hmm indah sekali bukan, masya Allah, semua orang di seluruh dunia, mengahadap satu arah yang sama. Semua orang, dengan bahasa yang berbeda, bahkan sulit untuk berkomunikasi satu sama lain, namun mereka semua faham, Allahu Akbar, yang harus diucapkan untuk memulai sholat. Semua orang di dunia, memiliki iman yang sama, sama-sama dipegang, didekap, dikibarkan, setiap waktunya. Mendekam dalam hati sebagai pandangan hidup, nampak dalam ucapan dan persaksiannya dan mewujud dalam amal perbuatan.

Iman, ini berbeda sekali, dengan sukuisme. atau kalau mau ditambahkan, berbeda juga dengan nasionalisme, kedaerahan, dan sejenisnya.

yang pertama di peroleh dari kombinasi pemikiran, hidupnya hati nurani, pengembaraan mencari mencari kebenaran, setelah sekian lama haus. dan tentu saja, iman yang menjadi sempurna karena Allah yang Maha Kuasa, mengijinkan kita mencicipinya. Iman, tak ternilai. Tak bisa dibandingkan dengan apapun.

yang kedua, diperoleh karena sekian banyak unsur "kebetulan" yang tidak penting sama sekali. meskipun, tidak berarti haram sepenuhnya. Karena "kebetulan" anda lahir di tempat ini, di dalam suku ini, maka sudah sepantasnya anda mempertahankan kehormatan suku anda. Jangan biarkan suku lain menghina kehormatannya, pertahankan, kalau perlu tumpahkan darah mereka yang menghina. sukuisme. yang ini sudah basi ditelinga.

Yang lebih update, nasionalisme. sama-sama kebetulannya, bahwa anda lahir di negara ini, di negara kesatuan ini, sudah sepantasnya anda membela negara. Ketika musuh menggoyang kedaulatan anda, sudah sepantasnya anda membelanya sepenuh jiwa raga. bahkan dalam hal yang remeh sekalipun. Mendukung timnas sepakbola anda, itu penting. apalagi dengan tetangga sebelah yang sering mengganggu anda. tunjukkan bahwa negara anda punya kehormatan.

mirip juga, kalau kita yang sudah berislam, sekedar berislam dengan kecintaan setaraf sukuisme atau nasionalisme. Jika kita ingin berbeda dengan para nasionalis, tunjukkan bahwa anda berislam dengan pemahaman, bahwa ini yang benar, yang lain tidak benar. Paham bahwa yang lain salah, akan menguatkan kepercayaan kita terhadap yang benar, meskipun ini bukan syarat mutlak. Seorang muslim tidak akan tumbuh sempurna tanpa mengenal kejahiliyahan.

ini blog saya bukan, nah, saya mau semena-mena sekarang :) . dan sebelum saya menulis sesuatu yang bisa menyakiti yang membaca, maka saya katakan, ini sekedar pemahaman saya, bukan sesuatu yang akan saya paksakan kepada orang lain. Melelahkan, dan belum tentu bermanfaat. Namun, kalau anda mau mengoreksi saya, saya tidak menolak, saya belum memfinalkan pemikiran saya. saya tidak mau disebut bebal, keras kepala, atau bodoh dan ndableg.

Jadi begini, saya akan membahas sesuatu yang agak sensitif. ini tentang harokah. Harokah itu, sederhananya adalah wadah pergerakan islam. Harokah itu bergerak, memiliki visi dan misi yang dituju, dan sebagian memiliki rujukan dan pemahaman sendiri, yang sering kali berbeda dengan harokah lain. Jadilah mereka seringkali bergesekan. Apakah ada harokah yang paling benar? saya tidak tahu, saya masih bodoh.

Apakah mereka semua islam? ya, saya sedang membicarakan harokah-harokah dalam islam. kalau anda membayangkan pergerakan para misionaris kristen, saya langsung katakan, mereka salah. Salah dari akarnya, iman nya. Agamanya. Nah yang saya bahas itu orang-orang yang sama-sama Islam, sama akidahnya (JIL, ahmadiyah, syiah tidak termasuk), sama-sama sedang berdakwah. Untuk Allah...

Saya tidak akan menyebut nama harokah.

Dan bagaimana sikap saya terhadap harokah? saya jawab, saya bingung. Bahkah tidak tahu. Anda tanya mana yang benar menurut saya, saya tidak tahu. Dan saya akan mencari tahu.

Seperti kebanyakan nasionalis. Beberapa aktivis harokah tertentu mengalami hal yang mirip dengan nasionalis. Kebetulan saja, mereka ikut direkrut oleh suatu harokah, kemudian masuk kedalamnya, menekuninya dan menjadi pengurusnya. Lalu mereka menjadi fanatik. Dan mulai berani menyalahkan yang lain. Dan yang lebih berbahaya lagi, mereka mulai membenarkan apa saja yang menjadi keputusan gerak harokahnya. Melemahlah kontrol dari para jama'ahnya terhadap harokah. Beberapa (sedikit jumlahnya), bahkan tidak tahu menahu dengan keadaan harokah lainnya. Dan bahkan mempelajarinya pun tidak. tapi mereka lebih baik,

daripada yang tidak aktif sama sekali...

Yang lain? mirip dengan yang saya sebutkan diatas. Fanatisme golongan. Saling bergesekan, berselisih dengan yang lain. Padahal sesama islam.

Setidaknya mereka lebih baik, daripada orang bingung seperti saya. Semua-mua dicoba. Apa-apa dipandang dengan pandangan skeptis. Saya bersedia belajar, tapi kalau masuk dan aktif, nanti dulu.

Saya hanya tahunya, saya sedang mencari alasan, untuk memilih (atau bahkan tidak), mana harokah yang akan saya bela?

Saya harus belajar, beberapa perbedaan diantara harokah, ada yang dapat ditolerir, karena hanya masalah cabang. Beberapa tidak, karena menyangkut masalah pokok. Ini perlu dipahami. Dan kalau anda bertanya, apa saya sudah paham? belum, saya masih belajar.

ada contoh menarik, seputar perbedaan ini. Harokah T yang kebetulan berpolitik aktif dan mendirikan partai,  mengatakan golput itu haram (tidak memilih dalam pemilahan umum). Atau setidaknya, lebih banyak mudhorotnya daripada kebaikannya. Bayangkan jika anda tidak memilih dan anda dipimpin oleh orang-orang yang tidak tepat?
  Harokah H mengatakan, memilih itu haram, pada tataran tertentu. Seperti misalnya memilih anggota legislatif, yaitu memilih orang-orang yang akan membuat undang-undang, membuat hukum. Padahal membuat hukum hanyalah HAK ALLAAH semata. Berbeda dengan pemilihan untuk memilih pejabat daerah, yang tidak membuat hukum. mereka menjalankan pemerintahan.

ada banyak perbedaan lain

anda mau pilih yang mana? saya belum tahu. tapi saya akan belajar.

Allaahumma ihdinash-shiroothol mustaqim...

ya Allah ya Tuhan kami, tunjukkan kepada kami, jalan yang lurus

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati