Menjadi seorang pemimpin adalah amanah yang besar, apapun bentuk kepemimpinan itu. Mulai dari pemimpin atas diri kita, menjadi pemimpin keluarga, pemimpin di kelas, HMJ, atau presiden bahkan yang lebih tinggi dari itu. Maka kesungguhan dan keseriusan adalah hal mutlak ketika kita menjadi seorang pemimpin. Jangan sampai pada masa pengumpulan LPJ kita nanti, LPJ tersebut ditolak karena kita dianggap tidak becus melaksanakan tugas kita. Baik itu LPJ ketika didunia, maupun LPJ akhir kita di yaumul akhir kelak. Sebelum kita melaksanakan tugas kita sebagai pemimpin, pastikan hulu dan muara dari kepemimpinan kita adalah untuk Allah subhanahuwata'ala semata . . .
Dalam suatu hadist disebutkan bahwa : "Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang paling dicintai oleh rakyatnya.". Hal ini tentu sangat masuk akal. Pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya akan mendapat dukungan penuh ketika ia melaksanakan tugasnya. Rakyatnya akan memberi perhatian yang lebih kepada setiap keputusan yang diambil oleh pemimpinnya, dan tentu saja rakyat akan patuh kepada pemimpin tersebut.
Jika kita analogikan untuk lingkup kepemimpinan yang lebih kecil, di kelas misalnya, Seorang ketua kelas yang dihormati dan dicintai akan lebih mudah mengontrol kelasnya, dan lebih mudah melaksanakan tugas-tugasnya, karena adanya dukungan dari kelasnya. Ketika sang ketua melakukan kesalahan pun, akan segera muncul perbaikan dari penghuni kelas, baik berupa saran maupun kritik. Inilah pentingnya menjadi seorang pemimpin yang dicintai.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang dicintai adalah penting kita selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, selalu beribadah dengan sungguh-sungguh dan selalu memperbaiki diri. Tanpa daya dan upaya dari Allah, usaha kita untuk menjadi orang yang dicintai adalah mustahil . . . Setelah itu ikhtiar sekuat tenaga . . .
Agar kita bisa menjadi seorang pemimpin yang dicintai, kita perlu belajar bergaul dan menjadi orang yang diterima dengan baik dan menadi orang yang dicintai dalam lingkungan sosial kita. Satu hal penting yang harus kita ingat ketika kita bergaul (termasuk dalam menjadi pemimpin) adalah :
"Kita tidak mungkin meminta/memaksa orang lain mengubah sikapnya kepada kita! Tetapi justru kitalah yang harus berubah, dan bersikap lebih baik kepada orang lain!"
Dalam buku "Adab Bergaul, agar dicintai Allah dan kemudian dicintai manusia" karya Fariq bin Gasim Anuz disebutkan beberapa sikap yang disukai oleh manusia yang harus kita perhatikan dan kita terapkan yaitu :
- Manusia suka kepada orang yang memberi perhatian kepada orang lain
- Manusia suka kepada orang yang mau mendengar ucapan mereka
- Manusia suka kepada orang yang menjauhi debat kusir
- Manusia suka kepada orang yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada orang lain
- Manusia suka kepada orang yang memberi kesempatn orang lain untuk maju
- Manusia suka kepada orang yang tahu berterimakasih atau suka membalas kebaikan
- Manusia suka kepada orang yang menjaga perasaan orang lain
- Manusia tidak suka diberi nasehat dihadapan orang lain
- Manusia tidak suka diberi nasihat secara langsung
- Manusia tidak suka kepada orang yang selalu memojokkannya dengan kesalahan-kesalahannya
- Manusia tidak suka kepada orang yang tidak pernah melupakan kesalahan orang lain
- Manusia tidak suka kepada orang yang sombong
- Manusia tidak suka kepada orang yang terburu-buru memvonis orang lain
- Manusia tidak suka kepada orang yang mempertahankan kesalahannya atau orang yang berat untuk merujuk kepada kebenaran setelah dia meyakini kebenaran itu
- Manusia tidak suka kepada orang yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya dan menisbatkan kejelekan kepada orang lain.
Allahu ta'ala a'lam