Beberapa hari setelah pertemuan tersebut, sang ikhwan menulis sebuah pesan singkat yang bertuliskan:

"Ukhti, saya sama sekali tidak menyangsikan dalamnya ketaatan ukhti... tidak juga menyangsikan luasnya ilmu agama ukhti, namun, saya hanya merasa tidak pantas beristrikan seorang akhwat sekaliber ukhti... saya mohon maaf, saya tidak mampu meneruskan proses ini lebih jauh lagi…"

Salah apa?

Mungkin itulah pertanyaan pertama yang terbersit dalam benak ukhti tersebut. Jika, dalamnya ketaatan dan luasnya ilmu agama itu salah, lantas mengapa ikhwan tersebut menyebutkan salah satu kriteria akhwat yang ia inginkan adalah "Shalihah dan Hafizhah"

Salah apa?

Apakah karena ikhwan tersebut bukanlah seorang hafizh, dan ukhti ini adalah seorang hafizhah, maka sang ikhwan itu menjadi "minder"? jika memang benar demikian, bukankah pernikahan adalah sarana menyempurnakan yang kurang sempurna dan menggenapkan yang belum genap?

Salah apa?

Menangis pun rasanya percuma. Karena toh, ukhti ini tahu, bahkan sangat tahu bahwa jodoh tidak akan ke mana. Ia benar-benar paham bahwa yang baik adalah untuk yang baik juga sebaliknya. Namun, yang tidak ia tahu adalah mengapa ia ditolak justru karena kebaikan agamanya?

Salah apa?

Dan pertanyaan ini belum terjawab hingga sang ustadz yang menjadi penghubung proses ta'aruf mereka pun menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria fisik yang tidak ditemukan sang ikhwan pada ukhti ini...

Terjawablah sudah... Engkau pasti bisa membayangkan betapa hancur hati sang ukhti, bagaimana bisa? Seorang ikhwan -yang mengaku- ingin menikahi perempuan shalihah dan hafizhah, menghentikan proses ta'arufnya "hanya" karena pertimbangan fisik dan itu pun tak mampu ia jelaskan pada akhwat tersebut… Lantas pertanyaan di benak sang ukhti itu pun berubah…

"Jika yang engkau inginkan adalah seorang akhwat yang shalihah dan hafizhah… Maka shalihah yang seperti apa yang engkau inginkan? Shalihah versi Allah? Atau shalihah versi mu? Versi nafsu duniamu?"

*****

Di sisi lain, di sudut waktu yang berbeda… Suatu ketika berceritalah dua ukhtina shalihah...

"Aku pengen deh punya suami yang sama sekali gak pernah aku kenal sebelumnya, tapi kalau bisa, dia adalah seorang bla bla bla (sambil menyebutkan salah satu profesi pekerjaan). Supaya nanti gak ada fitnah dan bisa saling belajar memahami lagi..."

Ukhti kedua tersenyum sambil menjawab halus... "target itu perlu, tapi jangan sampai itu menjadikan kita menghalalkan segalanya untuk mencapai target itu, carilah yang menenangkan dan mampu menjadi imam. Yang menenangkan dan mampu menjadi imam. Kemudian, istikharahlah dalam setiap prosesnya, karena sebenarnya, jodohmu telah ditentukan oleh-Nya. Yang tak dikenal sama sekali sebelumnya pun, belum tentu mampu menjadi yang menenangkan… bukan kah hakikat pernikahan itu adalah sakinah (tenang)? 

*****

Berhentilah kawan. Berhentilah untuk mengkorelasikan pernikahan dengan kegalauan. Berhentilah, saya mohon. Karena pernikahan (bagi saya) adalah tentang sebuah cita-cita agung yang harus kita siapkan sedari sekarang.

Berhentilah teman. Berhenti untuk menghubungkan pernikahan dengan kelabilan.

Berhentilah, saya mohon. Karena jika saja engkau tahu, betapa bangganya orang-orang di luar sana dengan sistem pacarannya, lantas mengapa kita tak bangga dengan sistem pernikahan yang telah diatur dalam Islam? Kenapa harus, justru kita lah (kaum muslimin) yang "menjatuhkan" makna pernikahan itu sendiri?

Bagi saya... Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau harus mengeja a.. ba.. ta.. tsa.. agar kelak keluarga yang engkau bangun adalah keluarga yang dinaungi cahaya Al-Qur'an.

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau harus berpayah-payah masuk ke dapur, lantas bersahabat dengan segala pernak-pernik didalamnya agar kelak engkau bisa memberikan nutrisi terbaik untuk mereka para penerus peradaban.

Pernikahan adalah tentang ilmu, tentang bagaimana engkau harus membolak-balik buku tentang psikologi lelaki dan perempuan, tentang perkembangan pada anak, tentang rumah tangga para shahabiyah...

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau harus mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang kurang sehat sekalipun engkau sangat ingin mengkonsumsinya. Karena engkau tahu, engkau harus menyiapkan rahim yang kuat agar terlahir tujuh atau bahkan sepuluh para mujahid dan mujahidah.

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau harus menabung seperak demi seperak agar kelak engkau mampu memberikan nutrisi dan pendidikan terbaik untuk para pewaris kejayaan Islam...

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau harus belajar melunturkan ego, agar perahu yang akan dibawa bersama kelak tak karam di tengah jalan.

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau menyembunyikan keluhan dan menutupi kelemahan, pada mereka yang yang perlu penguatanmu...

Itulah mengapa, seorang Habibie membutuhkan Ainun untuk menciptakan sebongkah pesawat terbang pertama di Indonesia, itulah mengapa Rasulullah membutuhkan Khadijah untuk mengemban amanah dakwah yang tidaklah mudah... Itulah mengapa di balik lelaki yang hebat selalu ada perempuan yang kuat...

Pernikahan adalah tentang bagaimana engkau belajar untuk menjadi ibu, untuk menjadi istri, untuk menjadi menantu, untuk menjadi kakak ipar, untuk menjadi adik ipar, untuk menjadi sahabat, untuk menjadi...

Karena pernikahan adalah tak sekadar penyatuan dua insan, melainkan penyatuan dua keluarga besar.

Akhirnya,
Dalam hening penuh kesyahduan, mari bermunajat…

"Tenggelamkan hamba ke dalam lautan cinta-Mu yaa Robb, agar tak ada cinta lain yang mengisi hatiku, kecuali menambah kecintaanku pada-Mu..."

*****

Ah, dunia... Jika saja bukan dengan menjalanimu aku bisa masuk surga dan bertemu dengan-Nya... Maka dari itu, sekali lagi semuanya haruslah satu tema -termasuk perkara ini juga- yaitu, untuk-Nya...

(re-post)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Ajarkan Jihad Sejak Dini

Ajarkan Jihad Sejak Dini
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Toleransi tanpa ketegasan adalah ketidakberdayaan. Sedangkan tanpa ilmu adalah keberingasan. Tanpa berpijak pada prinsip yang kukuh dan jelas semenjak dini, anak-anak akan kehilangan orientasi hidup yang menjadikan dirinya bermakna. Betapa banyak bangsa yang meraih kemajuan fisik luar biasa, tetapi jiwa mereka kering dan hidup mereka hampa. Bukankah Jepang mencapai kemajuan dan kemakmuran luar biasa, tetapi pada saat yang sama, banyak orang menagalami kekosongan makna dalam hidup mereka.

Inikah yang akan kita siapkan untuk anak-anak kita? Ataukah kita siapkan mereka untuk menjadi pewaris bumi yang mampu memakmurkan dengan ilmu-Nya dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi dengan iman dan kesungguhan untuk berdakwah? Ataukah tidak dua-duanya. Kalimat Allah tidak tegak, kemakmuran tidak dapat. Padahal ketika kita bicara tentang memakmurkan bumi, maknanya tidaklah sesempit dan sedangkal kemakmuran finansial. Tetapi bukan di sini tempatnya untuk berbincang. Kita bertemu sejenak di ruang ini untuk berbincang tentang apa yang harus kita berikan untuk anak-anak kita, agar tidak meninggalkan di belakang kita generasi lemah yang kita khawatiri keadaannya.

Sungguh, kita perlu ajarkan pada anak-anak kita sikap toleran terhadap mereka yang tidak seiman. Tetapi toleransi tanpa ilmu adalah kelemahan dan rasa rendah diri. Kita merasa menjunjung tinggi toleransi, padahal yang terjadi sesungguhnya adalah meletakkan keyakinan kita kepada Allah di belakang kita. Kita merasa menegakkan toleransi, padahal yang terjadi sesungguhnya menanggalkan pegangan kita pada akidah yang lurus dan iman yang bersih.

Tidak akan pernah lahir toleransi yang bermartabat kecuali apabila kita yakin bahwa hanya agama inilah yang benar. Tidak ada yang lain. Sangat sulit saya membayangkan seseorang mengimani Tuhan, sementara ia tidak merasa benar-benar percaya bahwa yang ia imani benar-benar Tuhan. Padahal tanpa meyakini bahwa agama yang ia peluk adalah yang paling benar, apa pun agama yang ia peluk adalah yang ia yakini, maka sesungguhnya ia bukan sedang bertoleransi terhadap pemeluk agama lain. Bukan. Ia tidak risau dengan apa yang terjadi di sekelilingnya karena ia memang imannya rapuh dan jiwanya gersang.

Jika toleransi kita tegakkan tanpa masing-masing merasa yakin agamanya benar, maka sesungguhnya yang demikian ini adalah jalan menuju tidak adanya keimanan kepada Tuhan. Jika tidak, hanya ada dua kemungkinan; iman kita yang sakit atau kita yang sakit jiwa. Sebab, tidak mungkin jiwa yang sehat meyakini sesuatu sebagai kebenaran dan pada saat yang sama meyakini apa yang ditentangnya sebagai kebenaran juga. Jika sikap beragama yang demikian dianut oleh kebanyakan orang, maka akan kita jumpai masyarakat yang sakit. Ada agama, tetapi tidak memberi pengaruh apa pun bagi kehidupan, cara pandang, kejujuran, kesungguhan kerja, dan seterusnya. Agama berubah menjadi sekadar gaya hidup, atau bahkan sekadar menjadi upacara yang hanya dibutuhkan ketika manusia lahir, kawin, dan mati. Pada tingkat yang lebih parah, agama hanya menjadi upacara pengantar penguburan jenazah.

Jiwa yang sehat serta memiliki kedewasaan beragama akan dapat menghormati keyakinan orang lain. Tidak ada halangan baginya untuk santun terhadap tetangganya yang kafir. Syaratnya, ia sendiri orang beriman yang benar-benar meyakini kebenaran agamanya. Tanpa itu, sesungguhnya yang terjadi bukan toleransi, melainkan sikap tidak peduli pada agama. Dan inilah mimpi buruk bagi peradaban sebuah bangsa. Sebab karakter bangsa hanya akan terbangun dengan kuat apabila memiliki pijakan nilai yang kukuh, hidup, dan jelas.

Maka…

Tak ada pilihan bagi kita dalam mengajarkan toleransi kecuali dengan menanamkan iman yang kuat di dada anak-anak kita semenjak dini. Tidak akan lahir generasi yang kuat bermartabat, dan mampu menghormati orang lain yang tidak seiman kecuali kita besarkan mereka dengan membiasakan berkata yang benar (qaulan sadîda). Bukankah Allah telah mengingatkan kepadamu dalam Surah An-Nisâ' ayat 9?
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatiri keadaannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah (fal yattaqullâh) dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (wal-yaqûlû qaulan sadîda)." (Q.s. An-Nisâ` [4]: 9).

Saya tidak memperbincangkan lagi tentang qaulan sadîda pada kesempatan kali ini. Saya kutip ayat ini untuk menegaskan bahwa generasi yang kuat hanya akan lahir apabila kita besarkan di atas pijakan takwa dan berkata dengan perkataan benar (qaulan sadîda). Salah satu makna qaulan sadîda berkata tegas, tidak menutup-nutupi kebenaran. Berpijak pada dua hal inilah akan lahir anak-anak yang kukuh imannya, lembut peranganinya, dan tegas sifatnya. Ia toleran kepada pemeluk agama lain karena seperti itulah contoh yang diberikan oleh NabiShallalâhu 'alaihi wa Sallam Bukan karena kerdilnya jiwa, ciutnya nyali, dan rusaknya iman.
Ia mampu bersikap tegas karena percaya diri yang tinggi, iman yang bersih, dan ilmu yang benar. Bukan karena keberingasan dan kerasnya hati.

Agar anak-anak kita mampu bertoleransi tanpa kehilangan sikap tegas, mereka perlu memiliki keberanian, keyakinan, dan ilmu yang mencukupi. Kita perlu ajarkan kepada mereka bagaimana sikap tegas harus ditegakkan agar kelak mereka dapat melindungi dirinya (hifzh al-nafs),melindungi hartanya (hifzh al-mâl), membela agamanya (hifzh al-dîn),melindungi keturunan (hifzh an-nasb) dan melindungi akal (hifzh al-'aql). Inilah lima tujuan syariah, dan memahami jihad adalah pintu awal untuk menegakkannya.

Kita perlu menanamkan kepada mereka pemahaman tentang jihad secara utuh. Bukan mengajarkan jihad yang benar dan jihad yang salah, sebab tidak ada jihad yang salah. Kalau kemudian ada yang salah memahami jihad sehingga melakukan tindakan yang keliru, maka ini sebenarnya berpangkal pada tidak utuhnya kita memahami jihad. Terlebih ketika hari ini, kita menjumpai banyak sekali istilah yang menggunakan jihad sebelum memahami istilah jihad yang sesungguhnya benar, semakin jauhlah kita dari pemahaman tentang jihad secara utuh.

Hari ini, kita menjumpai ada jihad ekonomi, jihad intelektual, jihad pena dan seribu atau semiliar istilah lain yang menggunakan awalan kata jihad. Jika siapa pun apat menambahkan kata apa saja sesudah kata jihad, maka apakah yang dapat kita ambil dari makna jihad? Tak ada. Karena kita berjalan dengan pikiran kita sendiri-sendiri, bukan dengan petunjuk yang Allah jamin tidak ada keraguan di dalamnya. Pada gilirannya, ini menyebabkan sebagian dari kita menganggap agama tak lagi mencukupi untuk menjawab tantangan zaman dan menyelesaikan persoalan manusia. Padahal pada kitalah kelemahan itu ada. Salah satunya bersumber dari tidak utuhnya pemahaman.

Mengajarkan jihad semenjak dini kepada anak berarti menumbuhkan kepada mereka harga diri dan kepercayaan diri sebagai orang yang beragama. Mereka belajar memiliki rasa tanggung jawab. Pangkalnya sikap al-walâ' wa al-barâ' yang kuat, ujung-ujungnya sikap bersungguh-sungguh dalam melakukan setiap amal shalih. Tidaklah kelak mereka menggerakkan pena–jika ia seorang penulis–kecuali untuk mengabarkan kebenaran dan menebar kebaikan. Pada setiap tetes tinta yang dituangkan dengan hati yang hidup dan misi yang kuat, insya Allah akan lahir kata-kata yang menggerakkan jiwa untuk melakukan kebaikan. Yang demikian ini bukan karena ia melakukan jihad pena, tetapi karena kuatnya al-walâ' wa al-barâ' yang disertai besarnyarasa tanggung jawab kepada Allah, menjadikan ia tidak membiarkan tintanya tumpah sia-sia.

Tidaklah ia hadir di dunia kecuali untuk menjadi anugerah bagi alam semesta. Ia memberi rasa tenteram bagi tetangganya, sekalipun kafir, bukan karena jihad kemanusiaan. Bukan. Tetapi, ia hadir memberi manfaat bagi masyarakat sekelilingnya karena agama kita menuntut ia untuk meneladani perilaku Nabi Shallalâhu 'alaihi wa Sallam.

Sewaktu-waktu, ia juga mampu bersikap tegas terhadap orang kafir. Bukan karena benci. Bukan pula karena api permusuhan yang berkobar-kobar tanpa sebab, melainkan karena harus menegakkan kebenaran. Ia datang untuk mengingatkan sambil berharap dapat mengantarkan hidayah. Bukan untuk meluapkan amarah yang membabi buta.

Wallâhu a'lam bish-shawâb.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Ganti Bajumu!!

Ganti Bajumu

Malam itu, baru saja saya menuruni tangga masjid At-Tin Taman Mini usai berbagi cara Menghafal Al-Quran Semudah Tersenyum kepada para jamaah I'tikaf malam ke 23 yang saat itu memenuhi masjid, tiba-tiba salah seorang lelaki paruh baya berparas tegas dengan janggut memenuhi rahang kerasnya mendatangi saya. Sorot matanya tajam memancarkan semangat dan keteguhan, senyumannya mengiringi tangannya yang bergerak cepat menyalami tangan saya.
"Ustadz, kenalkan saya Bambang(bukan nama sebernarnya), saya baru saja mengikuti acara antum di atas,  kalau ada waktu saya ingin berdiskusi tentang anak saya", ujarnya sopan. Genggaman tangannya amat kuat. Tahulah saya beberapa menit kemudian, rupanya sosok di hadapan saya adalah pemegang 16 medali Taekwondo dari beberapa kejuaraan. Meski berperawakan pendek, prestasinya mengundang decak kagum.
Sejurus kemudian, makin takjublah saya, ditengah-tengah kami asyik berdiskusi, tiba-tiba seorang anak kecil datang. Umurnya baru 12 tahun, wajah terhias senyum berkulit coklat sawo matang itu mencium tangan tamu penuh takzim, sejurus kemudian,matanya menatap tangan saya, dan meraih tangan saya untuk bersalaman.
"Ini anak yang pertama ustadz, yang saya ceritakan tadi, namanya MRP, dia tadi sangat senang mengikuti cara menghafal yang ustadz ajarkan, dan langsung minta kepada saya untuk ikut belajar di pesantren ustadz jika masih kesempatan"
MRP, remaja yang duduk di kelas dua SMP ini membuat saya tak henti-hentinya memuji kebesaran Allah, betapa tidak. Di usianya yang masih belia, MRP sudah mengantongi 99 Medali Taekwondo, baik kejuaran lokal, nasional bahkan kejuaraan dunia.  Saya melihat koleksi medali di album foto yang ditunjukkan oleh ayahnya via Tablet yang ia bawa. Saya mengamati bagaimana sang anak berlaga di lapangan. Tak hanya mengukir prestasi di bidang Taekwondo, MRP telah hafal Al-Quran 12 juz, mahir berbahasa arab dan inggris. Saya berdecak kagum dan menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat penampilannya sehingga ia menjadi juara pidato se DKI-Jakarta. Iapun telah hafal 30 dari 40  hadits Arbain.
Dan, MasyaAllah, prestasi yang diukir MRP rupanya diikuti oleh adiknya MAKP, si adik yang berumur 11 tahun itu telah mengantongi 80 medali taekwondo , hafal 5 juz, tiga kali berturut-turut menjadi Atlet Taekwondo terbaik Indonesia.  Dan lebih luarbiasanya lagi, kedua anak ini langsung dilatih oleh ayahnya.
Lama kami mengobrol dengan sang Ayah, tak hanya malam itu, bahkan dua malam berikutnya kami menghabiskan malam-malam kami di Masjid At-Tin dengan  penuh antusias.
"Kami sekeluarga selalu beri'tikaf 10 malam terakhir di Masjid At-Tin ustadz, dan setiap I'tikaf, saya selalu mewajibkan anak-anak saya untuk menghafal 1 Juz, saya langsung yang membimbing dan mengoreksi hafalan mereka. Cukup 1 tahun 1 juz ustadz, kalaupun MRP sekarang sudah 12 juz, itu karena dia amat bersemangat menghafal. Harapan saya, di umur mereka yang ke 40 nanti, mereka sudah menjelma menjadi manusia yang hafal 30 juz dan  berkarakter Al-Quran, dengan prestasi yang bisa dibanggakan. Muslim yang kuat hatinya karena berisikan Al-Quran, kuat fisiknya, berprestasi dan pandai berbicara dengan berbagai bahasa hingga bisa bermanfaat buat ummat". 
Beberapa malam kemudian saya serta beberapa kawan menjadi saksi, betapa kami sering melihat sang ayah dan ibu bersama anak-anaknya saling berhadapan. Sang ayah menyimak hafalan anaknya, dan  tak ada ekspresi tertekan di wajah sang anak. Sang anak amat sangat ceria, sopan dan riang layaknya anak-anak biasa.
Sang ayah, yang mendirikan dan mengelola empat sekolah perguruan Taekwondo ini punya cara unik dan istimewa dalam memilih murid, ia hanya mau menerima siswa yang memiliki hafalan Al-Quran minimal 1 juz, jika tidak, ia tak akan mau melatihnya.
Di sela-sela pembicaraan, saya menyempatkan diri mencari profil keluarga ini di internet, subhanallah. Saya menemukan sederet kekaguman lainnya. Prestasi keluarga ini ada di sebuah halaman web perguruan silat Indonesia. Lengkap dengan foto-foto, catatan prestasi, juga informasi . Saya kutipkan salah satu paragraf halaman web itu di sini
"Lahir tahun 2002, MRP  lebih mencintai kegiatan menghafal Al-Quran serta berbagai pelatihan bahasa antara lain Inggris dan bahasa arab tapi tak mengendurkan semangatnya untuk berlatih ilmu beladiri
Taekwondo hobinya khususnya seni pertarungan. Memulai berlatih sejak berumur 4 tahun sejak kepulangan ayahnya dari Korea, MRP lebih suka menyertai bapaknya dalam berlatih dan melatih di berbagai unit yg di latih bapaknya., tanpa di sadari sang ayah memperhatikan bahwa putranya lebih suka melihat dan senang bila menonton pertarungan taekwondo baik dari video dan turnamen  yang dilihatnya.
.Umur 5 tahun mencoba mengikuti pertandingan Taekwondo , pagelaran kejuaraan taekwondo yg di adakan di Jabodetabek telah banyak di ikutinya hingga meraih dan selalu mendapatkan juara pertama.
Sering juga mengikuti kontes pidato di Jakarta dan menghasilkan juara pertama English Speech Contest tingkat SD se DKI ,.. dan kejuaraan menghafal Alquran di Bekasi dan Bogor, menjadi pemain film  di beberapa film seni pertarungan  di MNCTV"
-------
Banyak orang menyebut keluarga ini keluarga ajaib, tapi sang ayah hanya berujar "kami ini bukan keluarga ajaib Ustadz, kami hanya rajin berlatih. Terus berlatih dan berlatih, DISPLIN, KEMAUAN dan IKHTIAR terus. Siapun bisa melakukannya", ujar sang ayah yang merupakan lulusan Gontor dan telah melanglang ke 24 negara ini.
Salah satu kawan kami bertanya pada lelaki berusia 49  tahun ini "Mas, apa sih rahasianya sehingga bisa menciptakan budaya disiplin pada anak-anak?"
Lelaki yang juga memiliki program  16 kali pertemuan mahir berbahasa Inggris inipun  dengan penuh percaya diri mengatakan "Mas, menjadikan anak-anak disiplin itu mudah, kami hanya mengamalkan surat Al-Mudatsir"

يا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3) وَثِيابَكَ فَطَهِّرْ (4) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5)
وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (7)
1). Hai orang yang berkemul (berselimut),
2). Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3). Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7). Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah .(QS.Al-Mudatsir-1-7)

"Mas, kami selalu membiasakan diri bangun jam 3 pagi, membesarkan Allah, Mandi dan selalu berganti baju, pantang bagi kami tidur sholat setelah subuh* karena Rasulullah mengatakan keberkahan bagi mereka yang tak tidur setelah shubuh. Mandi dan gantilah bajumu. Baik baju batin maupun baju lahir. Baju batin harus diperbarui agar selalu optimis dan bersemangat. Tidak loyo. Hidup harus punya target. Berganti baju yang bersih. Agar badan kitapun nyaman ketika beraktifitas. Tak ada hari kami lalui tanpa berlatih. Berbuat baiklah tanpa pengen dibales manusia mas. Hal jazaaul ihsan illal ihsan, balasan kebaikan pasti kebaikan." Ujarnya berapi-api sembari mengutip surat Al Mudatsir dan Ar-Rahman
Bangunlah untuk bertahajjud, agungkan Tuhanmu...

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Taubat

Selagi Allah Menutupi Aib Kita...

➖➖➖➖➖➖➖➖➖🌿
�🌴 Nutrisi Ruh Pagi Hari

             TAUBAT

Pada zaman Nabi Musa 'alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yg berkepanjangan...
Mereka berkumpul mendatangi Nabi mereka, Musa 'alaihissalam...
Mereka berkata, "Ya NabiyyAllah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami....!"

Maka berangkatlah Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang yg luas...
Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang...
Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yg lusuh dan kumuh, penu debu, haus, dan lapar...

Nabi Musa berdoa,
إلهي.... أسقنا غيثك... و انشر علينا رحمتك و ارحمنا بالأطفال الرضع... و البهائم الرتع و المشايخ الركع......
"Ilaahi....! Asqinaa ghaitsaK...Wansyur 'alaina rahmatak.... warhamnaa bil athfaal ar rudhdha'...wal bahaaim ar rutta'...wal masyaayikh ar rukka'......"
"Tuhanku...! Turunkan hujan kpd kami... Tebarkanlah rahmat-Mu kpd kami, kasihilah kami demi anak2 yg msh menyusui, hewan ternak yg merumput, dan para orang2 tua yg ruku' kpada-Mu..."

Setelah itu langit tetap saja terang benderang...
matahari pun bersinar makin kemilau...
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, "Ilaahi ... asqinaa...."

Allah pun berfirman kepada Musa,
يا موسىأني أكون بغيثكم و فيكم رجل يبارزني بالمعاصي أربعين عاما.. فليخرج حتى أغيثكم
"Wahai Musa...Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yg bermaksiat sejak 40 tahun yg lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian..."

Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yg bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami... karena engkaulah hujan tak kunjung turun..."

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan ke kiri...

maka tak seorang pun yg keluar di hadapan manusia...

Saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yg dimaksud...

Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku...

Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun..."

Maka hatinya pun gundah gulana...
air matanya pun menetes....
menyesali perbuatan maksiatnya...

Sambil berkata lirih,
"Ya Allah...Aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun...

Selama itu pula Engkau menutupi 'aibku.

Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku..."

Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut,

Maka awan2 tebal pun bermunculan...
Semakin lama, semakin tebal menghitam...
Dan akhirnya turunlah hujan...

Musa pun keheranan, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yg keluar di hadapan manusia."

Allah berfirman :
يا موسى لقد تاب وتبت عليه,, منعت عنكم الغيث بسببه,, وأمطرتكم بسببه
"Wahai Musa, dia telah bertaubat dan Aku telah menerima taubatnya, karena orang itulah Aku menahan hujan kpd kalian, dan karena dia pulalah Aku menurunkan hujan..."

Musa berkata :
ربي أرني أنظر إليه,,ربي أرني ذلك الرجل
"Ya Allah...Tunjukkan padaku orang itu... Tunjukkan aku pada orang itu..."

Allah berfirman,
يا موسى.. لقد سترته وهو يعصيني؛
أفلا أستره وقد تــاب وعـــاد إلي؟؟
"Wahai Musa, Aku telah menutupi 'aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku,

Apakah sekarang Aku membuka 'aibnya sedangkan ia telah bertaubat dan kembali kepada-Ku...?!"

Subhanallaah
sungguh Maha Pengasih Engkau wahai Rabbi....

Kalaulah bukan karena Engkau yg menutupi aib2 kami...
Tentulah kami akan sangat malu di hadapan para hamba-MU....

Engkau mengetahui dosa2 kami ....

Kemalasan kami dalam beribadah,
padahal kami dilihat sebagai orang yg berTAQWA
di pandangan para hamba-MU...

Engkau mengetahui kefakiran dan kebutuhan hajat kami, padahal kami dilihat sbg orang yg KAYA di pandangan para hamba-MU...kami bakhil ya Robby sedikit sekali kami berbagi pada hal itu Rizqi dariMU

Engkau mengetahui kelemahan dan keluh kesah kami, padahal kami dilihat sbg orang KUAT di pandangan para hamba-MU...     
                                                         Saudaraku seiman....
Jika Allah Ta'ala, Tuhan yg mengetahui segala perbendaharaan langit dan bumi saja menutupi segala aib hamba-NYA,

Lalu siapalah kita..

Dan apa lah kita

Dimana qita ditempatkan kelak diJANNAHMU ATAU NERAKAMU...

ASTAGHFIRULLOH...

ALLOHUMMAGHFIR
LANA..

sehingga dengan entengnya menyebar luaskan aib dan keburukan saudara kita sendiri tanpa mashlahat...😭😭😭😭😭😭😭

Merasa seakan diri ini lebih suci,
lebih alim,
lebih hebat,
dan lebih ahli
dengan menyebar luaskan keburukan saudara kita....

Tak sadar bahwa ternyata aib kita sendiri sudah menggunung tak terhingga....

Semoga kisah singkat ini bisa menjadi bahan renungan kita untuk selalu memperbaiki diri,,, SELAGI ALLAH MENUTUPI AIB KITA....

Aamiin ya Robbal A'lamiin

✒ Sumber :
Kitab "Fii Bathni al-Huut" oleh Syaikh DR. Muhammad Al 'Ariifi.                             
***

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT ANDA

🍂INSPIRASI PAGI🍂

Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi [1] ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini. Suatu ketika,setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka
"Berapa banyak yang datang tahun ini?" tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
"tujuh ratus ribu," jawab malaikat lainnya.
"Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?"
"Tidak satupun"
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. "Apa?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?"
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah."
"Kok bisa"
"Itu Kehendak Allah"
"Siapa orang tersebut?"
"Sa'id bin Muhafah[2], tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)"
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun.
Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, Tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria. Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah.
"Ada, ditepi kota" Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
"Benarkah anda bernama Sa'id bin Muhafah?" tanya Ulama itu
"Betul, siapa tuan?"
"Aku Abdullah bin Mubarak"
Said pun terharu, bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?"
Sejenak Ulama itukebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
"Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?"
"Wah saya sendiri tidak tahu!"
"Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini
Maka Sa'id bin Muhafah bercerita.
"Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni'mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni'mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang…..ijinkan aku datang ya Allah
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan.
Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji
"Saya sudah siap berhaji"
"Tapi anda batal berangkat haji"
"Benar"
"Apa yang terjadi?"
"Istri saya hami, dan sering nyidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat"
"Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
" ya sayang"
"Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku"
Ustaz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan " tidak boleh tuan"
"Dijual berapapun akan saya beli"
" Makanan itu tidak dijual, tuan" katanya sambil berlinang mata
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata "daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan" katanya.
Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi "Kenapa?"
"Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.
"Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan." Namun bagi Tuan, daging ini haram.
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis,
Kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu
" Ini masakan untuk mu"
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka." Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi"
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata.
"Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya"
[1] Dalam versi lain, ulama itu adalah Hasan Al-Basyri , ulama mesir terkenal. Namun saya lebih mempercayai ulama ini bernama Abdullah bin Mubarak karena riwayatnya yg lebih jelas. Ia lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka. Ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/797. Allah yang lebih tahu.
[2] Dalam riwayat lain tukang sepatu ini bernama Ali bin Mowaffaq.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

anakku...

Copas dr milis sebelah,

Tersedu-sedu…

Minggu lalu saya kembali Jum'atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali nggak sholat Jum'at di situ… Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat..dan bener aja sampai di masjid adzan sudah berkumandang…

Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama Khotibnya saat itu.. sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.. Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih..dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan..tutur katanya lembut namun tegas…dari penampilannya yg menarik tsb..saya jadi penasaran..apa kira2 isi khotbahnya…

Ternyata betul dugaan saya!!!…isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan..banyak yg mengucurkan air mata (termasuk saya)..bahkan ada yg sampai tersedu sedan... Weleh2..sampai segitunya ya..lalu apa sih isi ceramahnya..koq kayaknya amazing bingitzz…

Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan "true story"..seorang anak berumur 10 th namanya Umar..dia anak pengusaha sukses yg kaya raya.. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta..tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal..tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah..wong uangnya berlimpah… Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang..agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya...

Suatu hari isterinya kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara "Father's Day" di sekolah Umar.. "Waduuuh saya sibuk ma..kamu aja deh yg datang.." begitu ucap si ayah kpd isterinya..bagi dia acara beginian sangat nggak penting..dibanding urusan bisnis besarnya.. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam..sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya..dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya..sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya…

Nah karena diancam isterinya..akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an.. Father's day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.. Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang..sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung…

Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2..ada yg menyanyi..menari..membaca puisi..pantomim..ada pula yg pamerkan lukisannya..dll.. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka…tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya..

"Miss, bolehkah saya panggil pak Arief.." tanya si Umar kpd gurunya..pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu… "Oh boleh.." begitu jawab gurunya..dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung…

"Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur'an Surat 78 (An-Naba')" begitu Umar minta kepada guru ngajinya…"Tentu saja boleh nak.." jawab pak Arief.. "Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah.." lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba' tanpa membaca mushafnya (hapalan)..dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan "Syaikh Sudais" (Imam Besar Masjidil Haram)…

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu…termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang…"Stop..kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna..sekarang coba kamu baca ayat 9.." begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar… lalu Umarpun membaca ayat 9…"Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33.." setelah usai Umar membacanya…lalu kata pak Arief:"Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)"..si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai"...

"Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba' dengan sempurna nak…" begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya…para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya… Lalu pak Arief bertanya kepada Umar:"Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur'an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain..?" begitu tanya pak Arief penasaran…

Begini pak guru…waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak..bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW:"Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (H.R. Al-Hakim)…

"Pak guru..saya ingin mempersembahkan "Jubah Kemuliaan" kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak..sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya.." Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb… Ditengah suasana hening tsb..tiba2 terdengan teriakan "Allahu Akbar..!!" dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung…

Ternyata dia ayah si Umar..yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak..bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.. "Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu..tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama..apalagi mengajarimu mengaji…" ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya…" Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak…ternyata kamu malah memikirkan "kemuliaan ayah" di akherat kelak…ayah maluuu nak" ujar sang ayah sambil nangis ter-sedu2…subhanallah...

Sampai disini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh…semua jama'ahpun terpana..dan juga mulai meneteskan airmatanya..termasuk saya..diantara jama'ahpun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya...luar biasa haru...

Entah apa yg ada dibenak jama'ah yg menangis itu..mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya..mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kpd anaknya.. mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya mengaji..atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur'an yg hanya tergeletak di rak bukunya..dan semua..dengan alasan sibuk urusan dunia…!!!

Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat..dan lebih sibuk dengan urusan dunia..padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini..seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An'Amayat 32:"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"...

Astagfirullahal ghofururrohim..hamba mohon ampunan kepada Allah..Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang…

Wallahu 'alam bissawab.. Semoga bermanfaat..khususnya buat saya pribadi…

Salam,
NHA / Nur Hasan Ahmad

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

SAMAKAH UANG BELANJA DAN UANG NAFKAH ISTRI?


Awalnya saya sulit untuk membedakan makna kata membelanjai istri dan menafkahi istri, karena bagi saya kedua kata itu sama maknanya, hanya beda pilihan kata dan keluasan maknanya saja.

Bagi saya, membelanjai istri dan menafkahi istri sama-sama bermakna memberikan sejumlah uang kepada istri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga secara periodik, sedangkan yang sedikit membedakan bahwa menafkahi itu tidak harus uang tetapi bisa bersifat non materi. Artinya jika kita telah memberikan uang belanja kepada istri kita berarti kita telah memberikan nafkah lahir (materi), itu pemahaman awal saya, mungkin juga pemahaman hampir seluruh para suami.

Tetapi, saya mulai bisa membedakan antara uang belanja dan uang nafkah saat saya melihat anggaran belanja rumah tangga seorang teman. Dari sekian item anggaran yang yang diberikan ke saya, ada satu item anggaran yang menarik bagi saya. Menarik karena hanya item itu yang satu-satunya berbeda dengan item-item dalam anggaran rumah tangga saya dan anggaran rumah tangga pada umumnya, yaitu item "nafkah istri".

Apa bedanya pikir saya saat itu, ternyata menurut temen saya bahwa nafkah istri berarti suami memberikan sebagian hartanya kepada istri untuk dikelola dan digunakan untuk kepentingan pribadi istrinya, sedangkan belanja istri adalah memberikan harta (uang) untuk kebutuhan hidup suami, istri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.

Saya mencoba untuk memahami apa yang disampaikan temen saya itu. Akhirnya saya temukan kunci jawaban untuk membedakan antara uang belanja dan uang nafkah, yaitu kemuliaan wanita.

Antara uang belanja dan uang nafkah muncul dua kewajiban berbeda yang harus dilaksanakan seorang suami.

Uang belanja adalah kewajiban suami sebagai kepala keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya dengan layak, sedangkan uang nafkah adalah kewajiban suami sebagai seorang lelaki yang qowam untuk menjaga kemuliaan seorang wanita yang menjadi istrinya.

Dalam uang nafkah itu terkandung kemuliaan wanita dari seorang istri. Uang nafkah menjadikan istri bukan seorang "pengemis" di hadapan suaminya jika istri ingin memenuhi hajat pribadinya. Uang nafkah adalah hak yang harus diterima seorang istri, dan istri memiliki hak penuh untuk mengelola dan menggunakan untuk kepentingan pribadinya. Sehingga istri bisa memenuhi kebutuhan pribadinya dengan tetap terjaga kemulian dan kehormatannya tanpa harus "mengemis" di hadapan suami atau harus bekerja keras di luar rumah.

Jadi menurut saya, jika suami hanya memberikan uang belanja bulanan saja maka kewajibannya sebagai suami belum lengkap bahkan cenderung tidak menghargai istrinya, karena memberi uang belanja tanpa uang nafkah seakan menjadikan istri sebagai pembantu rumah tangga kita saja.

Oleh karena itu meskipun istri kita bekerja, uang belanja dan uang nafkah tetap harus kita berikan kepada istri kita walaupun sedikit, karena keduanya merupakan hak istri dan kewajiban bagi suami.

Jika sekarang para suami hanya masih memberikan uang belanja saja maka harus dilengkapi kewajibannya sebagai seorang suami yang qowam dengan memberikan uang nafkah walaupun sedikit dan meskipun istri kita bekerja. Karena dalam uang nafkah itu ada kemulian seorang wanita yang menjadi istri kita, dan ada ke-qowaman kita sebagai seorang suami dan laki-laki.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

# Bakti Seorang Anak Kepada Ibunya yang Memiliki Keterbelakangan Mental


Oleh‬ : Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairy

Salah seorang dokter bercerita tentang kisah sangat menyentuh yang pernah dialaminya…
Hingga aku tidak dapat menahan diri saat mendengarnya…
Aku pun menangis karena tersentuh kisah tersebut…

Dokter itu memulai ceritanya dengan mengatakan :"Suatu hari, masuklah seorang wanita lanjut usiake ruang praktek saya di sebuah Rumah Sakit.

Wanita itu ditemani seorang pemuda yang usianya sekitar 30 tahun. Saya perhatikan pemuda itu memberikan perhatian yang lebih kepada wanita tersebut dengan memegang tangannya, memperbaiki pakaiannya, dan memberikan makanan serta minuman padanya…

Setelah saya menanyainya seputar masalah kesehatan dan memintanya untuk diperiksa, saya bertanya pada pemuda itu tentang kondisi akalnya, karena saya dapati bahwa perilaku dan jawaban wanita tersebut tidak sesuai dengan pertanyaan yang ku ajukan.

Pemuda itu menjawab :"Dia ibuku, dan memiliki keterbelakangan mental sejak aku lahir"

Keingintahuanku mendorongku untuk bertanya lagi : "Siapa yang merawatnya?"Ia menjawab : "Aku"

Aku bertanya lagi : "Lalu siapa yang memandikan dan mencuci pakaiannya?"

Ia menjawab : "Aku suruh ia masuk ke kamar mandi dan membawakan baju untuknya serta menantinya hingga ia selesai. Aku yang melipat dan menyusun bajunya di lemari. Aku masukkanpakaiannya yang kotor ke dalam mesin cuci dan membelikannya pakaian yang dibutuhkannya"

Aku bertanya : "Mengapa engkau tidak mencarikan untuknya pembantu?"

Ia menjawab : "Karena ibuku tidak bisa melakukan apa-apa dan seperti anak kecil, aku khawatir pembantu tidak memperhatikannya dengan baik dan tidak dapat memahaminya, sementara aku sangat paham dengan ibuku"

Aku terperangah dengan jawabannya dan baktinya yang begitu besar..

Aku pun bertanya : "Apakah engkau sudah beristri?"

Ia menjawab : "Alhamdulillah,aku sudah beristri dan punya beberapa anak"

Aku berkomentar : "Kalau begitu berarti istrimu juga ikut merawat ibumu?"

Ia menjawab : "Istriku membantu semampunya,dia yang memasak dan menyuguhkannya kepada ibuku. Aku telah mendatangkan pembantu untuk istriku agar dapat membantu pekerjaannya. Akan tetapi aku berusaha selalu untuk makan bersama ibuku supaya dapat mengontrol kadar gulanya"

Aku Tanya : "Memangnya ibumu juga terkena penyakit Gula?"

Ia menjawab : "Ya, (tapi tetap saja) Alhamdulillah atas segalanya"

Aku semakin takjub dengan pemuda ini dan aku berusaha menahan air mataku…

Aku mencuri pandang pada kuku tangan wanita itu, dan aku dapati kukunya pendek dan bersih.
Aku bertanya lagi : "Siapa yang memotong kuku-kukunya?"

Ia menjawab : "Aku. Dokter, ibuku tidak dapat melakukan apa-apa"

Tiba-tiba sang ibu memandang putranya dan bertanya seperti anak kecil : "Kapan engkau akan membelikan untukku kentang?"

Ia menjawab : "Tenanglah ibu, sekarang kita akan pergi ke kedai"

Ibunya meloncat-loncat karena kegirangan dan berkata : "Sekarang…sekarang!"

Pemuda itu menoleh kepadaku dan berkata : "Demi Allah, kebahagiaanku melihat ibuku gembira lebih besar dari kebahagiaanku melihatanak-anakku gembira…"

Aku sangat tersentuh dengan kata-katanya…

dan aku pun pura-pura melihat ke lembaran data ibunya.Lalu aku bertanya lagi : "Apakah Anda punya saudara?"

Ia menjawab : "Aku putranya semata wayang, karena ayahku menceraikannya sebulan setelah pernikahan mereka"

Aku bertanya : "Jadi Anda dirawat ayah?"

Ia menjawab : "Tidak, tapi nenek yang merawatku dan ibuku. Nenek telah meninggal – semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmatinya – saat aku berusia 10 tahun"

Aku bertanya : "Apakah ibumu merawatmu saat Anda sakit, atau ingatkah Anda bahwa ibu pernah memperhatikan Anda? Atau dia ikut bahagia atas kebahagiaan Anda, atau sedih karena kesedihan Anda?"

Ia menjawab : "Dokter…sejak aku lahir ibu tidak mengerti apa-apa…kasihandia…dan aku sudah merawatnya sejak usiaku 10 tahun"

Aku pun menuliskan resep serta menjelaskannya…

Ia memegang tangan ibunya dan berkata : "Marikita ke kedai.."

Ibunya menjawab : "Tidak, aku sekarang mau ke Makkah saja!"

Aku heran mendengar ucapan ibu tersebut…

Maka aku bertanya padanya : "Mengapa ibu ingin pergi ke Makkah?"

Ibu itu menjawab dengan girang : "Agar aku bisa naik pesawat!"

Aku pun bertanya pada putranya : "
Apakah Anda akan benar-benar membawanya ke Makkah?"

Ia menjawab : "Tentu…aku akan mengusahakan berangkat kesana akhir pekan ini"

Aku katakan pada pemuda itu : "Tidak ada kewajiban umrah bagi ibu Anda…lalu mengapa Anda membawanya ke Makkah?"

Ia menjawab : "Mungkin saja kebahagiaan yang ia rasakan saat aku membawanya ke Makkah akan membuat pahalaku lebih besar daripada aku pergi umrah tanpa membawanya".

Lalu pemuda dan ibunya itu meninggalkan tempat praktekku.

Aku pun segera meminta pada perawat agar keluar dari ruanganku dengan alasan aku ingin istirahat…
Padahal sebenarnya aku tidak tahan lagi menahan tangis haru…

Aku pun menangis sejadi-jadinya menumpahkan seluruh yang ada dalam hatiku…

Aku berkata dalam diriku :
"Begitu berbaktinya pemuda itu, padahal ibunya tidak pernah menjadi ibu sepenuhnya…
Ia hanya mengandung dan melahirkan pemuda itu…

Ibunya tidak pernah merawatnya…
Tidak pernah mendekap dan membelainya penuh kasih sayang…
Tidak pernah menyuapinya ketika masih kecil…
Tidak pernah begadang malam…
Tidak pernah mengajarinya…
Tidak pernah sedih karenanya…
Tidak pernah menangis untuknya…
Tidak pernah tertawa melihat kelucuannya…
Tidak pernah terganggu tidurnya disebabkan khawatir pada putranya…
Tidak pernah….dan tidak pernah…!
Walaupun demikian…
pemuda itu berbakti sepenuhnya pada sang ibu".

Apakah kita akan berbakti pada ibu-ibu kita yang kondisinya sehat….seperti bakti pemuda itu pada ibunya yang memiliki keterbelakangan mental???.

[اقتطعه واتساب]

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Awas Bahaya Besar Akibat Pertanyaan & Komentar Iseng, Karena Lisan Tidak Dijaga

Terutama mulut saya..

JAGALAH MULUTMU

Sepertinya iseng saja, namun akibatnya dapat sangat berbahaya.....

1. Saudara laki2nya bertanya saat kunjungan seminggu setelah ia melahirkan : " hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ? " ... " tidak ada " jawabnya pendek ... saudara laki2 nya berkata lagi : " masa sih ... apa engkau tidak berharga disisinya ?? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa " .... siang itu ... ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah ... keduanya lalu terlibat pertengkaran ... sebulan kemudian ... antara suami istri ini terjadi perceraian ... dari mana sumber masalah ??? kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki2 sang istri ....

2. Saat arisan seorang ibu bertanya : " rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ?? bukankah anak2 mu banyak ?? " ... rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya ... ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank .

3. Seorang teman bertanya : '' berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan ?? " ... ia menjawab : " 1 juta rupiah " ... " cuma 1 juta rupiah ... sedikit sekali ia menghargai keringatmu .. apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?? " ... sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya .. ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko ... pemilik toko menolak dan mem PHK nya .... kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran ...

4. Seseorang bertanya pada kakek tua itu : " berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan ?? " ... si kakek menjawab : " sebulan sekali " .... yang bertanya menimpali : " wah keterlaluan sekali anak2 mu itu .. diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering " ... Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak2 nya ... ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya ....
(Dan masih banyak lagi contoh yg lainnya, mungkin andapun pernah mengalaminya..)
_____________________
 Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan2 diatas ??? ... 
_____________________

Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain, mengecilkan dunia mereka, menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki .... mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka ... dst dst .... kita akan menjadi agen kerusakan dimuka bumi dengan cara ini.

Bila ada bom yang meledak cobalah intropeksi diri, bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbu nya .....
***

Copas dr sebelah

⛔MENJAGA LISAN
Ustadz Abu Riyadl, Lc, حفظه الله تعالى

Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhaq selain Dia, tidak ada sesuatupun butuh cukup lama untuk ditahan selain lisanku."

Dan ia juga pernah berkata, "Wahai lisan, ucapkanlah kebaikan niscaya engkau akan meraih keuntungan, dan diamlah dari perkataan buruk niscaya engkau akan selamat sebelum engkau menyesal nantinya."

Dari Abu Hurairah dari Ibnu 'Abbas ia berkata: "Sesungguhnya manusia tidak mengalami kedahsyatan kekesalan dan kemarahannya terhadap salah satu dari anggota tubuhnya pada hari kiamat selain lisannya, kecuali bila seseorang mengucapkan dengan lisannya kebaikan atau mendiktekan suatu kebaikan."

Al-Hasan berkata, "Tidak dianggap telah paham agama jika seseorang tidak menjaga lisannya."

Diriwayatkan dari Abu 'Ubaidah dari al-Hasan ia berkata, "Di antara tanda bahwa Allah ta'ala berpaling dari seorang hamba, Dia menjadikannya menyibukkan diri dalam hal-hal yang tidak bermanfaat baginya, sebagai bentuk penelantaran dari Allah terhadapnya."

Sahl menuturkan:
"Barangsiapa yang berkata-kata yg tidak berguna baginya, maka sukar baginya untuk jujur."

*** Lihat saudaraku.. lisan ini bisa merubah air laut jadi tawar.. maka berhematlah dalam bicara. Dan jangan bicara susuatu yang tidak ada manfaatnya untukmu.. ghibah akan merugikanmu.. (156)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Followers!!