Archives

Anak Perlu Belajar Mandiri

oleh Mohammad Fauzil Adhim

Secara alamiah, anak sebenarnya cenderung untuk belajar memiliki kemandirian. Ia berusaha menyuapi diri sendiri, meniru kita memasak, pakai sepatu atau pakai baju sendiri, meskipun masih terbalik. Ini semua merupakan kecenderungan awal yang apabila memperoleh kesempatan dari orangtua menjadikan anak memiliki kemandirian, secara luas maupun terbatas. Lebih-lebih jika orangtua member dukungan kepada anak untuk melakukan berbagai hal, termasuk yang masih relatif sulit, secara mandiri.

Tetapi kerap terjadi, orangtua tidak tega melihat anak mengalami kesulitan, sehingga alih-alih sayang anak justru merebut kesempatan anak untuk belajar. Tak jarang orangtua melakukan itu bukan karena sayang, tapi karena tidak sabar atau bahkan gengsi. Menyuapi anak makan misalnya, kadang karena sayang. Tapi tak dapat dipungkiri kerap orangtua menyuapi anak di saat anak sedang ingin belajar menyuapi diri sendiri karena orangtua tidak sabar, menganggap anak kelamaan, atau hanya karena tidak ingin lantainya kotor.

Sikap orangtua yang semacam ini akan memperburuk keadaan jika di saat yang sama anak sedang mengembangkan perilaku merajuk demi memperoleh perhatian yang lebih. Adakalanya anak tidak mau melakukan sesuatu sendiri juga bersebab keasyikan terhadap sesuatu, misalnya nonton TV atau main game. Jika ini dibiarkan, maka bukan saja kemandirian sulit diraih, meskipun untuk perkara yang sederhana. Lebih dari itu juga dapat mendorong anak menjadi pemalas atau mengembangkan rasa tak berdaya karena menganggap diri 'ajiz (lemah karena sial).
Lalu apa saja yang perlu mendapat perhatian kita? Beberapa hal berikut ini semoga bermanfaat:


Kemandirian dalam Keterampilan Hidup

Prinsip pokok menumbuhkan kemandirian dalam soal ini adalah memberi kesempatan. Bukan melatih. Anak secara alamiah memang cenderung berusaha belajar melakukan berbagai keterampilan hidup sehari-hari secara mandiri, semisal makan. Jika kita mengizinkan anak melakukan berbagai aktivitas hidup sehari-hari tersebut secara mandiri, lambat laun akan terampil. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan mendampingi sehingga anak tidak melakukan terlalu banyak kesalahan, meskipun kita tetap harus menyadari bahwa untuk mencapai keterampilan perlu latihan yang banyak dengan berbagai kesalahannya.

Makan misalnya, kita melihatnya sebagai keterampilan yang sangat biasa dan tidak istimewa. Tetapi Anda akan terkejut manakala mendapati orang dewasa tidak terampil menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri karena orangtua terlalu memanjakan sehingga senantiasa menyuapi anak hingga dewasa. Ini memang jarang terjadi, tapi kasus anak benar-benar tidak memiliki keterampilan makan hingga ia dewasa itu sungguh-sungguh terjadi.
Kemandirian itu akan lebih meningkat kualitasnya jika orangtua secara sengaja member rangsangan kepada anak berupa tantangan untuk mengerjakan yang lebih rumit dan sulit. Ini bukan saja melatih kemandirian dalam urusan keterampilan hidup sehari-hari, melainkan juga menumbuhkan kemandirian secara emosional.


Kemandirian Psikososial

Bertengkar itu tidak baik. Tetapi menghentikan pertengkaran begitu saja, menjadikan anak kehilangan kesempatan untuk belajar menyelesaikan konflik. Kita memang harus menengahi dan adakalanya menghentikan. Tetapi kita juga harus membantu anak menggali masalanya, merunut sebabnya dan menawarkan jalan keluar kepada anak, baik dengan menunjukkan berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil maupun menanyakan kepada anak tentang apa saja yang lebih baik untuk dilakukan.

Apa yang terjadi jika kita bertindak keras terhadap berbagai konflik yang terjadi antar anak? Banyak hal. Salah satunya anak tidak berani mengambil sikap yang berbeda dengan teman-temannya, meskipun dia tahu bahwa sikap itulah yang seharusnya dia ambil. Anak tidak berani menolak ketika temannya mengajak merokok atau mencoba minuman keras. Mengapa? Karena ia dididik untuk tidak berani menghadapi konflik. Padahal kita seharusnya menanamkan pada diri anak sikap untuk mendahulukan prinsip daripada harmoni. Rukun itu penting, tapi hidup dengan berpegang pada prinsip yang benar itu jauh lebih penting. Kita tanamkan kepada mereka: principles over harmony.

Lalu apakah yang harus kita lakukan jika anak sedang bertengkar? Apakah kita biarkan mereka? Tidak. Kita tidak boleh membiarkan. Kita harus menangani. Membiarkan anak bertengkar dengan keyakinan mereka akan mampu menyelesaikan sendiri dapat memicu terjadi situasi submisif, yakni siapa kuat dia yang menang. Dan inilah yang sedang terjadi di negeri kita. Bahkan urusan antre pun, siapa yang kuat dia yang duluan. Dampaknya akan sangat luas dan bisa menakutkan.

Di antara yang dapat kita lakukan dalam kaitan konflik anak dengan temannya adalah menunjukkan kepada mereka tindakan-tindakan yang patut dilakukan oleh anak. Dalam hal ini, aturan dan prosedur sangat membantu anak dalam bertindak. Kita kenalkan anak pada etika agama.
Kita juga dapat melatih kemandirian psikososial anak secara lebih luas. Melatih mereka ke toilet sendiri berikut adab-adabnya, mengajari mereka untuk mencari informasi pada saat sedang berada di luar rumah (semisal di bandara), termasuk komplain yang santun ke Customer Service. Bahkan berbelanja sendiri pun adakalanya perlu kita latihkan agar anak dapat melakukan transaksi dengan baik dan benar.

Apa yang terjadi jika kita layani anak dalam banyak hal? Salah kemungkinannya adalah affluenza. Ini banyak terjadi pada anaknya orang-orang yang sangat kaya sehingga mereka pada akhirnya justru sangat lemah. Mereka hanya terbiasa dituruti. Dalam soal belanja tak terbiasa mengendalikan diri sesuai kebutuhan, bahkan sulit membedakan kebutuhan dan keinginan, sehingga cenderung impulsif. Dan ini mulai banyak terjadi.
Tampaknya bukan masalah. Tapi ketidakmampuan mengendalikan keinginan justru menyebabkan manusia sulit bahagia.


Kemandirian Belajar

Inilah proses serius kita hari ini. Banyak sekolah yang bersibuk mengajari anak agar terampil membaca semenjak usia dini, tapi lupa bahwa yang paling mendasar adalah sikap positif, kemauan yang kuat, dorongan untuk membaca dan bangga dengan kegiatan tersebut. Anak belum mampu membaca saat kelas 1 SD bukan masalah jika mereka telah memiliki antusiasme belajar. Ini jauh lebih penting.

Jika anak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar disertai keyakinan (bukan hanya paham) bahwa belajar itu penting, maka kita dapat berharap anak akan cenderung menjadi pembelajar mandiri saat mereka memasuki usia 10 tahun. Mereka memiliki semangat yang semakin menggebu. Sebaliknya jika kita hanya mengajari mereka berbagai kecakapan belajar semisal membaca dan berhitung, maka usia 10 tahun justru menjadi titik balik. Awalnya menggebu-gebu selama kelas 1, berangsur luntur, lalu benar-benar enggan belajar saat memasuki kelas 4 atau 5 SD. Maksudnya, ada yang mencapai titik balik berupa kejenuhan serta keengganan belajar di awal kelas 4, ada yang pertengahan atau akhir kelas 4, ada pula yang kelas 5 baru mengalami.


Kemandirian Emosional

Bekal pokoknya adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri. Ini memerlukan peran orangtua dalam mengajak anak untuk mengenali kelebihan-kelebihan, kekurangan, kemampuan dan kelemahannya sendiri. Pada saat yang sama orangtua menunjukkan penerimaan terhadap kekurangan maupun kelemahan anak, tetapi bukan berarti membiarkan anak melemahkan dirinya sendiri. Malas dan enggan mengatasi masalah merupakan bentuk sikap melemahkan diri sendiri. Orangtua juga menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka tak patut merendahkan orang lain, tak pantas pula meninggikan diri. Lebih-lebih untuk sesuatu yang diperoleh tanpa melakukan usaha apa pun alias sepenuhnya merupakan pemberian semenjak lahir.

Yang juga penting untuk dilakukan adalah mendampingi anak mengenali kebutuhannya. Konon anak kecil pasti akan rewel jika sedang mengantuk sampai-sampai banyak orangtua yang meyakini bahwa rewel merupakan pertanda anak perlu tidur. Tetapi ternyata anak tidak perlu mengalami situasi tersebut jika ia mengenali kebutuhannya. Balita pun tak perlu rewel jika ia telah dapat mengenali kebutuhannya untuk istirahat. Setidaknya ini yang saya catat dari anak saya mulai dari anak ketiga, khususnya lagi sejak anak keempat hingga ketujuh.

Perlu juga mendampingi mereka untuk belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan perlu dipenuhi, meski tak serta-merta. Sedangkan keinginan, adakalanya dapat dituruti, tetapi tetap perlu belajar menahan diri. Semua ini ditumbuhkan bersamaan dengan menguatkan dorongan sekaligus kemampuan bertanggung-jawab, termasuk berkait dengan konsekuensi atas berbagai tindakan mereka.
Wallahu a'lam bish-shawab

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Berjuanglah semampu kalian

Kiriman dr ust Hasmar (Sekretaris Dept Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah):

Mastatho`tum / semampu kalian::.
🍀Adalah `Abdulloh al-`Azzam, seorang syaikh teladan dan anutan. Dihormati lagi disegani oleh para muridnya.

Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,
"Ya syaikh, apa yang dimaksud dengan mastatho'tum?"

Sang Syaikh pun membawa muridnya ke lapangan. Meminta semua muridnya berlari sekuat tenaga mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid berbeda.

Satu putaran masih belum terasa. Putaran ke-2 berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ke-3. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semua pun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.

Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syaikh pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu kepayahan. Satu putaran masih berseri-seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang ke-4 Sang Syaikh makin tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengal tidak beraturan. Tapi beliau tetap berusaha. Terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliau pun terhuyung tanpa  penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.

Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,
"Syaikh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?"

"Muridku, inilah yang dinamakan titik mastatho'tum. Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Alloh sendiri yang menghentikan perjuangan kita," jawab Sang Syaikh dengan mantap.

semoga kita dijauhkan dari kemalasan, dari lemahnya 'azzam, dari kecilnya kontribusi kita.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sebuah renungan

Dikisahkan bahwa suatu malam Sultan Murod Ar-Rabi` mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tdk mengetahui sebabnya.

Maka  Sang Sultan memanggil kepala penjaga/sipir dan memberitahukan ttg keadaannya yg sedang gundah,
Dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia sering memeriksa keadaan masyarakat/rakyatnya secara sembunyi-sembunyi.
Maka Sultan berkata kpd Kepala Sipir : Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka).

Mereka pun berjalan hingga sampailah di sebuah penghujung desa, dan Sultan melihat seorang pria tergeletak di atas tanah.
Sultan menggerak-gerakknnya (utk memeriksa) dan ternyata pria tsb telah tewas.

Namun anehnya orang-orang yang melintasi dan berlalu lalang di sekitarnya tdk memperdulikannya.

Maka Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka tdk mengetahui Sang Sultan,
Mereka berseru : Ada apa?
Sultan : Kenapa pria ini tewas dan tdk seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan diman keluarganya?

Mereka berujar : Ini orang zindiq, suka minum khomar, pezina.

Sultan menimpali : Namun bukankah dia dari golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam?
Ayo bawa dia ke rumah keluarganya.

Maka mereka pun membawanya.

Ketika sampai di rumah, istrinya pun melhatnya dan langsung menangis.
Dan orang-orangpun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.

Di tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia berseru kepada Sultan (namun wanita tsb tdk mengetahuinya) : Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah, aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.

Maka terheranlah Sultan Murod dgn ucapan wanita tsb, dan berkata : Bagaimana mungkin aku termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata buruk thd si mayyit, hingga mereka enggan mengurusi mayatnya.
(Pen, Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)

Wanita pun menjawab : Aku sudah duga hal itu,

Sungguh suamiku setiap malam pergi ke penjual arak/khomar lantas  membeli seberapa banyak yang dia bisa beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan menumpahkan seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami) berkata : Semoga aku bisa meringankan keburukan khomar dari kaum muslimin.

Suamiku juga selalu pergi kepada para zaniah/pelacur dan memberinya uang, dan berkata : malam ini kau ku bayar dan jangan kau buka pintu rumahmu (utk melacur) hingga pagi,

Kemudian suamiku kembali ke rumah dan berujar : Alhamdu lillah, semoga dgn itu aku bisa meringankan keburukannya ( pelacur) dari pemuda-pemuda muslim malam ini.

Namun sementara orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar, dan masuk ke rumah pelacur,
Dan lantas mereka membicarakan suamiku dgn keburukan.

Pernah suatu hari aku berkata pada suamiku : Sungguh jika seandainya engkau mati, maka tdk akan ada orang yang akan memandikanmu, menyolatkanmu, dan menguburkanmu.

Suamikupun tersenyum dan menjawab : Jangan khawatir Sayangku... Sultan/Pemimpin kaum muslimin lah yang akan menyolatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.

(Setelah mendengarnya) Sultan pun menangis lantas berkata : Suamimu benar,
Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`,
Dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.

Dan diantara yang menyaksikan jenazahnya adalah Sultan Murod, para ulama, para masyayikh dan seluruh penduduk kota.

Maha Suci Allah, kita hanya bisa menilai orang dgn hanya melihat penampilan dan kulit luarnya dan kita pula hanya mendengar omongan orang.

Maka sendainya jika kita mampu bijak, kita akan memandang dan menilai orang dari kebersihan hatinya,
Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan orang lain..

Subhanallaah....Smg Qt bs mengambil ibroh \ contoh teladan Salam SEMANGAT SUKSES BAHAGIA.

*copas dari grup whatsapp, belum diperiksa kebenaran kisahnya

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Seperti Anak Panah, Dimundurkan Untuk Melesat Ke Depan

Pernahkah kita mengalami suatu keadaan yang membuat hidup kita seperti ditarik mundur, jauh dari harapan?

Pernahkah kita melihat orang-orang yang dulunya berapi-api tiba-tiba seperti kehilangan semangat bahkan lenyap dari peredaran?

Pernahkan kita melihat atau bahkan merasakan bahwa orang-orang yang pernah kita lihat (atau bahkan diri kita sendiri) mengalami kemunduran itu, lalu tiba-tiba melesat cepat ke depan dan meraih banyak hasil?

Kita seperti anak panah di tangan Allah SWT...! Ada masa-masa anak panah itu melesat cepat terlepas dari busurnya menuju sasaran yang dimaksudkan.

Ada masanya anak-anak panah itu harus istirahat dalam kantong-Nya. Namun di saat yang diperlukan, anak panah itu akan dipasang dalam busur-Nya ditarik kebelakang.. Sejauh mungkin untuk mencapai suatu sasaran.

Semakin jauh tarikannya, semakin jauh pula jarak yang akan ditempuh. Semakin panjang rentang busur menarik ancang-ancang, makin cepat pula anak panah itu melesat.

Jadi...

Jika kita seperti dalam keadaan yang mundur, bersabarlah : Mungkin Allah SWT tengah meletakkan kita di busur-Nya. Menarik kita jauh-jauh ke belakang, agar di saat kita dilepaskan, akan memiliki daya dorong yang kuat untuk mencapai sasaran. Dan jika kita melihat seorang teman seperti tengah mengalami kemunduran, jangan buru-buru menghakimi dengan mengatakan "Apinya telah padam" atau.. "Jangan-jangan dia ada kesalahan.."

Jadilah teman yang baik, yang mendampingi di saat teman kita sedang "dimundurkan" karena dengan demikian kita ikut menjaganya agar tidak sampai putus asa dan terkulai.

Kamu, aku, dia, mereka... adalah anak-anak panah ditangan Allah SWT..!

Hidup untuk mencapai suatu sasaran yang sudah ditetapkan.

Tetaplah semangat, tetaplah bersabar, tetaplah tekun dalam kebenaran, karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan...

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Jalan menuju surga

Kisah Inspiratif Hari Ini...

Setiap selesai sholat jum'at tiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yg berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku islam, diantaranya buku at-thoriq ilal jannah (jalan menuju surga). Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
***

Namun tibalah suatu hari, ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.

Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, aku telah siap" ayahnya menjawab : "Siap untuk apa?" , ia berkata: "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)", sang ayahpun berucap: "Suhu sangat dingin diluar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur", sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan : "akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju neraka diluar sana dibawah guyuran hujan".
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata: "Namun ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini", akhirnya anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak dan akhirnya memberikan izin. Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: "terimakasih wahai ayahku".
***

Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya oleh skantong plastik ukuran sedang agar tdk basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
***

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Namun sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah disebrang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.

Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.

Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih. Nenek berkata: "ada yang bisa saya bantu nak?" Si anak berkata (dg mata yg berkilau dan senyuman yang menerangi dunia): "Saya minta maaf jika mengganggu, akan tetapi saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di dalam nya dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhoannya."
***

Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi. Terdengar sayup – sayup dr shaf perempuan seorang perempuan tua berkata:"Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini".

Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu.
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sdh kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir :"paling sebentar lagi juga pergi".
Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati: "siapa gerangan yang sudi mengunjungiku,… tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku".

Kulepaskan tali yang sdh siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali. Ia berkata: "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya", lalu dia memberikan buku ini (buku jalan menuju surga) kepadaku.

Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba2. Setelah menutup pintu aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu sampai selesai. Seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat. Hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka."
***

Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung, masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir… Allahu akbar…
***

Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah.
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
***
Judul asli : قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
Penerjemah : Shiddiq Al-Bonjowi

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

APAKAH SYARI'AT ISLAM TIDAK MANUSIAWI?


Oleh: Dr. Nanung Danar Dono

Benarkah binatang2 yang disembelih saat ibadah Qurban itu merasakan sakit?

Ternyata sebuah penelitian menunjukan jawaban yang mengejutkan bahwa binatang yang disembelih secara Syariat Islam ternyata tidak merasakan sakit sama sekali.

Penelitian ini dilakukan oleh dua orang staf peneliti dari College of Veterinary Medicine, Hannover University, sebuah Universitas terkemuka di Jerman, yaitu Prof. Wilhelm Schulze dan koleganya Dr. Hazim, keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan:

Manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit ?
1. Menyembelih secara syariat islam yang murni/menggunakan pisau tajam (tanpa proses pemingsanan)?

2. Menyembelih dengan cara barat dengan pemingsanan/dipukul kepalanya?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, menggunakan sekelompok sapi yang cukup umur (dewasa).

Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elekroda (microchip) yang disebut Electro Encephalogram (EEG). EEG dipasang dipermukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit ketika disembelih.

Dijantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiogram (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG yang telah terpasang ditubuhnya selama beberapa minggu, setelah adaptasi dianggap cukup maka separuh sapi disembelih sesuai syariat islam yang murni, dan sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi barat.

Dalam syariat islam penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam, dengan memotong 3 saluran pada leher, yaitu: saluran makan, saluran napas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu arteri karotis & vena jugularis.

Syariat Islam tidak merekomendasikan metode pemingsanan sebaliknya metode barat justru mengajarkan bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

Dari hasil penelitian Prof. Schulze & Dr. Hazim di Hannover University Jerman dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

Penyembelihan menurut Syariat Islam/menggunakan pisau tajam menunjukan:

Pertama: Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus) tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua: pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yg sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak), hingga sapi2 itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut tercatat pula ECG bahwa jantung mulai meningkatkan aktivitasnya.

Ketiga: Setelah 6 detik pertama ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar.

Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yg terputus dibagian leher, grafik EEG tidak naik, tapi justru dropped to zero level (turun sampai angka nol). Hal ini diterjemah oleh kedua ahli itu sebagai "No Feeling of pain at all!" (tidak ada rasa sakit sama sekali).

Keempat: Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan "healthy meat" (daging yg sehat).

Jenis daging dari hasil sembelih semacam ini sangat sesuai prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Secara pemingsanan/disetrum/dipukul kepalanya (Ala Metode Negara Barat):

Pertama: Setelah dilakukan proses Stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh & collaps (roboh), setelah itu sapi tidak bergerak lagi, sehingga mudah dikendalikan, Oleh karena itu sapi dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta dan tampaknya tanpa mengalami rasa sakit. Pada saat disembelih darah yang keluar hanya sedikit tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan)

Kedua: Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Ini mengindikasikan adanya rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan)

Media pemingsanan yg digunakan : Setrum, bius, maupun dengan cara yang mereka anggap paling baik memukul bagian tertentu di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan adalah Captive Bolt Pistol (CBP)

Ketiga: grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas paling bawah, akibatnya jantung kehilangan kemampuan untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat: Karena darah tidak tertarik & tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itupun membeku di dalam urat/pembuluh darah dalam daging sehingga dihasilkan "unhealthy meat" (daging yang tidak sehat) dengan demikian menjadi tidak layak dikonsumsi oleh manusia.

Timbunan darah beku yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih merupakan tempat atau media sangat baik bagi tumbuh kembangnya bakteri pembusuk yg dapat merusak kualitas daging.

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukannya ekspresi rasa sakit. Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya. Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka pastilah disertai rasa sakit & nyeri, terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.

Hasil penelitian Prof. W. Schulze dan Dr. Hazim justru membuktikan sebaliknya. Yakni pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syarat dalam Syariat Islam dalam penyembelihan hewan) ternyata tidaklah 'menyentuh' saraf rasa sakit.

Oleh karena itu, keduanya menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekpresi rasa sakit, melainkan sebagai ekpresi 'keterkejutan otot dan saraf' saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentulah tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak naik, namun malah turun (tidak menunjukkan adanya rasa sakit).

Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih maslahat. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.

Sabda Nabi, "Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh (dalam perang) hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelih."

Allaahu a'lam bish-showwab

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang.

Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW : "Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai." (HSR Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari).

Ini dalam kaitan interpersonal. Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar'i yang menggariskan aqidah "La tha'ata limakhluqin fi ma'shiati'l Khaliq". Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam berma'siat kepada Alkhaliq. (HSR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim).

Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah : "Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus' shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri).

Bagi kesejatian ukhuwah berlaku pesan mulia yang tak asing di telinga dan hati setiap ikhwah : "Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi" (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Karenanya itu semua akan terpenuhi bila 'hati saling bertaut dalam ikatan aqidah', ikatan yang paling kokoh dan mahal. Dan ukhuwah adalah saudara iman sedang perpecahan adalah saudara kekafiran (Risalah Ta'lim, rukun Ukhuwah).

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah

Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka "kerugian apapun" yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da'wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama'i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik. "Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu" (Qs. 47: 38).

Masing-masing kita punya pengalaman pribadi dalam da'wah ini. Ada yang sejak 20 tahun terakhir dalam kesibukan yang tinggi, tidak pernah terganggu oleh kunjungan yang berbenturan dengan jadwal da'wah atau oleh urusan yang merugikan da'wah. Mengapa ? Karena sejak awal yang bersangkutan telah tegar dalam mengutamakan kepentingan da'-wah dan menepiskan kepentingan lainnya. Ini jauh dari fikiran nekad yang membuat seorang melarikan diri dari tanggungjawab keluarga.

Ada seorang ikhwah sekarang sudah masuk jajaran masyaikh. Dia bercerita, ketika menikah langsung berpisah dari kedua orang tua masing-masing, untuk belajar hidup mandiri atau alasan lain, seperti mencari suasana yang kondusif bagi pemeliharaan iman menurut persepsi mereka waktu itu. Mereka mengontrak rumah petak sederhana. "Begitu harus berangkat (berdakwah-red) mendung menggantung di wajah pengantinku tercinta", tuturnya. Dia tidak keluar melepas sang suami tetapi menangis sedih dan bingung, seakan doktrin da'wah telah mengelupas.

Kala itu jarang da'i dan murabbi yang pulang malam apalagi petang hari, karena mereka biasa pulang pagi hari. Perangpun mulai berkecamuk dihati, seperti Juraij sang abid yang kebingungan karena kekhususan ibadah (sunnah) nya terusik panggilan ibu. "Ummi au shalati : Ibuku atau shalatku?" Sekarang yang membingungkan justru "Zauji au da'wati" : Isteriku atau da'wahku ?".

Dia mulai gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam diatas 24.00. Dia katakan pada istrinya : "Kita ini dipertemukan oleh Allah dan kita menemukan cinta dalam da'wah. Apa pantas sesudah da'wah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan da'wah. Saya cinta kamu dan kamu cinta saya tapi kita pun cinta Allah". Dia pergi menerobos segala hambatan dan pulang masih menemukan sang permaisuri dengan wajah masih mendung, namun membaik setelah beberapa hari. Beberapa tahun kemudian setelah beranak tiga atau empat, saat kelesuan menerpanya, justru istri dan anak-anaknyalah yang mengingatkan, mengapa tidak berangkat dan tetap tinggal dirumah? Sekarang ini keluarga da'wah tersebut sudah menikmati berkah da'wah.

Lain lagi kisah sepasang suami istri yang juga dari masyarakat da'wah. Kisahnya mirip, penyikapannya yang berbeda. Pengantinnya tidak siap ditinggalkan untuk da'wah. Perang bathin terjadi dan malam itu ia absen dalam pertemuan kader (liqa'). Dilakukan muhasabah terhadapnya sampai menangis-menangis, ia sudah kalah oleh penyakit "syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga" (Qs. 48:11).

Ia berjanji pada dirinya : "Meskipun terjadi hujan, petir dan gempa saya harus hadir dalam tugas-tugas da'wah". Pada giliran berangkat keesokan harinya ada ketukan kecil dipintu, ternyata mertua datang. "Wah ia yang sudah memberikan putrinya kepadaku, bagaimana mungkin kutinggalkan?". Maka ia pun absen lagi dan dimuhasabah lagi sampai dan menangis-nangis lagi. Saat tugas da'wah besok apapun yang terjadi, mau hujan, badai, mertua datang dll pokoknya saya harus datang. Dan begitu pula ketika harus berangkat ternyata ujian dan cobaan datang kembali dan iapun tak hadir lagi dalam tugas-tugas dak-wah.

Sampai hari ini pun saya melihat jenis akh tersebut belum memiliki komitmen dan disiplin yang baik. Tidak pernah merasakan memiliki kelezatan duduk cukup lama dalam forum da'wah, baik halaqah atau pun musyawarah yang keseluruhannya penuh berkah. Sebenarnya adakah pertemuan-pertemuan yang lebih lezat selain pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh ikhwah berwajah jernih berhati ikhlas ? Saya tak tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang lain, "in lam takun bihim falan takuna bighoirihim".

Di Titik Lemah Ujian Datang

Akhirnya dari beberapa kisah ini saya temukan jawabannya dalam satu simpul. Simpul ini ada dalam kajian tematik ayat QS Al-A'raf Ayat 163 : "Tanyakan pada mereka tentang negeri di tepi pantai, ketika mereka melampaui batas aturan Allah di (tentang) hari Sabtu, ketika ikan-ikan buruan mereka datang melimpah-limpah pada Sabtu dan di hari mereka tidak bersabtu ikan-ikan itu tiada datang. Demikianlah kami uji mereka karena kefasikan mereka". Secara langsung tema ayat tentang sikap dan kewajiban amar ma'ruf nahyi munkar. Tetapi ada nuansa lain yang menambah kekayaan wawasan kita. Ini terkait dengan ujian.

Waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang daripada waktu hari belajar, tetapi banyak orang tak sabar menghadapi ujian, seakan sepanjang hanya ujian dan sedikit hari untuk belajar. Ujian kesabaran, keikhlasan, keteguhan dalam berda'wah lebih sedikit waktunya dibanding berbagai kenikmatan hidup yang kita rasakan. Kalau ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak dari hari belajarnya, maka sekolah tersebut dianggap sekolah gila. Selebih dari ujian-ujian kesulitan, kenikmatan itu sendiri adalah ujian. Bahkan, alhamdulillah rata-rata kader da'wah sekarang secara ekonomi semakin lebih baik. Ini tidak menafikan (sedikit) mereka yang roda ekonominya sedang dibawah.

Seorang masyaikh da'wah ketika selesai menamatkan pendidikannya di Madinah, mengajak rekannya untuk mulai aktif berda'wah. Diajak menolak, dengan alasan ingin kaya dulu, karena orang kaya suaranya didengar orang dan kalau berda'wah, da'wahnya diterima. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu. "Ternyata kayanya kaya begitu saja", ujar Syaikh tersebut.

Ternyata kita temukan kuncinya, "Demikianlah kami uji mereka karena sebab kefasikan mereka". Nampaknya Allah hanya menguji kita mulai pada titik yang paling lemah. Mereka malas karena pada hari Sabtu yang seharusnya dipakai ibadah justru ikan datang, pada hari Jum'at jam 11.50 datang pelanggan ke toko. Pada saatsaat jam da'wah datang orang menyibukkan mereka dengan berbagai cara. Tapi kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, akan seperti kapal pemecah es. Bila diam salju itu tak akan me-nyingkir, tetapi ketika kapal itu maju, sang salju membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelezatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, karena sudah berhasil melewati ujian dan cobaan sepanjang hari.

Iman dan Pengendalian Kesadaran Ma'iyatullah

Aqidah kita mengajarkan, tak satupun terjadi di langit dan di bumi tanpa kehendak ALLAH. ALLAH berkuasa menahan keinginan datangnya tamu-tamu yang akan menghalangi kewajiban da'wah. Apa mereka fikir orang-orang itu bergerak sendiri dan ALLAH lemah untuk mencegah mereka dan mengalihkan mereka ke waktu lain yang tidak menghalangi aktifitas utama dalam da'wah? Tanyakan kepada pakarnya, aqidah macam apa yang dianut seseorang yang tidak meyakini ALLAH menguasai segalanya?

Mengapa mereka yang melalaikan tugas da'wahnya tidak berfikir perasaan sang isteri yang keberatan ditinggalkan beberapa saat, juga sebenarnya batu ujian yang dikirim ALLAH, apakah ia akan mengutamakan tugas da'wahnya atau keluarganya yang sudah punya alokasi waktu ? Yang ia beri mereka makanan dari kekayaan ALLAH ?

Karena itu mari melihat dimana titik lemah kita. Yang lemah dalam berukhuwah, yang gerah dan segera ingin pergi meninggalkan kewajiban liqa', syuro atau jaulah. Bila mereka bersabar melawan rasa gerah itu, pertarungan mungkin hanya satu dua kali, sesudah itu tinggal hari-hari kenikmatan yang luar biasa yang tak tergantikan.

Bahkan orang-orang salih dimasa dahulu mengatakan "Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kelezatan yang kita rasakan dalam dzikir dan majlis ilmu, niscaya mereka akan merampasnya dan memerangi kita dengan pedang". Sayang hal ini tidak bisa dirampas, melainkan diikuti, dihayati dan diperjuangkan. Berda'wah adalah nikmat, berukhuwah adalah nikmat, saling menopang dan memecahkan problematika da'wah bersama ikhwah adalah nikmat, andai saja bisa dikhayalkan oleh mereka menelantarkan modal usia yang ALLAH berikan dalam kemilau dunia yang menipu dan impian yang tak kunjung putus.

Ayat ini mengajarkan kita, ujian datang di titik lemah. Siapa yang lemah di bidang lawan jenis, seks dan segala yang sensual tidak diuji di bidang keuangan, kecuali ia juga lemah disitu. Yang lemah dibidang keuangan, jangan berani-berani memegang amanah keuangan kalau kamu lemah di uang hati-hati dengan uang. Yang lemah dalam gengsi, hobi popularitas, riya' mungkin–dimasa ujian – akan menemukan orang yang terkesan tidak menghormatinya.

Yang lidahnya tajam dan berbisa mungkin diuji dengan jebakan-jebakan berkomentar sebelum tabayun.Yang lemah dalam kejujuran mungkin selalu terjebak perkara yang membuat dia hanya 'selamat' dengan berdusta lagi. Dan itu arti pembesaran bencana.

Kalau saja Abdullah bin Ubay bin Salul, nominator pemimpin Madinah (d/h Yatsrib) ikhlas menerima Islam sepenuh hati dan realistis bahwa dia tidak sekaliber Rasulullah SAW, niscaya tidak semalang itu nasibnya. Bukankah tokoh-tokoh Madinah makin tinggi dan terhormat, dunia dan akhirat dengan meletakkan diri mereka dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW ? Ternyata banyak orang yang bukan hanya bakhil dengan harta yang ALLAH berikan, tetapi juga bakhil dengan ilmu, waktu, gagasan dan kesehatan yang seluruhnya akan menjadi beban tanggungjawab dan penyesalan.

Seni Membuat Alasan

Perlu kehati-hatian – sesudah syukur – karena kita hidup di masyarakat Da'wah dengan tingkat husnuzzhan yang sangat tinggi. Mereka yang cerdas tidak akan membodohi diri mereka sendiri dengan percaya kepada sangkaan baik orang kepada dirinya, sementara sang diri sangat faham bahwa ia tak berhak atas kemuliaan itu. Gemetar tubuh Abu Bakar RA bila disanjung. "Ya ALLAH, jadikan daku lebih baik dari yang mereka sangka, jangan hukum daku lantaran ucapan mereka dan ampuni daku karena ketidaktahuan mereka", demikian ujarnya lirih. Dimana posisi kita dari kebajikan Abu Bakr Shiddiq RA ? "Alangkah bodoh kamu, percaya kepada sangka baik orang kepadamu, padahal engkau tahu betapa diri jauh dari kebaikan itu", demikian kecaman Syaikh Harits Almuhasibi dan Ibnu Athai'Llah.

Diantara nikmat ALLAH ialah sitr (penutup) yang ALLAH berikan para hamba-Nya, sehingga aibnya tak dilihat orang. Namun pelamun selalu mengkhayal tanpa mau merubah diri. Demikian mereka yang memanfaatkan lapang hati komunitas da'wah tumbuh dan menjadi tua sebagai seniman maaf, "Afwan ya Akhi".

Tetapi ALLAH-lah Yang Memberi Mereka Karunia Besar Kelengkapan Amal Jama'i tempat kita 'menyumbangkan' karya kecil kita, memberikan arti bagi eksistensi ini. Kebersamaan ini telah melahirkan kebesaran bersama. Jangan kecilkan makna kesertaan amal jama'i kita, tanpa harus mengklaim telah berjasa kepada Islam dan da'wah. "Mereka membangkit-bangkitkan (jasa) keislaman mereka kepadamu. Katakan : 'Janganlah bangkit-bangkitkan keislamanmu (sebagai sumbangan bagi kekuatan Islam, (sebaliknya hayatilah) bahwa ALLAH telah memberi kamu karunia besar dengan membimbing kamu ke arah Iman, jika kamu memang jujur" (Qs. 49;17).

ALLAH telah menggiring kita kepada keimanan dan da'wah. Ini adalah karunia besar. Sebaliknya, mereka yang merasa telah berjasa, lalu – karena ketidakpuasan yang lahir dari konsekwensi bergaul dengan manusia yang tidak maksum dan sempurna – menung-gu musibah dan kegagalan, untuk kemudian mengatakan : "Nah, rasain !" Sepantasnya bayangkan, bagaimana rasanya bila saya tidak bersama kafilah kebahagiaan ini?.

Saling mendo'akan sesama ikhwah telah menjadi ciri kemuliaan pribadi mereka, terlebih doa dari jauh. Selain ikhlas dan cinta tak nampak motivasi lain bagi saudara yang berdoa itu. ALLAH akan mengabulkannya dan malaikat akan mengamininya, seraya berkata : "Untukmu pun hak seperti itu", seperti pesan Rasulullah SAW. Cukuplah kemuliaan ukhuwah dan jamaah bahwa para nabi dan syuhada iri kepada mereka yang saling mencintai, bukan didasari hubungan kekerabatan, semata-mata iman dan cinta fi'Llah.

Ya ALLAH, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

Ust. Rahmat Abdullah

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Takutnya si Kecil Kepada Allah


Suatu hari Abu Yazid al-Busthami menunaikan shalat tahajud. Tiba-tiba anaknya yang masih kecil berdiri shalat di sampingnya. Abu Yazid merasa kasihan melihat anaknya yang masih kecil itu ikut shalat bersamanya, karena umumnya anak-anak kecil seusianya tidur di saat malam yang larut, apalagi malam itu udara terasa begitu dingin, orang-orang dewasa pun akan merasa berat meninggalkan tempat tidur mereka.

Abu Yazid berkata pada anaknya, "Tidurlah wahai anakku, malam masih panjang."

Anaknya menjawab, "Lalu mengapa ayah shalat?"

Abu Yazid mengatakan, "Anakku, aku memang dituntut untuk shalat malam."

Anaknya malah menjawab dengan hafalan ayat Alquran yang ia hafal, "Aku telah menghafal sebagian firman Allah yang berbunyi 'Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan orang-orang yang bersama kamu (Nabi)'. Lalu siapa orang-orang yang berdiri shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?

Abu Yazid menjawab, "Tentu saja para sahabat beliau."

Anak Abu Yazid kembali mengatakan, "Jangan menghalangiku untuk meraih kemuliaan menyertaimu dalam ketaatan kepada Allah."

Abu Yazid dengan penuh kekaguman berkata, "Anakku kamu masih bocah dan belum mencapai usia dewasa."

Anaknya menjawab, "Ayah, aku melihat ibu sewaktu menyalakan api dia memulai dengan potongan-potongan kayu kecil untuk menyalakan kayu-kayu yang besar. Maka aku takut Allah memulai dengan kami para anak kecil sebelum orang-orang dewasa pada hari kiamat nanti, jika kita lalai dari ketaatan kepada-Nya."

Abu Yazid pun tersentak dengan ucapa anaknya itu dan kagum dengan rasa takut kepada Allah yang dimiliki anaknya walaupun masih sangat kecil. Abu Yazid berkata, "Anakku berdirilah. Kamu lebih berhak dengan Allah daripada bapakmu."

Maha Suci Allah, yang mengubah keadaan. Hari ini anak-anak kita jauh dari Allah, mereka sibuk dengan hal-hal yang menjauhkan mereka dari Allah dan terbiasa dengan akhlak dan budi pekerti yang rendah. Kalau generasi dahulu sejak kecil mereka telah mengenal ketaatan, mungkin tidak berlebihan apabila kita katakan anak-anak sekarang sejak kecil telah mengenal kemaksiatan kecuali yang diselamatkan oleh Allah. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya menjadi teladan bagi anak-anak mereka, mencontohkan perbuatan ketaatan, dan menjauhkan mereka dari acara-acara dan program yang memuat akhlak yang hina, karena anak-anak meniru apa yang mereka saksikan.

Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita dan keluarga kita untuk selalu menaatinya.

Sumber:
Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

🎊 4 Etika Bercanda


🌼  Hendaknya percandaan tidak mengandung nama Allah, ayat-ayatNya, Sunnah RasulNya atau syi'ar-syi'ar islam.
Karena Allah telah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olok sahabat Nabi, yang ahli baca al-Qur'an, yang artinya, "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman (QS. At Taubah : 65-66)
 
🌼  Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak mengandung dusta.
Dan, hendaknya pecanda tidak mengada cerita khayalan supaya orang lain tertawa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Celaka bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah." (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani)
 
🌼  Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan salah seorang di antara manusia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil barang temannya, apakah itu ia niatkan sebagai candaan maupun sungguh-sungguh; dan jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikannya kepadanya." (HR. Ahmad dan Abu dawud. Dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani)
 
🌼  Hendaknya anda tidak memperbanyak canda hingga menjadi tabiatmu, dan jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah dipermainkan oleh orang lain.
 
(Aadaabu al-Muslim Fii al-Yaumi Wal Lailah, 24 Adaban Mutanawwi'an, Departeman Ilmiah darul Wathan, dengan gubahan)

  Semoga kita selalu mendapatkan taufiq dari Allah عز و جل . Dan semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.  

 ______________________
Disebarluaskan oleh :
♻  WhatsApp@DakwahAlSofwa
📱  0822-257-257-22

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

~Dan Yang Inipun Akan Berlalu~

Bismillahirrohmaanirrohiim....

Ada renungan bagus, dibaca ya…
Semoga cerita ini bermanfaat buat kita semua,dalam menjalani kehidupan….

Alkisah ada seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya.

Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada pengrajin cincinnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya.

Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yg bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman & perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya".

Berbulan-bulan si pengrajin cincin yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting di cincin yang kecil itu.

Akhirnya setelah berdoa & berpuasa, si pengrajin itupun menyerahkan cincinnya pada sang raja.

Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya,

"THESE TOO, WILL PASS" = ("DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU")

Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana.

Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu & ia pun menjadi lebih tenang, "Dan inipun akan berlalu."

Dan tatkala ia sedang ber-senang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, "Dan inipun akan berlalu." lantas ia menjadi rendah hati kembali.
….
BETUL !!!

Ketika kita lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan inipun akan berlalu."

Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup.

--- Tidak ada satupun yang langgeng.-

Jadi, ketika kita punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih.
Tapi, tatkala kita lagi senang, nikmatilah selagi kita bisa senang

Ingatlah….

Apapun yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

"THESE TOO, WILL PASS" = ("DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU")

Semoga Bermanfaat..
Salam Santun Ukhuwah Karena-Nya...


These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sia-sia...

Jerman adlh sbuah negara industri trkemuka. Di negara spt ini, byk yg mngira warganya hidup foya2. Ktika sy tiba di Hamburg, sy brsama rekan2 msk ke restoran. Kami lihat byk meja kosong. Ada satu meja dmana spasang anak muda sdg makan. Hy ada 2 piring mkanan n 2 kaleng bir di meja mrk. Sy brtyn2 dlm hati apa hidangan yg bgtu simple dpt disebut romantis n apa si gadis akan mninggalkan si pemuda kikir tsb?

Kmdn ada lg bbrp wanita tua di meja lainnya. Ktika mkanan dihidangkan, pelayan akan membagi tiap butir mkanan yg ada di piring mrk.

Krn kami lapar, rekan kami pesan lbh byk mkanan. Saat selesai, tersisa kira2 sepertiganya yg tdk dpt kami hbisin di meja.

Bgtu kami hendak mninggalkan restoran, wanita tua yg dari meja sebelah brbicara pd kami dlm bhs Inggris, kami paham bhw mrk tdk senang kami memubazirkan mkanan. "Kmi yg byr kok, bkn urusan kalian brp byk mkanan yg tersisa," kata rekanku pd para wanita tua tsb.

Wanita2 itu meradang. Salah satunya sgra mengeluarkan handphone n menelpon
seseorg. Sbntar kmdn seorg lelaki brseragam Sekuritas Sosialpun tiba. Stlh mndengar ttg sumber mslh prtengkaran, ia menerbitkan surat denda Euro 50 pd kmi. Kmi smua trdiam.

Petugas tsb berkata dgn suara yg galak, "PESAN HNY YG SANGGUP ANDA MAKAN, UANG ITU MILIKMU TAPI SUMBER DAYA ALAM INI MILIK BERSAMA. ADA BANYAK ORG LAIN DI DUNIA YG KEKURANGAN. KALIAN TDK PUNYA ALASAN UTK MENSIA-SIAKAN SUMBER DAYA ALAM TSB."

Pola pikir dari masyarakat di negara makmur tsb membuat kami semua malu bener,
KAMI SUNGGUH HARUS MERENUNGKAN HAL INI. Kita ini dari negara yg tdk makmur2 amat. Utk selamatkn muka, kita sering pesan byk n sering brlebihan saat menjamu org.

PELAJARAN INI MENGAJARI KITA UTK SERIUS MENGUBAH KEBIASAAN BURUK KITA."MONEY IS YOURS BUT RESOURCES BELONG TO THE SOCIETY."Jd kawan2, mari mulai mengurangi pemubaziran, krn uang mmg milikmu, tapi sumber daya alam itu milik bersama.

( Terjemahan dari tulisan seorg kawan di FB )

kalau dalam al-qur'an

(إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا) [Surat Al-Isra : 27]

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

renungan ‘’Sendal Jepit Istriku ‘’

Selera makanku mendadak punah, yg tersisa hanya perasaan kesal dan jengkel yg memenuhi kepala ini.

Duh….
Betapa tidak gemas...
Dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yg tersedia tak ada yg memuaskan lidah....

Sayur sop ini rasanya manis bak kolakpisang....

Sedang perkedelnya asin
nggak ketulungan....
Ummi…ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar…?
Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, keaseman, ato kepedesan….!!!

Ya....
Aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu. ...

Sabar abi…., Rasulullah juga sabar terhadap
masakan Aisyah dan Khodijah……

Katanya mau
kayak Rasul....? Ucap istriku kalem.
Iya…tapi abi kan manusia biasa....!
Abi belum bisa
sabar seperti Rasul...
Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…. !!!
Jawabku dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yg bernada emosi, kulihat istriku menundukan kepala dalam
dalam.

Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah tertumpah merebak...

Suatu hari aku tugas ke luar kota. Sepekan sudah aku keluar kota, dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dng jumput jumput harapan untuk menemukan
''BAITI JANNATI'' dirumahku.

Namun apa yg terjadi…?
Ternyata kenyataan tak
sesuai dengan apa yg ku impikan.

Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling....

Bayangkan saja, rumah kontrakan ku tak ubahnya
laksana kapal burak [pecah]...

Bagaimana tidak...?
Pakaian bersih yg belum di setrika menggunung disana sini....

Piring'' kotor berpesta pora didapur...
Dan cucian
wow…….berember ember berjajar seolah melambaikan tangan, berharap ada seseorang menyentuhnya....
Di tambah lagi aroma bau busuknya yang
menyengat, karena berhari-hari direndam dengan
deterjen tapi tak juga di cuci...

Melihat keadaan
seperti ini, aku Cuma bisa istigfar sambil mengurut
dada...

Ummi…Ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…? Ucapku lirih
sambil menggeleng gelengkan kepala.

'Ummi….
Istri sholeha itu tak hanya pandai ngisi
pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam tetek
bengek urusan rumah tangga....

Harus bisa
masak,nyetrika ,nyuci, jahit baju, beresin rumah…dst.

Belum sempat kata kataku habis sudah terdengar
ledakan tangis istriku yg kelihatan begitu pilu.

Ah….
wanita memang gampang sekali untuk menangis….'
Batinku

''Sudah diam mii…,tak boleh cengeng....
Katanya mau jd istri sholehah....? Istri shalihah itu tdk cengeng... bujukku hati'' setelah melihat air
matanya menganak sungai dipipinya....

''Gimana nggak nangis… baru juga pulang sudah ngomel2
terus...

Rumah ini berantakan, karena memang ummi tak
bisa mengerjakan apa2...

Jangankan untuk
bekerja, untuk jalan saja susah...

Ummi kan
muntah2 terus...!
Badan ini rasanya tak bertenaga
sama sekali,' ucap istriku diselingi isak tangis.

'Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yg hamil muda…. 'Ucap istriku
lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Bi… siang nanti antar ummi ngaji ya..? pinta istriku.

'Aduh, mi.. Abi kan sibuk sekali hari ini....berangkat
sendiri saja yaa? 'ucapku.

YA sudah, kalau abi sibuk...
Ummi naik bis umum saja, mudah mudahan
ngak pingsan dijalan...,'jawab istriku.

Lho, kok bilang begitu…?
Iya, abi tahu gak, dalam kondisi muntah2 seperti ini, kepala Ummi gampang
pusing kalau mencium bau bensin...

Apalagi ditambah
berdesak desakan dalam bis dng suasana panas
menyengat. ..

Tapi mudah mudahan sih ngak
kenapa'' ,'ucap istriku lagi..

Ya sudah,kalau begitu naik bajaj saja,' jawabku
ringan....
Istriku pun cukup mengerti.

Disisi lain ternyata pertemuanku hari ini di undur pekan
depan....

Kesempatan waktu luang ini ku gunakan untuk menjemput istri ku.

Entah kenapa hati ini tiba'2 saja menjadi rindu padanya .

Motorku sudah sampai di tempat istriku mengaji. Di depan pintu ku lihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yg berjumlah delapan pasang itu
satu persatu...

Ah,semuanya indah indah dan kelihatan harganya
begitu mahal.

Wanita ,memang suka yg indah indah, sampai
bentuk sepatupun lucu lucu,' aku membatin
sendiri....

Mataku tiba2 terantuk pandang pada sebuah sandal jepit yg diapit sepasang sepatu indah .

Dug...dug tar...
Hati ini menjadi luruh.
Oh… bukankah ini sandal jepit istriku? Tanya
hatiku.

Segera ku ambil sandal jepit kumal yg tertindih sepatu indah itu.
Tes.. tes.. tes...Air mataku jatuh
tanpa terasa .

Perih nian rasa nya hati ini,kenapa
baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah
memperhatikan istriku.Sampai sampai kemana ia pergi harus bersendal jepit kumal.

Sementara
teman2nya bersepatu bagus.

Maafkan aku istri ku,' pinta ku dalam hati

Krek…,' suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak ,lantas menyelinap ke tembok
samping....

Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yg berjilbab indah dan cerah,secerah warna baju dan jilbab
umminya.

Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti2yg lain.

Namun,belum juga ku temukan istriku.
Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu,tapi istriku belum juga keluar.penantia nku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan
berjilbab hitam melintas. 'Ini dia
mujahidahku..'' pekik hatiku.

Ia beda dengan yg lain,ia begitu bersahaja. Kalau yg lain memakai baju berbunga cerah indah,ia
hanya memakai baju berwarna gelap yg sudah
lusah pula warnanya. Hebaatnya dia gak pernah mengeluh.

Diam diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan istri.

Ya,aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum
pernah membelikan sepotong baju pun untuknya.

Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan''
istriku,padahal dibalik semua itu begitu banyak kelebihanmu,

Wahai istriku . Aku benar2 menjadi malu pada Allah danRasulnya...
selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain ,sedang
istriku tak pernah ku urusi. Padahal Rasul telah berkata : '' Yang terbaik
diantara kamu adalah yg paling baik terhadap
keluarganya. 'Sedang aku…? Ah kenapa pula aku
lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar
menggauli istrinya dng baik . sedang aku… ?

Terlalu sering ngomel dan menuntut istri dng sesuatu yg ia tak dapat melakukanya.

Aku benar2 merasa menjadi suami yg dzalim...

Dalam lamunanku kulihat istriku keluar...

Ummi….panggilku, tubuh itu lantas berbalik kearahku, pandangan matanya menunjukan ketidak percayaan atas kehadiranku ditempat ini.
Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya
mengembangkan senyum....
Ya, senyum bahagia.

Abi…. Bisiknya pelan dan girang. Sungguh,aku baru
melihat istriku segirang ini.

Ah, Kenapa tidak dari dulu kulakukan ritual menjemput istri? sesal hatiku.

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk
istriku.ketika tahu hal itu ,senyum bahagia kembali
mengembang dari bibirnya.

Alhamdulillah...
Jazakallah khairan….. ucapnya dng suara tulus .

Ah ... Ummi...
lagi2 hatiku terenyuh melihat
polahmu...

Lagi2 sesal menyerbu hatiku ...kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh istri
zuhud dan iffah sepertimu?

Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa
nikmatnya menyaksikan matamu yg berbinar'' karena perhatianku..?

Kisah ini sengaja kutulis, semoga mampu menginspirasi para suami, dlm membangun biduk rmh tangga.

''Hamba Allah''

✏ Copas semoga bermanfaat

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Dari Grup WA : Pemenang Kehidupan


ini copas dari grup2 yg bertebaran di hp. Agar tidak hilang akan saya posting di blog ini. :)

PEMENANG KEHIDUPAN

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Ternyata sang Penjual melayani dengan sikap buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, "Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?"

Sahabatnya menjawab, "Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain."

"Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali," bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.

"Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu nggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri."

Sahabat Yg Luar Biasa..

Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

"Pemenang kehidupan" adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.. 

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sejelas 60 cm


Allaah Maha Besar rahmatMu, ampun atas kelalaianku yang sering.

Aku merasa tidak percaya diri, ketika berjalan di kampus, ataupun di tempat-tempat yang mungkin aku bertemu dengan kenalan. Bisa jadi bertemu teman sekampus, teman satu mata kuliah, teman yang mau bayar hutang pulsa, atau pun terhadap teman jenis lain.  Alasan ketidak-pede-an itu karena, aku khawatir mereka menganggap aku orang yang cuek. Pura-pura tidak kenal. Padahal tidak ada maksud demikian

Sebagaimana sehari lalu, hari selasa. Hari istimewa dalam sepekan, waktunya untuk kuliah yang tinggal satu mata kuliah dan waktunya untuk jadwal "bimbingan" tugas akhir.

Aku datang ke kampus, mengendarai si merah, kemudian memarkirnya, dan tak bicara kepada seorang pun kecuali melempar senyum kepada beberapa orang yang ku kenal. Bersamaku ada seorang mahasiswi yang nampak familiar sejak berjalan berdekatan dari tempat parkiran, dan ternyata benar, ia teman satu mata kuliah, satu bimbingan dengan dosen yang sama. Aku agak menyesal karena tidak menyapa sama sekali, namun untunglah, beliau ternyata memiliki masalah yang sama denganku.

Setelah kuliah selesai, saatnya bersegera mengejar ketinggalan sholat dhuhur, aku berjalan melintasi pelataran parkir. Dari gedung perkuliahan menuju mushola. Di tengan perjalanan seorang menyapa. Tepatnya seorang yang menyapa dan ia bersama dua orang teman lain. Aku hanya menyipitkan mata ke arahnya, mencoba mengenali, sambil tersenyum sedikit dan terus berjalan. Bimbang. Apakah aku kenal? lebih penting lagi, apakah itu teman dekat?

Sampai keraguan itu segera hilang, berubah menjadi sesal, ketika sang penyapa mengatakan, "Wah, kayaknya lupa dia (dengan kita)..." Segera saja aku berhenti, menyipitkan mata lagi dan mengenalinya. dan berbalik mendekat. Ternyata benar. 2 orang teman satu kelas, satu angkatan sejak tahun 2007, dan seorang adik angkatan. Keduanya termasuk teman dekat, sedangkan adik angkatan, aku lupa namanya... sorry...

Berbincang sebentar, mencairkan suasana, sekaligus menebus penyesalan karena "mencueki" mereka tadi. Rupanya seorang teman angkatan yang lain sedang wisuda. Hmm, ini momen istimewa, karena ia termasuk wisudawan terakhir dalam angkatan kami. Lulus menjelang tenggat waktu yang diberikan kampus. Momen ini jauh lebih istimewa ketimbang kelulusanku 2 tahun lalu. Sekali lagi, aku merasa kurang enak atas kejadian awal tadi. Maaf kawan.

Kejadian tersebut bukan satu atau dua kali, sudah beberapa kali terjadi. Bahkan aku pernah terus terang mengatakan kepada teman aku bahwa aku mengalami masalah semacam ini. Dan aku berharap permakluman darinya.
Dunia yang nampak secara fokus sempurna dalam pandanganku hanya dalam radius 60 cm saja. Hanya radius itu. Beberapa objek yang jauh dan besar, masih dapat dikenali dalam jarak yang jauh, 10-20 m. Seperti misalnya, teman yang memiliki "bentuk" yang khas. Bisa jadi pakaiannya yang khas, yang tidak mungkin dipakai orang lain. Bisa jadi motornya, bisa juga bentuk model rambutnya. Atau bentuk jilbabnya yang aneh. dan semacamnya. Teman-teman yang mudah dikenali perbedaanya, bisa  dengan mudah diidentifikasi. Untungnya aku mudah mengingat yang semacam ini, termasuk motor dengan tempelan stikernya.

Masalah pada pandangan mataku disebut miopi, atau rabun jauh, atau bahasa populernya adalah mata minus. Idealnya mata mampu melihat dengan fokus sempurna untuk semua benda dengan jarak berapapun, termasuk bintang yang jauh sekalipun. Bagi seorang yang minus, penglihatannya terbatas pada benda yang dekat saja, dengan batas jarak tertentu yang disebut titik dekat. Benda yang jauh, melebihi titik dekat, tidak dapat dilihat secara sempurna. Benda-benda terlihat tidak fokus. Tulisan terlihat buram, seperti memandang melalui kaca yang terkena uap air. Ketika memandang rumah-rumah yang jauh tidak terlihat bentuk genting-nya kecuali hanya warna atapnya. Pada jarak 10-20 cm dibelakang titik dekat, ketombe di bajumu pun tidak terlihat oleh mataku. Begitu pula jerawat di wajahmu. Bagiku hanya terlihat wajah yang mulus tanpa bintik apapun. Tulisan yang aku ketik ini pun langsung memburam ketika aku memundurkan kepala 10cm ke belakang.

Benda-benda yang gelap sulit untuk diidentifikasi. Khususnya perjalanan malam hari. Motor yang tidak menyalakan lampunya seringkali mangagetkan aku, karena khawatir kutubruk. Begitupula dengan sepeda. Sementara itu benda yang terang lebih mudah diidentifikasi, karena banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Maka siang hari jauh lebih memudahkan bagi aku dan orang-orang minus seperti aku. Seorang teman yang minus, sangat menyukai kamarnya terang benderang sampai-sampai ia membeli lampu dengan daya yang lebih besar daripada seharusnya.

Jadi, dunia yang jelas kulihat, hanya sejauh 60 cm. Apakah aku tidak punya kacamata? aku punya dua. Yang pertama memiliki daya lensa 2 dioptri yang artinya dapat membantu mata yang hanya mampu melihat sejelas 0,5 m. Kacamata kedua berdaya 1,75 dioptri, yang artinya dapat membantu mata yang memiliki titik dekat 0,57 m. aku memakai kacamata yang kedua, yang lebih mendekati titik dekat aku yang alhamdulillah masih 60 cm.

Si Kacamata

Marilah sejenak kita mengenali kacamata aku ini. Semoga tidak menjadi pelajaran fisika yang membosankan. Blog ini tidak dirancang untuk tulisan-tulisan fisika semata. Tenang saja :)

Mata kita, bola matanya memiliki lensa yang bening, juga lentur, sehingga mampu berubah bentuk. bentuk lensanya sama seperti ukuran lensa kontak di toko-toko optik, hanya saja jauh lebih canggih dari itu, dan jauh lebih tebal. kamu dapat "merasakan" bentuknya. Cobalah tutup matamu kemudian tempelkan jarimu ke kelopak mata (ingat, dalam keadaan tertutup). Lalu gerakan mata kamu ke kiri dan ke kanan. Jarimu akan merasakan bentuk cembung dari lensa ini. Semoga gambar ini membantu.
 
Idealnya lensa ini akan mencembung jika mata ingin berfokus pada benda yang dekat. Ia berakomodasi, dengan bantuan otot yang mengaturnya, dan lensa mata pun menjadi lebih cembung. Jika mata ingin berfokus pada benda yang jauh, otot ini meregang, berelaksasi dan lensa mata kembali memipih. Kedua proses ini bertujuan agar bayangan jatuh tepat pada retina, sensor mata kita. Jika proses ini terjadi dengan baik maka sempurnalah penglihatan kita. Ingat kamera digital? Nah, kamera meniru proses yang luar biasa ini. Bedanya mata kita jauuuuh lebih canggih dan memiliki jumlah tangkapan pixel yang jauuuh lebih hebat. Allaahu akbar.

Masalah pun datang ketika proses ideal tadi tidak berjalan sempurna. Lensa mataku tidak kembali memipih menjadi ukuran normal. Ia tetap mencembung. Sehingga cahaya dari benda yang kulihat tidak jatuh di retinaku, namun didepannya. 

Apa penyebabnya? Kenapa lensa mata tidak kembali memipih sebagaimana seharusnya? Ada yang bilang karena keturunan. Jika ayah-ibumu atau kakek-nenekmu ataupun orangtua kakek-nenekmu ada yang memiliki kelainan semacam ini, maka bisa jadi kamu akan terkena. Faktor lain yang (katanya) lebih besar penyebabnya adalah faktor kebiasaan. Kebiasaan maksudnya adalah kebiasaan buruk dalam menggunakan mata. Seperti misalnya menonton tivi terlalu dekat dalam waktu lama. Membaca terlalu dekat atau dengan sikap yang salah. Ataupun terlalu lama menatap layar komputer. Hal-hal ini menyebabkan ketegangan visual. Lensa mata terlalu sering menggembung, sehingga sulit kembali pipih seperti semula. Nah, maka tidak heran orang-orang di kampung jarang terkena mata minus. Mereka lebih sering main diluar, melihat sawah, menjelajah pegunungan, merambah sungai. Pandangan matanya selalu dimanjakan untuk melihat yang jauh. Tidak terjadi ketegangan visual yang tidak perlu.

 
Lalu datanglah kacamata, sebagai salah satu solusi. Kacamata membantu meletakkan jatuhnya bayangan tepat diretina (lihat gambar). Bagaimana prosesnya? dan apa arti kekuatan lensa ( minus 2, minus 1)?

Here comes the math... maaf, ini tak terhindarkan. Kita coba menguranginya sebisa mungkin. :)

Sebagaimana sudah dijelaskan, orang minus memiliki titik dekat tertentu. Semua benda yang berada kurang dari titik dekat tersebut masih dapat dilihat dengan fokus sempurna, tidak memerlukan kacamata. Namun benda-benda di luar titik dekat yang bermasalah untuk dilihat. Benda-benda yang jauh (sebutan untuk benda diluar titik dekat) menjadi buram, tidak fokus. Maka kacamata minus bertugas untuk membawa benda-benda yang jauh itu agar terasa berada di dalam titik dekat. Ya, kacamata membuat seolah-olah mata melihat sesuatu yang dekat, meskipun kenyataannya jauh. Kacamata merekayasa penglihatan kita.

Prinsipnya sederhana. Masih ingat rumus lensa?


(f=jarak fokus, s=jarak benda, s'=jarak bayangan)(semua dalam meter)
 
SEMUA lensa bekerja dengan aturan ini. Termasuk kacamata. Nah, agar kacamata benar-benar membantu kita "melihat" benda-benda jauh, maka benda-benda jauh ini harus nampak dekat, yaitu berada di titik dekat. Dengan kata lain, bayangan yang dihasilkan lensa kaca mata berada di depan lensa. Sehingga s' (jarak bayangan yang terbentuk oleh kacamata) harus paling tidak sama dengan titik dekat mata. Benda yang (menuju) jauh tak hingga sekalipun (s=tak-hingga) bayangannya harus nampak dekat, sedekat titik dekat mata. Maka kita mendapatkan s'=minus titik dekat mata (minusnya karena bayangan terbentuk di depan lensa kacamata) dan s=(hampir)tak-hingga, yang menyebabkan persamaan tadi menjadi




 
(TD=jarak titik dekat mata)

Nah, 1\f =P (huruf P mungkin dari kata power)  inilah yang biasa dikenal sebagai daya lensa kacamata. dengan satuan dioptri. Maka untuk mataku yang titik dekatnya 60 cm, mestinya daya lensa kacamataku adalah -1.67 dioptri. Tapi karena di tempat jualan kacamata pinggir jalan kolombo itu daya terdekat hanya ada yang -1,5 atau -1,75 atau -2,0, maka kubeli yang -1,75 saja. 

Aku yang memakai kacamata -1,75 ini hanya memiliki jarak pandang jelas sejauh radius 60 cm. Bagaimana dengan orang yang memakai kacamata minus 5? bisa dengan mudah dihitung TD=1/P, maka TD=1/5 m atau 25cm saja. hmm ... sepertinya parah sekali ya. Untuk bisa membaca tanpa kacamata si minus 5 harus mendekatkan bukunya pada jarak 25 cm. Aku jadi ingat temanku yang minus 8. tak terpisahkan dari kacamata. Subhanallaah...

Kacamata Darurat

Sebagaimana sudah kuceritakan. Aku punya kacamata, namun jarang dipakai. Aku memakainya pada saat-saat darurat saja. Kuliah, dauroh, pelatihan, seminar dan semacamnya. Pada keadaan yang membutuhkan penglihatan yang baik. Selain itu kulepas. Maka terjadilah hal-hal yang telah kuceritakan sebelumnya.
Mengapa? alasan pertama karena aku tidak suka memakai kacamata. Terasa merepotkan. Alasan (pembenaran sih sebenarnya) yaitu karena kacamata hanya alat bantu, buka alat penyembuh. Pemakaian kacamata dalam jangka waktu lama tidak menyembuhkan miopi ini, justru malah memperburuk. Karenanya jarang kupakai..

Apakah aku punya pilihan lain untuk menyembuhkan? Beberapa, seperti operasi, sayangnya mahal, ada juga ramuan-ramuan herbal seperti OTEM, THM, (dua-duanya obat herbal tetes mata) namun tidak rutin memakainya. OTEM malah sangat perih dimata, karena komposisinya dari madu. jadinya pun tidak membantu penyembuhan, karena ketidak rutinannya. Pilihan lainnya : vision therapy / terapi penglihatan, semaca bentuk-bentuk senam mata. Lagi-lagi, tidak rutin menjalankannya. Maka sampai sekarang, mataku tidak kunjung membaik, dan tidak pula memburuk. Stagnan pada minus -1.75. 

(Bagi anda yang ingin mengetahui tentang vision therapy yang mujarab, sekaligus mengenai ilmu-ilmu kesehatan alami lain silahkan membaca Jery D. Gray, Rasulullah is my doctor)



Maka jadilah ia, si kacamataku, sebagai kacamata darurat. Untuk membantuku melihat dunia secara jelas, pada keadaan darurat. Pada keadaan tak darurat duniaku .... hanya sejelas 60 cm saja.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Followers!!